Pendiri Go-Jek Nadiem Makarim Ternyata Cucu Pejuang Kemerdekaan, Siapa Dia?
Antara lain, Perundingan Linggarjati, Perundingan Renville, dan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Agus Pujianto
Karena kedudukannya dalam Panitia tersebut, rumah Hamid di Jalan Tosari 50 menjadi tempat berkumpulnya pejuang-pejuang dari Afrika Utara (Maghribi).
Baca: Pertamina Cabang Pontianak Berbagi Kebahagiaan Dengan Anak Panti Asuhan
Baca: Ini Faktor yang Mempengaruhi Bijak Bermedsos Menurut Kadiskominfo Kalbar
Berdatanganlah ke situ Allal Fazzi dari Maroko, Habib Bourguiba, Salah ben Yussef, Taieb Slim, Tahar Amara dari Tunisia, Lakhdar Brahimi, Mohammed ben Yahya, Muhammad Yazid, Husein Ait Ahmad dari Aljazair.
Setelah negeri mereka merdeka dan berdaulat, tokoh-tokoh itu menjadi orang penting.
Habib Bourguiba jadi Presiden Tunisia, Taieb Slim dubes di Inggris, Mohammed ben Yahya duta besar untuk Moskwa, kemudian Menlu Aljazair, Lakhdar Brahimi dubes di Kairo dan London, kemudian Menlu Aljazair dan kini sering jadi trouble shooter Sekjen PBB menyelesaikan masalah Haiti, Lebanon, Afganistan, Somalia, Sudan dan Irak.
Hamid diakui jasanya oleh negara-negara Afrika Utara dan memperoleh bintang kehormatan dari Republik Tunisia dan Aljazair.
Di dalam negeri dia dianugerahi Satya Lencana 1978 dan diakui sebagai Perintis Kemerdekaan.
Setelah tiada lagi jadi anggota parlemen, dia aktif di bidang sosial, misalnya menjadi direktur Yayasan Dana Bantuan.
Meskipun bukan Kapitein der Arabieren seperti ayahnya, dia diakui secara tak resmi dalam lingkungan keturunan Arab sebagai "kepala suku".
Baca: Pria Bersimbah Darah Dilarikan ke Rumah Sakit, Tim Medis Temukan Bekas Tusukan Benda Tajam
Baca: Cicipi Sotong Pangkong Jalan Merdeka, Ini Penilaian PJ Gubernur Kalbar
Pendapatnya sering diminta sebagai diterima sebagai pendapat "kepala suku" layaknya.
Tiap kali Presiden Soeharto membentuk kabinet selama Orde Baru dan di dalamnya terdapat menteri yang keturunan Arab, maka Ia berbesar hati dan bila ada kesempatan bertemu dengan Pak Harto menyatakan rasa terima kasihnya atas kenyataan itu.
Waktu hari pertama Ia masuk rumah sakit, dengan tiada ayal datang berkunjung Menlu Ali Alatas dan Menteri Keuangan Mar'ie Muhamad melihat keadaannya.
Hamid mulai dirawat di Rumah Sakit Medistra, Jakarta karena kerapuhan tulang dan radang paru-paru.
Setelah lima hari dirawat, Hamid meninggal pada hari Minggu fajar tanggal 25 Januari 1998.
Ia dikuburkan di pemakaman Tanah Kusir, Jakarta. (*)