Film Amoth Ritual Adat Nyeser Karya Anak Muda Sanggau Raih Penghargaan Original Story di KIIFF 2025

Aqil menjelaskan, film Amoth: Ritual Adat Nyeser merekam dari dalam komunitas saat perajin, anak muda, dan para tetua menyiapkan ritual adat

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
RAIH PENGHARGAAN - Sutradara film karya anak Sanggau Muhammad Aqil Noviandri saat foto bersama usai menerima penghargaan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kemarin. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Film pendek 'Amoth' Ritual Adat Nyeser, karya anak muda Kabupaten Sanggau meraih Honorable Mention:Original Story di Kalimantan International Indigenous Film Festival (KIIFF) 2025. KIIFF tahun 2025 berlangsung di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, pada 16 hingga 20 September 2025 dengan pemutaran publik di Cinema XXI Palma/Palangkaraya Mall pada 18 sampai 19 September, disertai panel, lokakarya, dan program komunitas yang mengangkat tema "Preserving Indigenous Ecological Knowledge".

Film pendek 'Amoth' menceritakan tentang kearifan dayak sebagai penuntun hidup dan ekologis. Sutradara Film Karya Anak Sanggau, Muhammad Aqil Noviandri menyampaikan bahwa film pendek "Amoth: Ritual Adat Nyeser" merupakan karya Komunitas KiliKulu Films berkerjasama dengan Samudra Bekudongk, Saka Sinema, dan berbagai mitra lintas sektor untuk memperkuat ekosistem kreatif lokal. 

"Kami mempunyai visi untuk terus membuat dan mengangkat narasi lokal yang ada di Kabupaten Sanggau dan membawa kisah-kisah dari kampung, hutan, dan sungai ke ruang tontonan yang lebih luas melalui karya audiovisual yang etis dan berakar pada komunitas,"kata Muhammad Aqil Noviandri, Kamis 9 Oktober 2025.

"Penghargaan ini kami persembahkan untuk masyarakat Sanggau, khususnya masyarakat Dusun Syam Desa Temiang Taba, Ketua Adat Dusun Syam, serta orang muda yang menjaga tradisi tetap bernapas dalam keseharian mereka dan bukan sebagai tontonan, melainkan sebagai peta merawat tanah, air, dan sesama,"tambahnya.

Terkait Dana Transfer Dipangkas Rp 200 Miliar Lebih, Ini Tanggapan Bupati Sanggau Yohanes Ontot

Aqil menjelaskan, film Amoth: Ritual Adat Nyeser merekam dari dalam komunitas saat perajin, anak muda, dan para tetua menyiapkan ritual adat melalui gestur, doa, dan hening. 

Dalam film ini, memperlihatkan bagaimana ritual masyarakat adat itu menjadi panduan untuk hidup selaras dengan hutan yang sampai hari ini masih lestari.

"Sinopsis dari film ini membawa kita ke jantung tradisi masyarakat Dayak Taba di Kalimantan Barat. Ditengah hutan yang lebat dan kehidupan yang sederhana, sebuah ritual sakral bernama Nyeser dijalankan untuk menjaga keseimbangan antara manusia, roh, dan alam," jelasnya.

Dalam ritual ini, sosok Amoth yang dipercaya sebagai roh penunggu dihormati dengan persembahan, agar tidak mengganggu panen. 

"Melalui lensa ketua adat yang memimpin tradisi ini, kita diajak menyaksikan perjuangan melestarikan budaya yang perlahan memudar. Dengan keindahan alam sebagai latarnya, film ini tidak hanya merayakan kekayaan budaya lokal tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya menjaga harmoni antara manusia dan lingkungan," ujarnya.

Film ini juga lanjut Agil, diambil agar penonton bisa melihat bagaimana spiritualitas, ladang, dan bayangan ‘hantu’ Amoth tidak hanya muncul di dalam ritual, tapi juga berjalan di dalam pikiran mereka. 

"Film ini saya buat karena saya percaya ritual ini bukan hanya upacara mistis saja, tetapi cerminan hubungan manusia dengan alam dan rasa takut yang membentuk dan juga cara mereka menjaga hutan dan panen," pungkasnya. (*)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved