Gerhana Bulan Total

Waktu Gerhana Bulan Total 28 Juli dan Tata Cara Shalat Gerhana Menurut 4 Mazhab

Waktu Gerhana Bulan Total 28 Juli dan Tata Cara Shalat Gerhana Menurut 4 MazhabGerhana bulan dimulai sekitar pukul 00.13 WIB hingga 06.30 WIB.

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
BBC
Ilustrasi Gerhana Bulan 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi gerhana bulan total akan terjadi pada hari Jumat malam atau Sabtu dini hari, 28 Juli 2018.

Menurut BMKG, gerhana bulan total dapat diamati di seluruh wilayah di Indonesia.

Gerhana bulan dimulai sekitar pukul 00.13 WIB hingga 06.30 WIB.

Sedangkan puncak gerhana akan terjadi pada pukul 03.21 WIB.

Pada saat Gerhana Bulan Total berlangsung, masyarakat bisa mengamati 3 peristiwa lainnya yakni, Bulan Mini atau Bulan Purnama Apogee, Oposisi Mars dan puncak hujan Meteor Aquarid.

Baca: Dampak Gerhana Bulan Juli 2018 Pada Zodiak, Bikin Emosi Bergejolak

Baca: Tata Cara Sholat Gerhana, Waktu, Niat Sholat dan 9 Amalan yang Sangat Dianjurkan

Baca: Bejat! Seorang Pria Cabuli Putrinya Berusia 13 Tahun

Baca: Pelatih Persib Mario Gomez: Ini Luar Biasa! Salut untuk Bonek dan Bobotoh

Baca: Direktur PDAM Setuju Pontianak Butuh Embung Untuk Cadangan Air Baku

Selain hujan meteor Aquarid, pengamat juga bisa berburu hujan meteor alpha Capricornid yang sedang berlangsung.

Seluruh peristiwa tersebut bisa diamati mulai tanggal 27 Juli sore setelah Matahari terbenam sampai tanggal 28 Juli ketika fajar menyingsing.

Khusus untuk Gerhana Bulan Total, baru akan terjadi tengah malam sampai dini hari.

Selain mengamati fenomena alam tersebut, ada baiknya bagi yang menganut Agama Islam untuk mengamalkan salat sunah gerhana bulan.

Dilansir dari NU Online berikut ini tata cara salat gerhana bulan dalam 4 Mahdzab, yakni Imam Maliki, Imam Hanafi, Imam Syafii dan Imam Hambali.

Rasulullah menganjurkan umat Islam untuk salat dua rakaat dengan dua Surat Al-Fatihah dan dua rukuk pada setiap rakaat dan disusul dengan dua khutbah.

Untuk salat gerhana matahari, ulama menyepakati hal ini sebagai tata caranya karena memang Rasulullah SAW mencontohkan demikian.

Baca: Dampak Gerhana Bulan Juli 2018 Pada Zodiak, Bikin Emosi Bergejolak

Baca: Imbas Kenaikan Harga Ayam, Pemilik Warung Pilih Jual Lauk Lainnya: Tak Tega Jual Harga Mahal

Baca: Ingin Fokus Main Game, Seorang Pria Putus Pacarnya yang Cantik dan Seksi

Baca: Pelatih Persib Mario Gomez: Ini Luar Biasa! Salut untuk Bonek dan Bobotoh

Baca: Uangnya Kurang Traktrik Makan Uya Kuya dan Nikita Mirzani, Billy Syahputra Protes!

Adapun terkait cara salat gerhana bulan, para ulama berbeda pendapat.

Sebagian ulama menganalogikan cara salat gerhana bulan dengan cara salat gerhana matahari.

Sementara ulama lain menyatakan bahwa cara salat gerhana bulan sama saja dengan cara salat sunah lainnya, cukup dikerjakan sendiri-sendiri di rumah masing-masing.

Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki menjelaskan perbedaan pendapat ulama dalam Ibanatul Ahkam, Syarah Bulughul Maram sebagai berikut:

أما خسوف القمر فقالت الشافعية والحنابلة هي ركعتان في كل ركعة؛ ركوعان كصلاة كسوف الشمس في جماعة. وقالت الحنفية صلاة الخسوف ركعتان بركوع واحد كبقية النوافل وتصلى فرادى، لأنه خسف القمر مرارا في عهد الرسول ولم ينقل أنه جمع الناس لها فيتضرع كل وحده، وقالت المالكية: ندب لخسوف القمر ركعتان جهرا بقيام وركوع واحد كالنوافل فرادى في المنازل وتكرر الصلاة حتى ينجلي القمر أو يغيب أو يطلع الفجر وكره إيقاعها في المساجد جماعة وفرادى.

Artinya, “salat gerhana bulan, bagi kalangan syafiiyah dan hanbaliyah, adalah dua rakaat dengan dua rukuk pada setiap rakaatnya persis seperti mengamalkan salat gerhana matahari secara berjamaah.

Kalangan Hanafi mengatakan, salat gerhana bulan itu berjumlah dua rakaat dengan satu rukuk pada setiap rakaatnya sebagai salat sunah lain pada lazimnya, dan dikerjakan secara sendiri-sendiri.

Pasalnya, gerhana bulan terjadi berkali-kali di masa Rasulullah SAW tetapi tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasul mengumpulkan orang banyak, tetapi beribadah sendiri.

Kalangan Maliki menganjurkan salat sunah dua rakaat karena fenomena gerhana bulan dengan bacaan jahar (lantang) dengan sekali rukuk pada setiap kali rakaat seperti salat sunah pada lazimnya, dikerjakan sendiri-sendiri di rumah.

salat itu dilakukan secara berulang-ulang sampai gerhana bulan selesai, lenyap, atau terbit fajar.

Kalangan Maliki menyatakan makruh salat gerhana bulan di masjid baik berjamaah maupun secara sendiri-sendiri,” (Lihat Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Beirut, Darul Fikr, cetakan pertama, 1996 M/1416 H, juz I, halaman 114).

Keterangan ini cukup jelas memilah pendapat para ulama.

Madzhab Syafii berpendapat bahwa salat gerhana bulan dilakukan secara berjamaah di masjid sebagaimana salat gerhana matahari.

Pendapat ini juga dipakai oleh Ahmad bin Hanbal, Dawud Az-Zhahiri, dan sejumlah ulama.

Sedangkan Imam Malik dan Imam Hanafi berpendapat sebaliknya.

Bagi keduanya, salat gerhana bulan tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi dilakukan secara sendiri-sendiri sebanyak dua rakaat seperti dua rakaat salat sunah lainnya.

Ibnu Rusyd mencoba memetakan sebab perbedaan di kalangan ulama perihal tata cara salat sunah gerhana bulan.

Dalam Bidayatul Mujtahid, ia memperlihatkan pendekatan yang dilakukan masing-masing ulama sebagai berikut ini:

سبب اختلافهم اختلافهم في مفهوم قوله عليه الصلاة والسلام: "إن الشمس والقمر آيتان من آيات الله لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتموهما فادعوا الله وصلوا حتى يكشف ما بكم وتصدقوا" خرجه البخاري ومسلم. فمن فهم ههنا من الأمر بالصلاة فيهما معنى واحدا وهي الصفة التي فعلها في كسوف الشمس رأى الصلاة فيها في جماعة. ومن فهم من ذلك معنى مختلفا لأنه لم يرو عنه عليه الصلاة والسلام أنه صلى في كسوف القمر مع كثرة دورانه قال المفهوم من ذلك أقل ما ينطلق عليه اسم صلاة في الشرع وهي النافلة فذا وكأن قائل هذا القول يرى أن الأصل هو أن يحمل اسم الصلاة في الشرع إذا ورد الأمر بها على أقل ما ينطلق عليه هذا الاسم في الشرع إلا أن يدل الدليل على غير ذلك فلما دل فعله عليه الصلاة والسلام في كسوف الشمس على غير ذلك بقي المفهوم في كسوف القمر على أصله والشافعي يحمل فعله في كسوف الشمس بيانا لمجمل ما أمر به من الصلاة فيهما فوجب الوقوف عند ذلك. وزعم أبو عمر بن عبد البر أنه روي عن ابن عباس وعثمان أنهما صليا في القمر في جماعة ركعتين في كل ركعة ركوعان مثل قول الشافعي

Artinya, “Sebab perbedaan itu terletak pada perbedaan pandangan mereka dalam memahami hadits Rasulullah SAW, ‘Matahari dan bulan adalah dua tanda kebesaran Allah.

Keduanya tidak terjadi gerhana karena kematian atau kelahiran seseorang.

Kalau salah seorang kalian melihat keduanya, sebutlah nama Allah dan salatlah sampai Allah membuka gerhana itu, dan bersedekahlah,’ HR Bukhari.

Ulama yang memahami di sini sebagai perintah salat pada kedua gerhana dengan sebuah pengertian yaitu sifat salat yang telah dikerjakan Rasulullah SAW ada saat gerhana matahari, memandang bahwa salat pada gerhana matahari dilakukan secara berjamaah.”

Sedangkan ulama yang memahami hadits ini dengan sebuah pengertian berbeda, sementara belum ada riwayat yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW melakukan salat gerhana bulan padahal fenomena itu terjadi berkali-kali sema beliau hidup, berpendapat bahwa pengertian yang dapat ditarik dari teks hadits ini adalah sekurang-kurang sebutan salat dalam syara’, yaitu salat sunah sendiri.

Ulama ini seakan memandang bahwa pada asalnya kata ‘salat’ di dalam syarak bila datang perintah padanya harus dipahami dengan konsep paling minimal yang mengandung sebutan itu dalam syariat kecuali ada dalil lain yang menunjukkan hal yang berlainan.

Ketika sikap Nabi SAW menghadapi gerhana matahari berbeda dengan itu, maka konsep terkait gerhana bulan tetap dipahami sebagai aslinya.

Sedangkan Imam Syafi’i memahami sikap Nabi SAW dalam melewati gerhana matahari sebagai penjelasan atas keijmalan perintah salat oleh Rasulullah pada kedua gerhana tersebut sehingga konsep atas amaliah gerhana bulan harus berhenti di situ.

Sementara Abu Amr bin Abdil Bar meriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Utsman RA bahwa keduanya melaksanakan salat dua rakaat secara berjamaah saat gerhana bulan dengan dua rukuk pada setiap rakaatnya seperti pendapat Imam As-Syafi’i,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah, 2013 M/1434 H, cetakan kelima, halaman 199).

Perbedaan pendapat ini berimbas pada bacaan di dalam salat itu sendiri.

Tetapi dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa para ulama berbeda pendapat perihal cara pelaksanaan salat gerhana bulan.

Kita sebaiknya tidak perlu memaksakan pendapat ulama manapun kepada orang lain.

Tetapi sebaiknya kita saling menghargai hasil ijtihad para ulama dan menghargai pandangan orang lain sesuai madzhab mereka.

Gerhana Bulan Total Terlama di Abad-21

Selain tampak sangat gelap, gerhana bulan kali ini akan memiliki durasi terpanjang selama abad 21 (2001 – 2100) yakni 103 menit.

Seperti dilansir National Geographic Indonesia, durasi yang panjang tersebut terjadi karena selain melintasi pusat umbra Bumi, Bulan juga sedang berada pada titik terjauh dari Bumi atau apogee.

Secara umum, fenomena Bulan Purnama Apogee ini dikenal sebagai Bulan mini atau Bulan mikro karena piringan Bulan akan tampak 14% lebih kecil dari Bulan Purnama saat di perigee a.k.a Bulan Super.

Bulan mencapai titik terjauhnya tanggal 27 Juli 2018 pukul 12:44 WIB atau 14 jam 38 menit sebelum gerhana bulan total terjadi. 

Jika dibandingkan dengan jarak rata-rata Bulan 384.400 km, itu artinya Bulan menjauh 21.823 km atau piringan Bulan akan tampak 5,6% lebih kecil dibanding rata-rata. 

Jika dibandingkan dengan Bulan saat berada pada jarak terdekat dari Bumi, piringan Bulan akan tampak 11,2% lebih kecil.

Meskipun piringan Bulan tampak lebih kecil, tidak banyak perbedaan yang bisa dilihat oleh pengamat.

Efek dari terjadinya Gerhana bulan saat bulan purnama apogee, durasi gerhana bulan total pun jadi jauh lebih lama.

Untuk GBT 28 Juli 2018, durasi total akan berlangsung selama 1 jam 42 menit 57 detik, sedangkan GBT 31 Januari 2018 saat Bulan di perigee, durasinya hanya 1 jam 16 menit 4 detik.

GBT paling lama sebelum 21 Juli 2018 adalah GBT 16 Juli 2000 yakni selama 01 jam 46 menit 24 detik yang sekaligus GBT terlama abad 20. 

Durasi total terpanjang berikutnya adalah GBT 9 Juni 2123 dengan durasi 1 jam 46 menit 6 detik yang juga GBT paling lama di abad 22.

Kemiripannya, ketiga gerhana tersebut terjadi saat Bulan melintasi pusat umbra Bumi di bulan Juni – Juli saat Bumi sedang berada di area titik terjauhnya dari Matahari, dan Bulan juga sedang berada di area titik terjauh dari Bumi.

Berdasarkan Hukum ke-3 Kepler, dalam lintasan elips, sebuah benda bergerak lebih cepat saat berada dekat pusat massa dan lebih lambat saat jauh dari pusat massa.

Untuk GBT 28 Juli, Bulan akan mulai memasuki bayangan Bumi pukul 00:14 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 54 menit dalam umbra Bumi.

Keseluruhan gerhana bulan akan terjadi selama 6 jam 13 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 43 menit.  

Gerhana Bulan Total ini merupakan yang paling lama sejak 18 tahun lalu dan baru akan terlampaui 105 tahun lagi.

Proses Gerhana Bulan Total dimulai pukul 01:24 WIB sampai pukul 05:19 dengan puncak gerhana berlangsung pukul 03:22 WIB.

Waktu Indonesia Bagian Barat
Awal Gerhana Penumbral (P1) : 00:14:49 WIB
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 01:24:27 WIB
Awal Gerhana Total (U2) : 02:30:15 WIB
Puncak Gerhana :  03:21:43 WIB
Akhir Gerhana Total (U3) : 04:13:12 WIB WIB
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 05:19:00 WIB
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 06:28:37 WIB

Waktu Indonesia Bagian Tengah
Awal Gerhana Penumbral (P1) : 01:14:49  WITA
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 02:24:27 WITA
Awal Gerhana Total (U2) : 03:30:15 WITA
Puncak Gerhana :  04:21:43 WITA
Akhir Gerhana Total (U3) : 05:13:12 WITA
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 06:19:00 WITA
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 07:28:37 WITA

Waktu Indonesia Bagian Timur
Awal Gerhana Penumbral (P1) :  02:14:49  WIT
Awal Gerhana Sebagian (U1) : 03:24:27 WIT
Awal Gerhana Total (U2) : 04:30:15 WIT
Puncak Gerhana :  05:21:43 WIT
Akhir Gerhana Total (U3) : 06:13:12 WIT
Akhir Gerhana Sebagian (U4) : 07:19:00 WIT
Akhir Gerhana Penumbral (P4): 08:28:37 WIT

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved