Sudah Ditandatangani Presiden, Surat Pemecatan Sekda Kalbar M Zeet Segera Sampai ke Gubernur

Pasalnya, surat pemberhentian Sekda Kalbar, M Zeet Hamdy Assovy sudah ditandatangani Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

Penulis: Syahroni | Editor: Dhita Mutiasari
KOLASE TRIBUNPONTIANAK.CO.ID
Sutarmidji dan M Zeet Hamdy 

Sementara itu Sekda Kalbar, M Zeet Hamdy Assovie, akhirnya buka suara dan menyebut Gubernur Sutarmidji berbohong terkait dengan jabatannya sebagai Sekda.

M Zeet menjelaskan secara rinci terkait dengan cuti dirinya hingga penunjukan Plh Sekda Kalbar yang ditunjuk Sutarmidji.

"Pada tanggal 3 September sampai tanggal 19 September 2018, Sekda Provinsi cuti yang ditandatangani Pj Gubernur. Pada tanggal 5 September 2018 Gubernur baru dilantik. Pada tanggal 12 September 2018 Gubernur menyurati Mendagri perihal pengembalian status pembinaan eselon 1B. Pada tanggal 18 September 2018, Gubernur menyurati saya untuk pemberitahuan tentang suratnya ke Mendagri dan penempatan Sekda di Badan Kepegawaian Daerah," jelasnya, Rabu (10/10)

"Tanggal 20 September 2018 Sekda aktif kembali dari cuti, melaporkan langsung ke Gubernur dan mohon arahan. Gubernur menjawab bahwa SK Plh Sekda diperpanjangnya dan Gubernur tidak mau menggunakan Sekda definitif. Tanggal 28 September 2018 pembahasan APBD-P yang dipimpin Plh Sekda, ditolak oleh dewan. Proses APBD P tidak terjadi sampai batas waktu terakhir sesuai UU yaitu tanggal 30 September 2018," timpalnya.

"Tanggal 28 September 2018 Gubernur menyurati Sekda untuk memilih jabatan yang ditawarkannya. Dari staf ahli sampai ke staf atau pindah ke lembaga lain dengan batas waktu 7 hari harus jawab. Tanggal 5 oktober 2018 sekda jawab surat Gubernur bahwa saya tidak dalam kapasitas memilih karena Gubernur sudah meminta keputusan Mendagri tapi belum dijawab, dan saya katakan tunggu saja jawaban pusat," jelas M Zeet Hamdy Assovie.

Ia pun menerangkan jika surat-surat Sekda telah dilayangkan ke KASN, Mendagri, BKN, Menpan RB dan Presiden RI.

"Itu semua komunikasi saya dengan Gubernur terpilih yang intinya adalah Midji telah berbohong, berbohong dan terus berbohong karena kebohongan pertama kali yang dibuatnya akan ditutupinya dengan berbohong lagi dan lagi dan lagi," katanya.

Selain itu, M Zeet juga mengatakan jika dirinya selalu masuk kantor walaupun dirinya tak diberdayakan.

"Saya selalu masuk kantor sedangkan dia tidak memberdayakan saya sebagai Sekda karena dendam pribadi yang kesumat," ujarnya.

"Saya ingin katakan secara jujur bahwa dengan sangat sadar saya setelah 5 tahun mengabdi yaitu akhir tahun 2015, saya mengikuti open bidding atau tes pada jabatan Dirjen Otda, masuk 3 besar namun belum dapat kesempatan," ungkapnya.

Diungkapkan, awal tahun 2018, dibuka lagi kesempatan open bidding pada Sekjen DPD RI dan ia masuk lagi tiga besar.

"Saya katakan pada Gubernur bahwa saya mohon bisa didorong untuk mutasi ke jabatan tersebut. Jika saya lolos berkat bantuan Gubenur maka proses pengabdian saya berlanjut untuk membantu daerah dan sekaligus tempat jabatan sekda menjadi lowong," terangnya.

"Alih-alih membantu putra daerah yang ingin berkarier ke pusat, justru yang dilakukannya terhadap saya adalah membunuh karakter saya, menghina saya, menghancurkan karier saya, mem-bully saya, mengusir saya karena sesuatu yang tidak dapat saya pahami," ucapnya.

"Saya katakan pada Gubernur, jika Pak Gubernur konflik dengan saya, apakah konflik ini tidak bisa kita kelola bersama untuk kebaikan Kalbar daripada terus melakukan upaya-upaya yang tidak terpuji dimata publik," timpalnya.

M Zeet pun mengatakan, upayanya untuk ikut tes ditingkat pusat merupakan ketulusan hatinya ingin mendukung Gubernur terpilih untuk memiliki kader-kader penerus dirinya yang dapat mencerminkan semangat kebhinekaan di Kalbar yang majemuk.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved