Berita Viral

Siswi SMK Meninggal Keracunan Makanan di Bandung, Sempat Santap MBG Sekolah

Siswi SMK di Bandung meninggal diduga keracunan MBG. Sekolah ungkap fakta sebenarnya dan Dinkes beri edukasi soal kesehatan.

YouTube tribunjabar video
SISWI MENINGGAL KERACUNAN - Foto ilustrasi hasil olah YouTube tribunjabar video, Kamis 2 Oktober 2025, memperlihatkan siswi SMK di Bandung meninggal diduga keracunan MBG. Sekolah ungkap fakta sebenarnya dan Dinkes beri edukasi soal kesehatan. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Seorang siswi SMK di Kabupaten Bandung Barat (KBB) meninggal dunia setelah diduga mengalami keracunan makanan. 

Siswi SMK meninggal diduga keracunan MBG di Bandung menjadi kabar yang menyita perhatian publik pada akhir September 2025. 

Informasi awal menyebutkan korban, Bunga Rahmawati (17), siswa kelas XII SMK Negeri 1 Cihampelas, meninggal setelah mengonsumsi program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Kabar ini cepat menyebar di tengah masyarakat, terutama karena sebelumnya tercatat 121 siswi di sekolah yang sama mengalami keracunan massal usai menyantap MBG.

Namun, pihak sekolah, tenaga kesehatan, hingga Dinas Kesehatan KBB akhirnya memberikan klarifikasi. 

Mereka menegaskan bahwa meninggalnya Bunga bukan disebabkan keracunan MBG, melainkan karena faktor lain yang berkaitan dengan riwayat penyakit.

Meski demikian, kasus ini menjadi momentum penting untuk mengedukasi masyarakat terkait keamanan pangan, penanganan dini keracunan, serta pentingnya kepedulian terhadap gejala kesehatan yang sering dianggap sepele.

China Tindak Tegas Kasus Keracunan MBG 2025 6 Orang Ditangkap, Bagaimana Indonesia?

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Kronologi Kejadian Sebelum Bunga Meninggal

Gejala Awal yang Mirip Keracunan

Bunga sempat mengeluhkan mual pada Senin 29 September 2025.

Saat itu ia tetap berangkat sekolah, bahkan masih mengikuti aktivitas belajar seperti biasa. Kondisinya sempat membaik, sehingga keesokan harinya Selasa 30 September 2025, ia kembali hadir di sekolah. 

Namun, selepas pulang sekolah, Bunga kembali mengalami gejala serupa, kali ini disertai muntah dan kondisi tubuh melemah.

Dibawa ke Fasilitas Kesehatan

Keluarga awalnya mengira gejala yang dialami Bunga hanya masuk angin biasa. 

Ia diberi obat pereda sakit kepala dan mual yang dijual bebas di warung. 

Sayangnya, kondisi tersebut tidak membaik. Sekitar pukul 13.00 WIB, Bunga dibawa ke bidan terdekat dan kemudian dirujuk ke RSUD Cililin.

Namun dalam perjalanan menuju rumah sakit, kondisi Bunga semakin kritis. 

Ia akhirnya dinyatakan meninggal dunia sebelum sempat mendapat perawatan medis lebih lanjut. 

Jenazah Bunga dimakamkan sehari kemudian di pemakaman desa setempat, tanpa dilakukan autopsi, karena keluarga menganggap peristiwa ini sebagai musibah.

Fakta dari Sekolah dan Tenaga Kesehatan

Sekolah Membantah Hubungan dengan MBG

Guru SMK Negeri 1 Cihampelas, Dady, menyatakan bahwa Bunga memang ikut mengonsumsi makanan MBG pada Rabu 24 September 2-25, sama seperti ratusan siswa lainnya. 

Namun, Bunga tidak mengalami keracunan seperti 121 siswi lain yang saat itu harus mendapat penanganan medis.

“Betul dia dapat MBG. Tapi Bunga tidak pernah tercatat dirawat di posko, Puskesmas, maupun rumah sakit ketika keracunan massal terjadi,” kata Dady.

Keterangan Puskesmas dan Camat

Kepala Puskesmas Cihampelas, Edah Jubaidah, menegaskan bahwa gejala yang dialami Bunga memang mirip keracunan, tetapi bukan akibat MBG.

Hal ini karena jarak waktu antara konsumsi MBG dengan munculnya gejala sangat jauh.

Senada, Camat Cihampelas, Agus Rudianto, juga menjelaskan bahwa saat keracunan massal terjadi, Bunga tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. 

“Saat dicek ke posko maupun Puskesmas, namanya tidak ada. Dia sehat pada hari itu,” ujar Agus.

Konfirmasi Dinas Kesehatan

Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar, memastikan bahwa penyebab kematian Bunga bukan karena MBG

Ia menjelaskan, Bunga memiliki riwayat penyakit lambung yang kemungkinan besar memicu kondisinya memburuk.

