Aqua Dwipayana: Pencegahan Karhutla Dengan Pendekatan Humanis Tanpa Senjata
Kemudian yang paling mendasar adalah pendekatan yang digunakan adalah pendekatan humanis tidak dengan senjata.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Jamadin
Dr Aqua Dwipayana : Pencegahan Karhutla Dengan Pendekatan Humanis Tanpa Senjata
PONTIANAK -Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana mengikuti Apel Siaga Darurat Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Kalimantan Barat di Kantor Gubernur Kalbar, selasa (23/7/2019).
Acaranya diawali dengan upacara yang dipimpin Gubernur Kalbar Sutarmidji.
Kehadiran Pakar Komunikasi Dr Aqua Dwipayana dalam acara ini guna memberikan pembekalan dan motivasi kepada seluruh peserta yang jumlahnya sekitar 1.512 orang.
Dr Aqua mengatakan satgas yang dibentuk ini sangat mulia karena mereka berupaya seoptimal mungkin melakukan pencegahan terhadap kebakaran hutan dan lahan.
Kemudian yang paling mendasar adalah pendekatan yang digunakan adalah pendekatan humanis tidak dengan senjata.
Baca: Suprapto: Kepala Daerah Harus Berani Mengatur Penataan Kota
Baca: BNPB Siapkan 1512 Satgas untuk Disebar ke 100 Desa Rawan Karhutla di Kalbar
"Kunci sukses satgas ini adalah di komunikasi, jika mereka betul-betul mau memahami komunikasi terutama kearifan lokal maka akan sukses,"ujarnya.
Satgas ini selama 24 jam dan dalam waktu tiga hingga empat bulan akan tinggal dirumah penduduk.
Keseharian satgas ini akan bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sehingga satgas ini bisa merasakan apa yang dirasakan oleh penduduk.
Setiap personil dengan bekal 45 ribu rupiah sebagai uang makan yang diserahkan ke masyarakat tentu tidak akan membebani masyarakat. Dengan pendekatan komunikasi politik akan mengajak masyarakat melakukan apa yang diinginkan.
"Ajakannya adalah bagaimana bersama-sama mengatasi kebakaran hutan dan lahan," ucapnya.
Dengan pendekatan persuasif sekaligus menjelaskan dampak negatif dari kebakaran hutan dan lahan. satgas ini juga bersama masyarakat mengatasi kebakaran hutan dan lahan. Satgas ini jika ingin diterima masyarakat dengan baik harus lebih dulu menghormati masyarakat.
Kemudian satgas ini harus menunjukkan empati kepada masyarakat. Dengan hidup bersama sehari-hari bersama masyarakat satgas ini akan merasakan yang dilakukan masyarakat. Jika ada yang mesti dibantu satgas jangan ragu untuk masyarakat.
Baca: Atbah Ajak IKIP PGRI Pontianak Dongkrak Pendidikan di Sambas
"Sehingga masyarakat menganggap satgas adalah bagian dari dari keluarga mereka," ujarnya.
Satgas juga harus bisa menyesuaikan dimana mereka berada. Kalbar dengan isi karakter yang berbeda itu harus bisa disesuaikan oleh satgas. Misalnya menghadapi masyarakat yang agamis maka dari itu tim satgas yang seagama dengan masyarakat juga harus menggunakan pendekatan yang agamis.