Krisis Sudan Akibat Perang Saudara, Terjadi Pembantaian, 30 Juta Warga Butuh Bantuan

Hampir 22 bulan konflik antara pasukan Pemerintah dan mantan milisi sekutu ini berseteru.

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
Youtube Kompas.com
KONFLIK - Perseteruan 2 kelompok angkatan bersenjata di Sudang menimbulkan konflik berdarah. Ribuan warga siipil menjadi korban pembantaian. 

Ringkasan Berita:
  • Konflik bersenjata berkepanjangan antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) telah berlangsung hampir 22 bulan sejak meletus pada April 2023.
  • Krisis kemanusiaan memburuk, dengan puluhan juta orang membutuhkan bantuan dan jutaan mengungsi, sementara fasilitas kesehatan dan akses pangan sangat terbatas.
  • PBB menyerukan tindakan global segera, termasuk penghentian pasokan senjata dan peningkatan bantuan kemanusiaan.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Konflik berdarah di Sudah sedang berlangsung antara Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter (RSF).

Hampir 22 bulan konflik antara pasukan Pemerintah dan mantan milisi sekutu ini berseteru.

Pasukan Dukungan Cepat (RSF), telah menyebabkan lebih dari 30 juta orang di seluruh Sudan membutuhkan bantuan dan perlindungan.

Dikutip dari lama United Nations PBB, saat ini angka sudah mencakup lebih dari 12 juta orang yang mengungsi dari rumah mereka.

Sementara 3,3 juta di antaranya mencari perlindungan di luar perbatasan negara.

Situasi keamanan pangan dan kesehatan sama-sama mengkhawatirkan, dengan kurang dari seperempat fasilitas kesehatan Sudan yang beroperasi di wilayah-wilayah yang paling parah dilanda pertempuran.

Hampir 25 juta orang menderita kelaparan tingkat akut.

Baca juga: Konflik Agraria Kembali Mencuat, Warga Keluhkan Lahan Digusur dan Panen Gagal

Korban berjatuhan dari warga yang menimbulkan penderitaan mendalam akibat konflik bersenjata ini.

Perang yang meletus pada April 2023 telah menghancurkan masyarakat, membuat jutaan orang mengungsi, dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah mengerikan.

Krisis ini terjadi di tengah latar belakang kerentanan ekstrem, karena Sudan masih sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim dan bencana.

Sekretaris Jenderal PBB telah menghimbau masyarakat internasional untuk segera meningkatkan pendanaan dan tindakan diplomatik guna meringankan penderitaan jutaan rakyat Sudan yang menghadapi kelaparan dan pengungsian sementara militer yang bertikai terus bertempur satu sama lain untuk memperebutkan kendali.

Berbicara pada konferensi kemanusiaan tingkat tinggi di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa, Antonio Guterres menggambarkan situasi di Sudan sebagai bencana dengan skala dan kebrutalan yang mengejutkan.

Ia memperingatkan bahwa hal ini semakin meluas ke kawasan yang lebih luas.

“Ini adalah krisis yang membutuhkan perhatian berkelanjutan dan mendesak,” ungkapnya.

Guterres juga menekankan perlunya memastikan perlindungan warga sipil dan pekerja kemanusiaan, serta menghentikan aliran senjata dan amunisi ke negara tersebut.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved