PFKPM Imbau Pemerintah dan Polresta Pontianak Tak Keluarkan Izin Perayaan Cap Go Meh, Ini Alasannya

Sehingga kondusifitas politik, situasi keamanan dan ketentraman masyarakat di Kota Pontianak harus terjaga dan terkendali dengan baik.

Penulis: Syahroni | Editor: Madrosid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/SYAHRONI
Sekretaris Jendral PFKPM Kalbar, Hendi Sutarsa. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dewan Pengurus Pusat (DPP), Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu (PFKPM) Kalbar menggelar pertemuan dan melakukan konperensi pers menyikapi pelaksanaan Cap Go Meh tahun 2570 Imlek, pada bulan Februari 2019 mendatang.

Pertemuan dilangsungkan di Sekretariat DPP PFKPM Kalbar, Jalan Teuku Umar, Pontianak, Jumat (16/11/2018).

Sekretaris Jendral DPP PFKPM Kalbar, Hendi Sutarsa menjelaskan pihaknya mengimbau pada Pemerintah Kota Pontianak dan Polresta Pontianak, agar tak memberikan izin untuk perayaan Cap Go Meh Tahun 2570 di Pontianak.

Misalnya seperti kegiatan Arakan Naga, Barongsai, Tatung maupun pentas seni dan pameran budaya lainnya.

Baca: Bawa Beban Terlalu Berat, Pengendara Sepeda Motor Jatuh ke Jurang dan Meninggal Dunia

Baca: Sutarmidji Akui Masih Banyak Pejabat Pemprov Kalbar Belum Laporkan Harta Kekayaan ke KPK

"Kami sarankan cukup untuk dilaksanakan di Kota Singkawang saja, Karena di Kota Singkawang sudah menjadi agenda nasional," ucap Hendi Sutarsa yang mengajak mensukseskan kegiatan di Kota Singkawang.

Dasar dari himbauan agar tak memberikan izin ini dijelaskan, Hendi Sutarsa karena pada tahun 2019 adalah tahun politik.

Di mana akan berlamgsungnya Pemilu Legislatif dan Presiden secara serentak (17/4/2018).

Sehingga kondusifitas politik, situasi keamanan dan ketentraman masyarakat di Kota Pontianak harus terjaga dan terkendali dengan baik.

Kemudian adanya kekhawatiran pelaksanaan Cap Go Meh, akan rentan untuk ditunggangi kepentingan politik tertentu.

Baca: Pelajar 13 Tahun Dibius Seusai Kenalan di Facebook, Diperkosa di Sungai Ambawang hingga Subuh

Baca: Dua Hari Terakhir, 4 Bocah di Kalbar Diperkosa! Korban Ada Yang Masih 9 Tahun

"Kita harapkan pemerintah dan pihak kepolisian mempertimbangkan usulan yang telah kita buat, supaya kondusifatas tetap terjaga dan kestabilan politik serta keamanan tetap berjalan baik," tegas Hendi Sutarsa.

Selain itu, PFKPM mengimbau seluruh masyarakat yang bukan dari kelompok budaya yang melaksanakan perayaan Cap Go Meh, untuk tidak berpartisipasi atau berperan serta dalam kegiatan.

"Jika perayaan Cap Go Meh tahun 2570 ini tetap dilaksanakan di Pontianak, maka kami dari PFKPM tidak bertanggungjawab apabila terjadi hal-hal yang tak diinginkan," tegasnya.

Hendi mengajak lebih baik mensukseskan kegiatan yang ada Cap Go Meh Singkawang, karena sudah menjadi agenda nasional. 

Evi, tatung perempuan yang ikut beratraksi pada puncak festival Imlek 2569 dan Cap Go Meh 2018 di Singkawang, Kalimantan Barat, Jumat (2/3/2018).
Evi, tatung perempuan yang ikut beratraksi pada puncak festival Imlek 2569 dan Cap Go Meh 2018 di Singkawang, Kalimantan Barat, Jumat (2/3/2018). (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Tahun 2018 Meriah di Singkawang

Mengutip wikipedia, Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Tahun Baru Imlek bagi komunitas Tionghoa di seluruh dunia.

Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama (Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam).

Ini berarti, masa perayaan Tahun Baru Imlek berlangsung selama lima belas hari.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan.

Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion.

Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Di Kalbar, Cap Go Meh sangat semarak, khususnya di Kota Singkawang.

Mengutip Tribun Kaltim.co, dalam budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa, pada setiap hari ke-15 Tahun Baru Imlek, mereka menyelenggarakan perayaan Cap Go Meh yang secara harfiah dalam Bahasa Mandarin berarti malam ke-15 dalam kalender China.

Ribuan warga menyaksikan atraksi tatung saat prosesi tatung cuci jalan di vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (1/3/2018).
Ribuan warga menyaksikan atraksi tatung saat prosesi tatung cuci jalan di vihara Tri Dharma Bumi Raya, Singkawang, Kalimantan Barat, Kamis (1/3/2018). (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Di Singkawang, Kalimantan Barat, pada tahun 2018, datangnya malam ke-15 Imlek yang jatuh pada tanggal 2 Maret 2018 itu, dirayakan secara besar-besaran dalam bentuk penyelenggaraan Festival Cap Go Meh 2018.

Menurut Lieus Sungkharisma, Ketua Komunitas Tionghoa Anti-Korupsi (Komtak), perayaan Cap Go Meh di Singkawang telah berhasil menjadi destinasi wisata baru yang menarik puluhan ribu pengunjung tidak hanya dari Indonesia tapi juga dari negara-negara di kawasan ASEAN dan China.

Kota Singkawang, Kalimantan Barat adalah satu dari sekian banyak Kabupaten/Kota di Indonesia yang tidak hanya menjadi bukti kayanya negeri ini dengan keberagaman, adat istiadat dan budaya, tapi juga dengan solidaritas dan toleransi.

Hal itu dikatakan Koordinator Forum Rakyat, Lieus Sungkharisma disela-sela pelaksanaan acara Festival Cap Go Meh yang dilaksanakan di Singkawang, 1 hingga 2 Maret 2018.

“Ini satu wujud dari kekayaan budaya bangsa Indonesia yang tumbuh dari akar tradisi nenek moyang orang Tionghoa. Saya ikut senang karena sejak beberapa tahun lalu di Singkawangtradisi ini telah menjadi event pariwisata yang mendatangkan banyak wisatawan,” katanya.

Bahkan, tambah Lieus, di tahun 2018 ini, di bawah pimpinan Wali Kota Tjhai Chui Mie yang belum genap setahun menjabat, festival Cap Go Meh Singkawang berhasil memecahkan 4 rekor MURI sekaligus.

"Ke empat rekor MURI tesebut adalah lampion terbanyak, gerbang Cap Go Meh terbesar, parade Tatung terbanyak dan replika Naga terbanyak," ujar Lieus.

Lieus yang hadir sebagai undangan khusus di Festival Cap Go Meh Singkawang 2018, menyebut apa yang dilakukan Pemkot Singkawang adalah sesuatu yang patut diapresiasi.

 Apalagi, katanya, meski yang ditonjolkan adalah adat budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa, namun pelaksanaannya tidak lepas dari semangat merawat dan menjaga persatuan Indonesia.

“Orang Tionghoa percaya, selama Cap Goh Meh para dewa akan berkumpul sehingga Tahun Baru Imlek menjadi saat yang paling baik untuk bersyukur dan berdoa kepada Tuhan yang Maha Kuasa,” tutur Tjhai Chui Mie, Wali Kota Singkawang.

Untuk diketahui, Kota Singkawang adalah salah satu kota di Kalimantan Barat yang terletak 145 km sebelah utara Pontianak, ibukota Kalimantan Barat.