“Kejadian meninggalnya pasien bukan akibat konsumsi MBG, karena gejala muncul lebih dari 2x24 jam setelah makanan itu dikonsumsi,” kata Lia.

Syarat dan Cara Guru Dapat Insentif Rp 100 Ribu Per Hari dari Program MBG 

Mengapa Kasus Ini Jadi Sorotan Publik?

Program MBG dan Keracunan Massal

Sebelum meninggalnya Bunga, publik telah dikejutkan oleh kasus keracunan massal MBG di SMK Negeri 1 Cihampelas. 

Sebanyak 121 siswi mengalami mual, muntah, hingga pusing setelah menyantap makanan dari program pemerintah itu. 

Peristiwa tersebut membuat program MBG menjadi sorotan, terutama terkait higienitas makanan, standar distribusi, dan kualitas bahan pangan.

Meninggalnya Siswi Usai Konsumsi MBG

Fakta bahwa Bunga sempat mengonsumsi MBG memang memunculkan spekulasi liar. 

Kabar “siswi SMK meninggal diduga keracunan MBG di Bandung” pun cepat menyebar, meski belum terkonfirmasi. 

Hal ini menimbulkan keresahan masyarakat, bahkan bisa berdampak pada kepercayaan publik terhadap program pangan gratis pemerintah.

Edukasi Kesehatan: Belajar dari Kasus Bunga

Kasus ini membuka mata banyak pihak mengenai pentingnya perhatian terhadap gejala kesehatan yang sering dianggap sepele.

Hati-hati dengan Gejala Awal

Mual, pusing, muntah sering dianggap hanya masuk angin. 

Padahal, bisa menjadi tanda keracunan makanan atau gangguan lambung serius.

Jika gejala tidak mereda dalam 1x24 jam, segera periksakan diri ke tenaga medis.

Pentingnya Riwayat Penyakit

Bunga diketahui memiliki riwayat penyakit lambung. 

Riwayat penyakit ini perlu selalu diperhatikan, apalagi saat muncul gejala yang mirip dengan keracunan.

Orang tua dan guru perlu lebih waspada jika siswa memiliki penyakit bawaan.

Edukasi tentang Obat Bebas

Banyak keluarga masih mengandalkan obat yang dijual bebas di warung tanpa resep dokter.

Penggunaan obat tanpa pengawasan bisa memperparah kondisi, terutama pada kasus gangguan lambung atau keracunan.

5 Ribu Siswa Keracunan MBG 2025, Menkeu Usul Realokasi Dana dan Bantuan Beras 10 Kg per Keluarga

Peran Sekolah dan Pemerintah

Sekolah sebagai Garda Terdepan

Sekolah tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai lingkungan pengawasan kesehatan bagi remaja. 

Guru dan pihak sekolah perlu segera bertindak jika ada siswa yang menunjukkan gejala sakit, apalagi setelah kejadian luar biasa (KLB) seperti keracunan massal.

Pemerintah dan Pengawasan MBG

Program MBG adalah inisiatif baik untuk mendukung gizi anak sekolah. 

Namun, kasus keracunan massal harus menjadi pelajaran untuk memperketat standar higienitas, rantai distribusi, dan pengawasan kualitas makanan.

Antara Musibah dan Pelajaran

Kematian Bunga Rahmawati adalah duka mendalam bagi keluarga dan sekolah. 

Meski sempat dikaitkan dengan keracunan MBG, fakta menunjukkan penyebabnya tidak terkait langsung dengan program tersebut. 

Namun, kasus ini tetap menjadi pengingat penting bahwa kesehatan remaja harus menjadi perhatian bersama.

Masyarakat, sekolah, dan pemerintah perlu saling berkolaborasi dalam menjaga keamanan pangan serta meningkatkan literasi kesehatan. 

Dengan demikian, kejadian tragis seperti ini bisa dicegah di masa depan.

Berikut daftar korban keracunan MBG di Jawa Barat selengkapnya:

  1. Kabupaten Bandung Barat (Cipongkor/Cihampelas): Sekitar 1.300 korban
  2. Kabupaten Garut (Kadungora): Dilaporkan mencapai 657 korban
  3. Kota Bandung (SPPG Coblong): Dilaporkan mencapai 320 korban
  4. Kabupaten Sukabumi: Dilaporkan mencapai 503 korban
  5. Kabupaten Cianjur: Dilaporkan mencapai 21 korban
  6. Menurut versi Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), total kasus keracunan MBG di Jawa Barat hingga 21 September 2025 saja mencapai 2.012 korban.
  7. Data Badan Gizi Nasional (BGN) secara umum untuk Wilayah II (Jawa) mencatat total 2.606 korban.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul topik Siswi Meninggal Mirip Keracunan dan Siswi Meninggal Dunia Gejalanya Keracunan, Kepala Puskesmas: Pulang Sekolah Baru Ngeluh Mual

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved