Korban Dimas Kanjeng Impikan Kekayaan di Balik Gubuk Derita, Berikut Kisah Mereka
Ia pun rela meninggalkan pekerjannya sebagai pedagang daging di daerah asalnya, termasuk meninggalkan keluargannya.
Menurutnya, Agus memang sudah lebih tujuh bulan bertahan di padepokan dengan kondisi kekurangan.
Ia pun rela meninggalkan pekerjannya sebagai pedagang daging di daerah asalnya, termasuk meninggalkan keluargannya.
"Akhirnya Agus tidak kuat memperjuangkannya. Ia memilih pulang kampung sebelum Dimas Kanjeng ditangkap. Ia sudah tidak memikirkan uangnya," paparnya.
BACA JUGA: Polisi Selidiki Dugaan Keberadaan Pengikut Dimas Kanjeng di Mempawah
Ia pun mengalami hal yang sama.
Ia merasakan bahwa hidup di tenda padepokan ini ibarat sebuah perjuangan mencapai kesuksesan.
Namun, ia mengaku bahwa titik kesuksesannya ini terlalu panjang dan berliku.
Bahkan, ia pun tidak memiliki gambaran apa yang ada di depannya.
"Saya mau pulang saja, tapi ini masih menunggu transferan uang dari istri saya. Begitu ada uang saya pulang ke rumah," paparnya.
Dia menuturkan, sudah tujuh bulan di padepokan.
Tujuannya sama dengan pengikut lainnya, menunggu pencairan uang mahar.
Sebab, syaratnya sebelum uang mahar yang digandakan cair, pengikut diwajibkan belajar agama mulai mengaji, salat, puasa dan mengamalkan amalan-amalan lainnya.
"Intinya memperbanyak tirakat. Tapi, sampai tujuh bulan ini belum ada pencairan sama sekali. Saya dulu tahu padepokan ini dari teman saya," tuturnya.
Dia mengaku, niatnya memberikan uang mahar ini untuk memperkaya diri.
Ia menyebut memiliki hutang dan jumlahnya puluhan juta.
Ia tidak memiliki uang sebanyak itu untuk menutupi hutangnya.
"Saya justru semakin banyak hutang sekarang, uang mahar tidak kembali sama sekali," pungkasnya.