Bertahan Menjadi Penambang Sampan di Sungai Sambas, Amri Mampu Kuliahkan 2 Anak
Dia mengenang masa-masa sebelum sepi penumpang, rata-rata penghasilan menjadi penambang sampan berkisar 80 ribu Rupiah per hari.
Penulis: Imam Maksum | Editor: Try Juliansyah
"Saya bertahan karena pertama masih ada orang perlu, kemudian tidak ada pilihan pekerjaan lain, walaupun hasilnya ini apa adanya yang kita dapat. Rezeki bukan kita yang mengaturnya tetapi Tuhan Maha Esa, yang sudah mengaturnya," tuturnya.
Meski sudah hapal merasakan asam garam bagaimana mendayung sampan di aliran sungai namun Amri tetap memiliki kekhawatiran saat di tengah sungai mengantar penumpang.
Dia bilang, kondisi menanjak air surut dan menanjak angin ialah hal terberat saat mendayung sampan.
"Kendala menjadi penambang sampan itu ketika arus air dan angin kurang bersahabat, bersahabat. Kalau air surut itu sulit," kata Amri, warga yang lahir di Kampung Dagang.
"Saat ini tinggal di Tumuk. Saya bisa berkayuh ke Kampung Dagang kalau airnya surut, itu kondisinya menanjak air, menanjak angin itu bisa sampai 40 menit. Nanjak angin itu agak berat berkayuh," katanya.
Amri sudah puluhan tahun tnggal di Desa Tumuk Manggis, tepatnya di tepian sungai, dekat masjid. Dia memiliki dua orang anak dan satu orang istri.
"Anak saya dua orang, dua-duanya sudah duduk di bangku kuliah. Satu di Untan Pontianak, semester tujuh, anak kedua kuliah di Poltesa," kata Amri bercerita.
Amri tak dapat memastikan berapa penghasilan menjadi penambang sampan dalam era saat ini dimana jumlah penumpang kian menyusut.
"Penghasilan kami tidak dapat dipastikan, karena saya itu pagi turun lalu jam 10 pagi sudah naik ke darat. Sekarang agak sepi sehingga untuk dapat penghasilan mencapai 20-30 ribu Rupiah per hari sudah agak sulit," ujarnya.
Dia mengenang masa-masa sebelum sepi penumpang, rata-rata penghasilan menjadi penambang sampan berkisar 80 ribu Rupiah per hari.
"Kalau dahulu itu kan masih ramai orang yang lewat penyeberangan sampan jadi bisa sampai 80 ribu per hari. Sekarang ini orang kebanyakan menggunakan motor darat, masing-masing itu sudah hampir punya motor di rumah," katanya.
Menurut Amri, jumlah kendaraan bermotor di darat sudah terlampau banyak. Bahkan setiap orang dalam satu rumah sudah dipastikan memiliki sepeda motor.
"Karena pengaruh banyaknya sepeda motor zaman sekarang ini, jadi menyusut lah yang gunakan sampan ini. Dulu kalau anak-anak sekolah masih naik sampan penyeberangan untuk berangkat dan pulang ke sekolah," katanya.
Berbeda dengan kondisi sekarang, imbuh Amri, kini anak-anak sekolah bahkan sudah bisa membawa motor sendiri ke sekolah.
"Dulu paling ramai itu anak anak sekolah yang naik sampan ini, sekitar 6-10 tahun belakang itu, sudah mulai agak berkurang," jelasnya.
| Kemenkum Kalbar Rampungkan Harmonisasi Raperda Pemajuan Kebudayaan Daerah Kubu Raya |
|
|---|
| Kemenkum Kalbar Matangkan Persiapan Pelatihan Paralegal Serentak dan Peresmian Posbakum di Kalbar |
|
|---|
| Kemenkum Kalbar Harmonisasi Raperbup Sintang 'Retribusi Pemanfaatan Aset Laboratorium Dinas PU' |
|
|---|
| Hangatnya Patroli Malam Polsek Air Besar, Polisi Ajak Warga Ngobrol Santai Jaga Kamtibmas |
|
|---|
| Satgas Pangan Kalbar Terus Lakukan Pemantauan Harga Beras di Pasar Tradisional |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.