Karni Ilyas Ungkap Sikapnya saat Rezim Soeharto! Tulis 'Kepastian Hukum' Usai Kerusuhan Berbau SARA
Karni Ilyas pun memberi bukti ia yang sudah puluhan tahun terjun di dunia jurnalistik tetap pada posisi netral dan kritis.
Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
Karni memulai kariernya sebagai wartawan harian Suara Karya pada tahun 1972.
Ia kemudian pindah ke Majalah Tempo tahun 1978 sampai menduduki jabatan sebagai Redaktur Pelaksana.
Kepiawaiannya dalam bidang hukum membuat Karni ditugaskan untuk memimpin Majalah Forum tahun 1991-1999.
Tahun berikutnya Karni memegang posisi sebagai Komisaris Majalah tersebut.
Ia memimpin Liputan 6 SCTV sejak tahun 1999-2005.
Di televisi ia menemukan dunia baru yang ternyata luar biasa baginya.
Ia terpacu ketika berhadapan dengan waktu tenggat berita yang bisa muncul setiap saat.
Dunia baru inilah yang membuatnya memiliki jargon bahwa kekuatan televisi adalah kecepatan, kecepatan, dan kecepatan.
Dalam tempo enam tahun, ia berhasil mengantarkan Liputan 6 SCTV menjadi program berita terkemuka di Tanah Air.
Karni hijrah ke ANTV tahun 2005.
Baca: Rocky Gerung Bongkar Motif Jokowi Dibalik Rencana Bebaskan Ustadz Abu Bakar Baasyir di ILC
Baca: LENGKAP: Komentar Rocky Gerung di ILC Ustadz Baasyir: Bebaaas . .Tidaak! Ancaman Lubang Hitam
Berkat tangan dinginnya, banyak tayangan ekslusif lahir dari liputan dan ketajaman naluri kewartawanannya.
Tak jarang dalam liputan-liputan tersebut ia sekaligus menjadi reporternya.
Tahun 2007, ia dipercaya membenahi TV One yang baru saja diambil alih Keluarga Bakrie.
Pada stasiun televisi ini namanya cukup berkibar, terutama setelah memandu acara "Indonesia Lawyers Club".
Di TV One, Karni menjabat sebagai Direktur Pemberitaan atau Pemimpin Redaksi News dan Sports.