Ketika Bupati Bantaeng Teringat Gubernur Cornelis

Nurdin Abdullah, langsung nyerocos bercerita tentang Gubernur Cornelis, dan panasnya udara di Kota Pontianak.

Penulis: Hasyim Ashari | Editor: Galih Nofrio Nanda
tribuntimur
JAMUAN - Bupati Bantaeng, Nurdin Abdullah, menjamu rombongan Tribun di Pantai Seruni, kemarin. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, BANTAENG - Tribun Pontianak.co.id mendapat kesempatan langka bertemu Nurdin Abdullah, Bupati Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), awal Agustus lalu.

Saat itu, kepala daerah dengan prestasi mentereng ini, baru saja pulang dari lawatannya ke Kalbar, memenuhi undangan Gubernur Kalbar, Cornelis MH.

Tidak heran, begitu tahu ada Tribun Pontianak.co.id, Nurdin Abdullah, langsung nyerocos bercerita tentang Gubernur Cornelis, dan panasnya udara di Kota Pontianak.

Nurdin yang memiliki nama lengkap Prof DR Ir HM Nurdin Abdullah MAgr adalah Bupati Kabupaten Bantaeng periode 2008-2013 dan terpilih kembali untuk periode 2013-2018.

Ia menerima Tribunpontianak.co.id dan rombongan manajemen Tribun Timur yang dipimpin Wapemred Tribun Timur, Thamzil Tahir, di Rumah Adat Balla Lompoa, Senin (8/8/2016).

Mengenakan seragam dinas PNS warna cokelat, Nurdin didampingi sejumlah staf.

Balla Lompoa Bantaeng terletak di daerah Letta, Kecamatan Bantaeng, adalah tempat tinggal Raja Bantaeng.

Tidak ingin tempat bersejarah itu tergilas zaman, Nurdin merenovasinya kembali.

"Balla Lompoa ini hampir saja hilang. Itu tiang-tiang penyangganya sudah ada yang dipotong. Lantas, saya perintahkan kembali untuk dipugar. Ini bukti sejarah, tak boleh hilang," kata Nurdin.

Ia pun bercerita tentang ruangan khusus yang ada di Balla Lompoa.

"Tempat kita duduk sekarang adalah ruang tamu khusus untuk menerima tamu-tamu dari Belanda. Itu, ruang yang di atas, yang lebih tinggi untuk tamu-tamu Karaeng," ujarnya sambil meunjuk sebuah ruang yang penuh sesak dengan peninggalan kerajaan.

Ada deretan meja panjang dari kayu, foto-foto para raja, termasuk leluhur Nurdin.

Ruang tamu untuk menerima orang-orang Belanda menurut Nurdin dibuat lebih rendah, dengan pintu yang juga rendah.

"Dibuat rendah karena mereka menolak membuka sepatu. Mereka juga menolak membungkuk di hadapan raja. Maka, pintu masuk dibuat pendek. Dengan begitu, orang-orang Belanda terpaksa membungkuk kalau masuk ruang tamu ini, karena tubuh mereka kan tinggi," ucap Nurdin sambil tertawa.

Nurdin yang merupakan bupati profesor pertama di Indonesia ini lantas menyinggung soal suksesi kepemimpinan di Bantaeng.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved