Analisis Pengamat Pendidikan Tentang Pembelajaran Berbasis Daring di Kalbar
Ketika kita mau mendidik guru-guru saat itu menggunakan jalur PTJ berbasis online...
Penulis: Maudy Asri Gita Utami | Editor: Dhita Mutiasari
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Wahidin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Pengamat Pendidikan Kalbar yang juga Wakil Rektor I Universitas Tanjungpura
DR. Aswandi meganalisis mengenai pembelajaran berbasis daring (dalam jaringan) seperti berikut.
Sekarang ini memang sudah sering dibicarakan setiap hari mengenai pembelajaran berbasis daring (dalam jaringan) yang diharapkan semestinya sudah dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia, namun memang pada kenyataannya tidak semudah itu untuk dilaksanakan.
Kalau berbicara di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas itu kan tidak terlalu jauh jika dibandingkan daerah-daerah pedalaman di Provinsi NTT, Papua, Maluku dan wilayah timur lainnya.
Bahkan di sana tantangan geografisnya sangat jauh jika dibandingkan di sini.
(Baca: Mahasiswa KKM Fisip Untan Bakti Sosial Dikediaman Nek Baidah )
Makanya kalau memang pemerintau mempunyai komitmen untuk meratakan mutu, untuk daerah Paloh seharusnya sudah bisa dijangkau.
Kita sejak beberapa tahun lalu sudah mengatakan itu penting.
Ketika kita mau mendidik guru-guru saat itu menggunakan jalur PTJ berbasis online.
Malah guru di sana menceritakan kalau mau nelpon harus memanjat pohon.
Sekarang pendidikan memang yang mengurusnya ada tiga. Perguruan tinggi diurus oleh pusat, SMA/SMK diurus oleh provinsi, SD dan SMP diurus oleh kabupaten.
Memang saat ini untuk tingkat kabupaten belum sampai ke arah pendidikan berbasis daring/internet. Memang seharusnya semestinya ada program tersebut.
Sehingga sampai di daerah 3T (Terdepan, terluar, tertinggal) tidak lagi bermasalah.
Hanya saja pemerintah kabupaten memang masih terbatas untuk sampai berpikir ke sana.
Apalagi pemerintah pusat juga demikian. Kalau ada komitmen pemerintah sudah sampai ke sana, itu sesuatu yang luar biasa. Karena problem pendidikan di daerah saat ini sebenarnya bagaimana agar anak-anak tidak berhenti sekolah.
Fenomena yang terjadi di Kabupaten Sambas anak-anak banyak yang tidak meneruskan sekolah setelah lulus SMP, bahkan juga ada yang berhenti setelah lulus SD. Permasalahan paling banyak disebabkan oleh faktor ekonomi keluarga. Lebih mirisnya lagi anak usia dini di sana sudah menikah.
Oleh karena itu, masalahnya sekarang bukan tidak bisa di daerah seperti Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas mendapatkan akses internet untuk pembelajaran berbasis daring.
Tetapi memang belum menjadi prioritas pemerintah karena masih banyak permasalahan pendidikan seperti putus sekolah itu yang lebih penting diselesaikan.
Makanya kita belum bisa kita membicarakan pendidikan bermutu yang merata di Kabupaten Sambas dengan manyediakan fasilitas internet. Di sana masih banyak anak-anak yang putus sekolah. Padahal yang diprogramkan oleh pemerintah saat ini ialah wajib belajar 12 tahun atau setara dengan sampai selesai SMA.
Putus sekolah ini fenomena yang serius di Kabupaten Sambas karena tidak terlalu banyak terjadi di kabupaten lain. Karena yang saya takutkan orang mulai tidak percaya dengan pendidikan. Mereka banyak perpikir bahwa pendidikan tidak menjadi jaminan mendapatkan pekerjaan.