Fenomena Anak Depresi Akibat Gadget, Akademisi UPGRI : Ini Jadi Fenomena Serius di Dunia Pendidikan
Suherdiyanto, menanggapi fenomena meningkatnya kasus depresi ringan pada anak yang dipicu penggunaan gadget berlebihan.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
Ringkasan Berita:
- Ia menjelaskan bahwa kebiasaan anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar gadget kini menjadi fenomena serius di masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan.
- Menurut Suherdiyanto, penggunaan gadget yang tidak dibarengi interaksi langsung, aktivitas fisik, serta pendampingan orang tua dan sekolah, dapat menghambat perkembangan mental dan sosial anak.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Akademi Pendidikan UPGRI Pontianak, Suherdiyanto, menanggapi fenomena meningkatnya kasus depresi ringan pada anak yang dipicu penggunaan gadget berlebihan.
Ia menjelaskan bahwa kebiasaan anak menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar gadget kini menjadi fenomena serius di masyarakat, terutama dalam dunia pendidikan.
“Penggunaan gadget secara berlebihan bukan hanya masalah kesehatan, tetapi sudah menjadi persoalan pendidikan yang mendesak. Anak yang terlalu lama berada di depan layar berpotensi mengalami gangguan psikologis, perubahan perilaku, hingga penurunan motivasi belajar,” ujarnya.
Menurut Suherdiyanto, penggunaan gadget yang tidak dibarengi interaksi langsung, aktivitas fisik, serta pendampingan orang tua dan sekolah, dapat menghambat perkembangan mental dan sosial anak.
“Jika anak menghabiskan 5–7 jam sehari dengan gadget, itu berarti ada masa anak-anak yang hilang. Dulu mereka bermain, bercanda, dan berinteraksi sosial. Kini aktivitas itu banyak tergantikan oleh layar. Kondisi ini dikhawatirkan memicu gangguan konsentrasi dan menjadi gejala awal depresi ringan,” jelasnya.
Gejala depresi ringan pada anak, lanjutnya, dapat terlihat dari sikap yang mudah murung, kurang bersemangat belajar, hingga cenderung menarik diri dari lingkungan sosial. Lonjakan kasus semacam ini harus menjadi peringatan bagi dunia pendidikan, orang tua, dan sekolah karena berdampak langsung pada capaian belajar.
“Anak yang kelelahan secara emosional tidak mungkin bisa fokus. Karena itu sekolah harus mengambil peran nyata dalam literasi digital sebagai benteng penggunaan gadget yang berlebihan,” katanya.
Baca juga: Terlihat Normal, Namun Banyak Anak di Pontianak Hadapi Depresi Diam-Diam
Ia mendorong sekolah untuk menyediakan ruang bebas gadget, mengintegrasikan pendidikan kesehatan mental dalam kurikulum, serta membekali guru dengan kemampuan mendeteksi dini perubahan perilaku dan emosi siswa.
Namun, menurutnya, sekolah tidak bisa bekerja sendiri. Kolaborasi dengan keluarga menjadi kunci. Orang tua perlu memahami bahwa gadget bukan sekadar alat hiburan, tetapi juga dapat memengaruhi struktur otak, pola tidur, dan keseimbangan emosional anak.
“Kami mendorong orang tua untuk menerapkan jam penggunaan gadget yang jelas, terutama sebelum tidur, serta mengajak anak bermain, berolahraga, atau mengerjakan kegiatan seni bersama. Tidak semua aktivitas harus melibatkan gadget,” tambahnya.
Suherdiyanto juga berharap pemerintah daerah, melalui dinas terkait, dapat melakukan pemetaan kondisi kesehatan mental anak secara berkala untuk memastikan intervensi yang tepat.
“Ini masalah yang mendesak dan tidak boleh dianggap sepele. Generasi kita, terutama Gen Z, memiliki tantangan emosional yang cukup kompleks. Karena itu, pendidikan di keluarga dan sekolah harus mampu menjaga keseimbangan rasionalitas, emosi, dan karakter anak,” tegasnya.
Ia berharap fenomena ini menjadi perhatian publik dan segera ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret agar anak-anak di Kalbar, terutama Pontianak, tumbuh sebagai generasi yang melek digital, sehat, dan kuat menghadapi tantangan masa depan. (*)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
| Wakil Ketua DPRD Lerry Kurniawan Figo Sebut JSSB Ikon Baru Sambas |
|
|---|
| Soal Jawaban 47 Essay Agama Kepercayaan Kelas 1 Kurikulum Merdeka 2026 Semester 2 |
|
|---|
| Terlihat Normal, Namun Banyak Anak di Pontianak Hadapi Depresi Diam-Diam |
|
|---|
| Soal Jawaban 47 Pilihan Ganda Agama Kepercayaan Kelas 1 Kurikulum Merdeka 2026 Semester 2 |
|
|---|
| Akses Gratis dengan BPJS, RSUD Pontianak Ajak Warga Berani Konsultasi Masalah Mental |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pontianak/foto/bank/originals/anggi-pip-020525.jpg)