Berita Viral

Suntikan Maut Perawat, 10 Pasien Tewas di Tangan Penguasa Hidup dan Mati

Suntikan maut perawat di Jerman tewaskan 10 pasien. Fakta mengejutkan kasus “penguasa hidup dan mati” ini mengungkap sisi gelap profesi medis.

Tribunnews/Jeprima
SUNTIKAN MAUT - Foto ilustrasi hasil olah Tribunnews/Jeprima, Kamis 6 November 2025, memperlihatkan Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 kepada warga di Sentra Vaksinasi Covid-19 Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat (IPSM) Nasional, di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis 16 September 2021. Suntikan maut perawat di Jerman tewaskan 10 pasien, fakta mengejutkan kasus “penguasa hidup dan mati” ini mengungkap sisi gelap profesi medis. 
Ringkasan Berita:
  1. Menurut jaksa, terdakwa bekerja dalam tekanan dan kehilangan semangat dalam menjalankan tugasnya. 
  2. Ketika menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian lebih, ia justru menunjukkan kejengkelan dan sikap dingin. 
  3. Aksi penyuntikan dilakukan saat jam jaga malam, ketika pengawasan dari staf medis lain berkurang.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus suntikan maut perawat kembali mengguncang dunia medis Jerman. 

Seorang perawat paliatif dijatuhi hukuman penjara seumur hidup setelah terbukti membunuh 10 pasien dengan suntikan mematikan. 

Tragedi suntikan maut perawat ini terjadi di rumah sakit Wuerselen, dekat Aachen, antara Desember 2023 hingga Mei 2024. 

Perawat berusia 44 tahun itu disebut bertindak layaknya “penguasa hidup dan mati” atas pasien-pasien lanjut usia yang dirawatnya. 

Jaksa menuduhnya menyuntik korban dengan dosis tinggi obat penenang demi mengurangi beban kerja. 

Aksi keji tersebut mengguncang publik dan memunculkan kembali trauma atas kasus serupa yang pernah terjadi sebelumnya. 

Kini, suntikan maut perawat ini menjadi simbol gelap profesi yang seharusnya berlandaskan kasih dan empati.

Maut Perkelahian Keluarga 2025, Anak Tewas Dibacok Ayah yang Diburu Polisi

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Tragedi Medis yang Menggemparkan Dunia

Kasus perawat pembunuh ini menambah daftar panjang kejahatan medis di Jerman. Pengadilan di Kota Aachen pada Rabu 5 November 2025 memutuskan hukuman penjara seumur hidup bagi sang perawat setelah terbukti membunuh 10 pasien dan mencoba mengakhiri nyawa 27 lainnya. 

Nama terdakwa tidak diungkapkan karena perlindungan hukum atas privasi di Jerman.

Majelis hakim menilai bahwa tindakan terdakwa termasuk dalam kategori kejahatan luar biasa dengan tingkat kesalahan yang sangat berat. 

Oleh karena itu, ia tidak berhak atas pembebasan bersyarat setelah menjalani 15 tahun penjara, sebagaimana biasanya berlaku dalam sistem hukum Jerman. 

Vonis ini mencerminkan sikap tegas pengadilan terhadap pelaku kejahatan medis yang menyalahgunakan profesinya.

Motif di Balik Aksi Sang Penguasa Hidup dan Mati

Jaksa menggambarkan pelaku sebagai sosok tanpa empati yang menggunakan suntikan mematikan berisi morfin dan midazolam untuk menghilangkan beban kerjanya. 

Kedua obat tersebut dikenal sebagai pereda nyeri dan pelemas otot kuat, bahkan digunakan dalam eksekusi mati di Amerika Serikat.

Menurut jaksa, terdakwa bekerja dalam tekanan dan kehilangan semangat dalam menjalankan tugasnya. 

Ketika menghadapi pasien yang membutuhkan perhatian lebih, ia justru menunjukkan kejengkelan dan sikap dingin. 

Aksi penyuntikan dilakukan saat jam jaga malam, ketika pengawasan dari staf medis lain berkurang.

Pelaku diketahui menyelesaikan pelatihan keperawatannya pada tahun 2007 dan telah berpindah-pindah tempat kerja sebelum akhirnya bergabung di rumah sakit Wuerselen pada 2020. 

Ia ditangkap pada musim panas 2024, setelah serangkaian kematian misterius menimbulkan kecurigaan di kalangan dokter dan keluarga pasien.

Gadis Muda Terjerumus Rayuan Maut Penyembah Setan 764, Kasus Manipulasi Seksual

Proses Hukum dan Penyelidikan Lanjutan

Selama persidangan yang berlangsung sejak Maret 2025, jaksa menghadirkan bukti-bukti medis dan kesaksian saksi ahli. 

Sebaliknya, tim pembela sempat menuntut pembebasan penuh dengan alasan bahwa pelaku hanya bermaksud meringankan penderitaan pasien.

Namun, bukti forensik menunjukkan bahwa dosis obat yang diberikan jauh melampaui batas aman dan tidak memiliki indikasi medis.

Pihak berwenang bahkan memerintahkan pembongkaran makam sejumlah pasien untuk memastikan apakah masih ada korban lain yang belum teridentifikasi. 

Penyelidikan masih berlanjut dan tidak menutup kemungkinan akan muncul dakwaan baru terhadap terdakwa jika ditemukan korban tambahan.

Kasus yang Mengingatkan Dunia pada Niels Hoegel

Kasus ini mengingatkan publik pada Niels Hoegel, perawat asal Jerman yang pada 2019 dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena membunuh 85 pasien. 

Hoegel juga menggunakan suntikan mematikan antara tahun 2000 hingga 2005 dan menjadi pembunuh berantai paling mematikan di Jerman modern. 

Psikiater kemudian menyatakan bahwa Hoegel memiliki gangguan narsistik berat yang mendorongnya untuk bermain sebagai “Tuhan” di ruang rawat.

Paralel antara kedua kasus ini memperlihatkan sisi gelap profesi medis ketika seseorang yang memiliki kendali atas hidup dan mati kehilangan empati dan tanggung jawab moral. 

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan serius, sejauh mana sistem pengawasan rumah sakit mampu mencegah kejahatan serupa terulang?

Imam Bunuh Ibu Kandung dengan Besi Tambal Ban Saat Diantarkan Makanan 2025

Gelombang Kasus Serupa di Eropa

Tidak hanya di Aachen, Jerman juga tengah dihadapkan pada kasus dokter paliatif pembunuh di Berlin. 

Seorang dokter berusia 40 tahun, yang diidentifikasi media sebagai Johannes M, sedang diadili atas tuduhan membunuh 15 pasien antara 2021 dan 2024. 

Dalam lima kasus, ia bahkan diduga membakar rumah korban untuk menghapus jejak kejahatannya. 

Gelombang kasus seperti ini memperkuat kekhawatiran publik terhadap lemahnya sistem pengawasan di sektor medis, terutama pada pelayanan paliatif di mana pasien sering kali dalam kondisi kritis dan tidak dapat melawan.

Respons Masyarakat dan Reformasi Sistem Kesehatan

Kementerian Kesehatan Jerman menyatakan keprihatinan mendalam dan menjanjikan evaluasi total terhadap sistem rekrutmen serta pemantauan tenaga medis. 

Para ahli etik kedokteran menilai bahwa kasus suntikan maut perawat menjadi alarm keras bagi seluruh dunia medis untuk memperkuat pengawasan psikologis dan profesional terhadap tenaga kesehatan.

Asosiasi Keperawatan Nasional Jerman menyerukan peningkatan pendidikan moral dan etika profesi. 

Selain itu, perlu dilakukan screening kepribadian dan evaluasi rutin bagi tenaga medis yang menangani pasien dalam kondisi kritis, terutama di unit paliatif dan perawatan intensif.

Pelajaran dari Kasus Suntikan Maut Perawat

Kasus tragis ini menunjukkan bahwa rasa empati dan tanggung jawab moral merupakan fondasi utama profesi medis.

Tanpa kedua hal itu, keahlian medis justru bisa menjadi alat mematikan di tangan yang salah. 

Dunia kesehatan kini dihadapkan pada tantangan besar: menjaga keseimbangan antara profesionalisme, kemanusiaan, dan sistem kontrol yang efektif.

Sementara itu, keluarga korban berharap keadilan penuh ditegakkan dan kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. 

Tragedi suntikan maut perawat di Jerman menjadi pengingat pahit bahwa nyawa manusia tak boleh dipermainkan, bahkan oleh mereka yang bersumpah untuk menyelamatkannya.

(*)

Artikel ini telah tayang di kompas.com dengan judul Bunuh 10 Pasien dengan Suntikan Mematikan, Perawat Ini Dipenjara Seumur Hidup

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved