Launching 6 Buku Karyanya, Aswandi Ungkap Keinginan Yang Terpendam
Aswandi ingin dalam di 2019 ini ada perubahan. Perubahan pertama adalah gaya dalam menulis buku, ia ingin menulis buku yang diawali dengan riset.
Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengamat Pendidikan Universitas Tanjungpura (Untan), saat ini menjalani hari-harinya dengan kesibukan sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr Aswandi masih menyempatkan dirinya untuk membuat karya tulisan yang dikemaskan dalam buku.
Tak tanggung-tanggung, meskipun disibukkan dengan berbagai kegiatan dan mengajar mahasiswa, sepanjang 2018, Aswandi berhasil membuat enam buah buku yang telah diterbitkan.
Baca: Luncurkan Program Membaca Kitab Sebelum Belajar, Atbah Berharap Akan Lahir Banyak Generasi Berilmu
Baca: Santo Dorong KPU dan Bawaslu Lebih Intensif Edukasi pada Pemilih Milenial
Baca: Gunakan Konstruksi IPAL, Pembangunan di Mekar Jaya Telan Dana Rp 500 Juta
Pakar Pendidikan Untan ini, menulis semua bukunya mengenai pendidikan.
Selama ini ia sudah mengeluarkan 12 karangan buku dan enam darinya diselesaikan dalam satu tahun atau setiap dua bulan satu buku.
Aswandi menyebutkan 12 karyanya berjudul, Memikirkan Kembali pendidikan, Pilar Kebijakan Pendidikan, Anak dan Kita, Manajemen Perubahan, Pemimpin Bukan Manajer, Kepemimpinan Berbasis Karakter, DNA Guru Inovatif, Mencari Makna Pendidikan, Belajar Menjadi Manusia, Pendidikan dan Perubahan, Kapita Selekta Pendidikan I dan Kapita Selekta Pendidik II.
Enam buku karangannya di tahun 2018 dilaunchingnya di ruang kerjanya, Gedung Rektorat Untan, Rabu (9/1/2019).
Aswandi ingin dalam di 2019 ini ada perubahan. Perubahan pertama adalah gaya dalam menulis buku, ia ingin menulis buku yang diawali dengan riset.
"Jadi riset dulu barulah hasil tersebut di tulis dalam bentuk buku. Ini yang ingin saya coba dalam gaya menulis. Sebelumnya tidak seperti itu, penulisannya, tulis saja seperti itu. Kalau pun ada hasil riset dari buku-buku orang. Tapi nanti saya ingin saya sendiri yang meriset nya," ucap Aswandi saat diwawancarai.
Aswandi ingin membuat buku berdasarkan riset, sehingga informasi yang didapat pembaca dalam buku itu, informasi yang betul-betul update sesuai dengan hasil riset dan terbaru.
"2019 ini, saya berusaha menulis buku itu paling tidak satu dalam sebulan. Sekarang saya menggarap tiga buku, dalam bulan Januari ini. Karena saya ingin nanti di saat bulan Mei saat saya di lahirkan saya melaunching bukunya. Jadi dalam 5 bulan berjalan saya sudah bisa meluncurkan 5 buku, atau sebulan satu buku,"tambahnya.
Ia berharap apa yang menjadi impiannya dan teladannya bisa menghasilkan sebuah buku dalam sebulan bisa diwujudkan.
Aswandi, bersyukur banyak pihak yang membantu dalam penerbitan bukunya. Misalnya Rektor Untan, Prof Garuda, Dekan FKIP Untan saat ini.
Dalam penerbitan buku Aswandi bilang tidak murah, oleh karena itulah banyak dosen tidak membuat karyanya dalam bentuk cetakan buku.
Orang selalu mengatakan kenapa bisa produktif di tengah kesibukannya. Ia menuturkan persoalannya karena sudah berkomitment sehingga menjadikan waktunya untuk menulis.
Tiada hari tanpa menulis, bahkan Aswandi tidak lapar kalau belum nulis.
"Saya susah diajak makan kalau belum jadi tulisan. Seperti opini saya yang selalu terbit di media masa itu, biasa istri saya sampai sudah tau, sudah tulis atau belum . Karena saya susahmakan kalau belum selesai tulisan," tambahnya.
Apabila sudah menghasilkan satu tulisan maka, maka menurutnya sama dengan umur bumi. Banyak para pakar yang seperti itu menulis kitab-kitab yang namanya abadi, seperti Bukhori Muslim, sampai mati pun orang masih membaca buku-buku itu.
"Saya sudah menghasilkan 12 buku, dalam prakteknya tidak begitu sulit. Hanya itu tadi karena kita punya komitmen tiada hari tanpa menulis maka saya bangun tidur saya menulis. Tapi tidak mudah karena menulis selalu berkaitan dengan membaca," jelasnya.
Aswandi membuat bukunya menyesuai kondisi saat ini, dimana orang lebih suka membaca dengan paragraf yang pendek.
Maka ia membuat buku dengan paragraf yang pendek.
Setiap buku yang diterbitkannya selalu ada foto dirinya di sampul, hal itu dilakukannya karena ingin memberikan ciri khas pada buku yang diterbitkannya.
"Selain itu, karena saya ingin nanti ketika saya sudah mati saya tidak hanya ingin di tanam di kuburan seperti itu. Saya ingin juga di simpan di rak-rak buku, bahkan tidak jarang orang menyimpan di tempat tidurmya," harap Aswandi.
Itulah motifasinya, kenapa buku-buku selalu ia beri gambar.
Dengan ciri khas lainnya, ia memakai kopiah. Ia pasti pertahankan ini, tidak ada bukunya yang tidak bergagambar.
"Jadi intinya saya ingin menuliskan apa yang saya fikirkan. Sehingga besok anak-anak kita ketika saya wafat ingin tahu tentang siapa saya cukup membaca buku saya, karena itu yang saya fikirkan,"tambahnya.