Singkawang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Kalimantan Barat, yang berbatasan dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia.

Tidak seperti kota-kota lain di Indonesia, Singkawang memiliki suasana sangat oriental dengan ratusan Klenteng yang ditemukan di hampir setiap sudut kota.

Hal ini karena lebih dari 70% dari populasi masyarakat Singkawang adalah keturunan Tionghoa, terutama dari suku Hakka. 

Iring-iringan peserta pawai lampion dalam rangka menyemarakan Cap Go Meh 2569 di kota Singkawang, Kalimantan Barat, Rabu (28/2/2018) malam. Pawai lampion ini juga menampilkan berbagai atraksi dari baronsai, naga bersinar, kendaraan tradisional hias, pawai kostum adat dari berbagai etnis, dan atraksi drumband. Pawai lampion ini start dari kantor Wali kota Singkawang, dan finish di gedung Happy Building. TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA
Iring-iringan peserta pawai lampion dalam rangka menyemarakan Cap Go Meh 2569 di kota Singkawang, Kalimantan Barat, Rabu (28/2/2018) malam. Pawai lampion ini juga menampilkan berbagai atraksi dari baronsai, naga bersinar, kendaraan tradisional hias, pawai kostum adat dari berbagai etnis, dan atraksi drumband. Pawai lampion ini start dari kantor Wali kota Singkawang, dan finish di gedung Happy Building. TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ANESH VIDUKA)

1.145 Tatung Dipastikan Beratraksi

Panitia Imlek dan Cap Go Meh 2569 tahun 2018 Kota Singkawang memastikan jumlah Tatung yang akan memeriahkan puncak hari ke-15 sebanyak 1.145 orang. Jumlah tersebut diungkapkan Humas Panitia, Yoris Anes, Kamis (1/3/2018) sore.

Sampai hari terakhir pendaftaran, jumlah yang akan berpartisipasi dalam pawai sebanyak 1.145 orang. Sedangkan yang didaftarkan untuk pemecahan rekor Muri sebanyak 1.129 Tatung.

"Beberapa hari lalu, panitia dari divisi Tatung sudah meninjau ke tempat tempat tatung dan masang peneng tanda daftar peserta," ujar Yoris, Kamis sore.

Yoris menjelaskan, para Tatung tersebut tak hanya berasal dari Singkawang saja. Tetapi ada juga dari daerah luar seperti Sambas, Bengkayang dan Jakarta. Bahkan Yoris memastikan ada Tatung yang berasal dari Malaysia yang akan ikut memeriahkan Cap Go Meh tahun ini.

"Tatung dari luar negeri yang turut berpartisipasi sejauh ini baru dari Malaysia yang terdaftar," ujarnya.

Rangkaian parade Tatung yang akan menjadi sajian atraksi utama dalam pergelaran ini rencananya akan mulai berjalan mengikuti rute pada Jumat (2/3/2018) pukul 07.00 WIB.

Para peserta akan berkumpul di halaman Kantor Wali Kota Singkawang di Jalan Firdaus dan akan meneruskan rute menuju Jalan Diponegoro.

Dari Jalan Diponegoro, peserta akan berbelok ke arah Jalan Sejahtera, kemudian langsung ke Jalan Budi Utomo, melewati Jalan Salam Diman, Jalan Setia Budi, berbelok ke Jalan Niaga dan akan finish di Jalan Pai Bakir tempat altar utama.

Yoris menambahkan, rute yang dirancang panitia tersebut rencananya akan dilewati para Tatung hingga pukul 11.00 WIB.

 "Harapannya sebelum shalat Jumat, semua rangkaian acara sudah selesai sehingga tidak mengganggu saudara kita umat Muslim untuk menjalankan ibadah," ujar Yoris. (TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TRIBUN KALTIM.CO/KOMPAS.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved