Berita Viral

Pilu Gizi Buruk Bayi di Mamuju 2025, Potret Masalah Stunting yang Mendesak

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ANAK GIZI BURUK - Muh.Saad Abyan berusia 18 bulan divonis menderita gizi buruk dan membutuhkan penanganan serius. Kasus gizi buruk bayi di Mamuju 2025 mengungkap masalah stunting dan lemahnya bantuan desa.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus gizi buruk bayi di Mamuju kembali menjadi sorotan setelah seorang balita berusia 18 bulan di Dusun Sodangan, Desa Uhaimate, Kecamatan Kalukku, Sulawesi Barat, dilaporkan mengalami kondisi malnutrisi parah. 

Sang ibu, seorang ibu rumah tangga bernama Nurmiah, mengaku tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anaknya karena keterbatasan ekonomi. 

Ironisnya, meski tinggal sangat dekat dengan kantor desa, keluarganya tidak pernah tersentuh bantuan yang seharusnya tersedia bagi warga rentan. 

Kondisi ini membuka mata publik bahwa persoalan stunting dan gizi buruk di Mamuju masih jauh dari kata tuntas.

Fenomena tersebut menegaskan bahwa gizi buruk bukan hanya persoalan kesehatan individu, melainkan juga cerminan lemahnya tata kelola bantuan sosial dan layanan kesehatan di tingkat desa. 

Kasus ini pun memunculkan kembali diskusi tentang apa sebenarnya perbedaan gizi buruk dan stunting, indikatornya, hingga langkah penanganan yang tepat.

Cegah Stunting dan Gizi Buruk, AHM Kolaborasi dengan Duta Remaja Sehat Kampanyekan Pola Hidup Sehat

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Minimnya Akses Bantuan untuk Keluarga Rentan

Di tengah keterbatasan, Nurmiah hanya bisa berharap pada bantuan pemerintah desa. 

Namun hingga kini, keluarganya tidak pernah menerima bantuan gizi maupun pendampingan kesehatan. 

Padahal, Desa Uhaimate termasuk wilayah dengan angka stunting cukup tinggi di Kecamatan Kalukku.

Bantuan terakhir yang masuk ke desa ini tercatat pada 2023. 

Sayangnya, menurut warga, bantuan tersebut tidak layak konsumsi. 

Beberapa di antaranya berupa kacang hijau yang sudah tidak segar serta susu yang tidak sesuai usia balita. 

Situasi ini memperburuk kepercayaan warga terhadap program pencegahan stunting di desa.

Kendala Anggaran dan Lemahnya Koordinasi

Pemerintah Desa Uhaimate menyebutkan bahwa sebenarnya ada anggaran khusus untuk penanganan gizi buruk dan stunting. 

Namun hingga pertengahan 2025, dana tersebut belum bisa dicairkan karena masih dalam proses administrasi.

Di sisi lain, koordinasi antarperangkat desa yang lemah juga menjadi faktor keterlambatan intervensi. Hal ini membuat keluarga rentan seperti Nurmiah terabaikan, meskipun kasus gizi buruk pada bayi merupakan kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera.

Apa Itu Stunting dan Gizi Buruk?

Pengertian Stunting

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dalam waktu lama, terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), dimulai sejak janin dalam kandungan hingga anak berusia dua tahun. 

Anak yang mengalami stunting biasanya memiliki tubuh lebih pendek dari standar usianya, perkembangan otak yang tidak maksimal, serta berisiko mengalami kesulitan belajar.

Pengertian Gizi Buruk

Berbeda dengan stunting, gizi buruk atau malnutrisi adalah kondisi ketika anak tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup sesuai kebutuhan tubuhnya. 

Anak dengan gizi buruk terlihat sangat kurus, lemas, kurang aktif, hingga berisiko mengalami penyakit serius. 

Kondisi ini bisa terjadi pada usia berapa pun, tidak hanya pada periode 1.000 HPK.

Upaya Tekan Angka Stunting dan Gizi Buruk, Pemkab Mempawah Gencarkan GPM di Sungai Pinyuh

Indikator Stunting dan Gizi Buruk pada Balita

Indikator Stunting

  1. Anak tampak lebih pendek dari teman sebaya dengan usia yang sama
  2. Proporsi tubuh terlihat normal tetapi ukurannya kecil
  3. Berat badan rendah meski tidak selalu kurus ekstrem
  4. Pertumbuhan tulang cenderung tertunda

Indikator Gizi Buruk

  1. Tubuh sangat kurus dengan wajah tampak keriput
  2. Kulit kering dan rambut mudah rontok
  3. Anak sering lemas, tidak aktif bermain, atau mudah sakit
  4. Perut tampak buncit atau mengalami pembengkakan (edema) di tungkai
  5. Tumbuh kembang terganggu secara signifikan

Perbedaan Utama Stunting dan Gizi Buruk

Meski sama-sama berakar dari masalah gizi, keduanya berbeda dalam manifestasi dan penyebab.

  1. Stunting: akibat kekurangan gizi kronis jangka panjang, ditandai dengan tubuh pendek.
  2. Gizi buruk: akibat kekurangan gizi akut atau berulang, ditandai dengan tubuh sangat kurus.

Namun, bila gizi buruk tidak segera diatasi, anak berisiko jatuh pada kondisi stunting di kemudian hari.

Faktor Penyebab Gizi Buruk dan Stunting

Beberapa faktor utama yang kerap menyebabkan gizi buruk dan stunting antara lain:

1. Asupan Nutrisi Tidak Memadai

Kurangnya makanan bergizi seimbang, seperti protein, vitamin, dan mineral, menjadi faktor utama.

2. Penyakit Kronis

Gangguan kesehatan seperti diare kronis atau TBC dapat menghambat penyerapan nutrisi.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Kemiskinan membuat keluarga tidak mampu membeli makanan bergizi atau mengakses layanan kesehatan.

4. Kurangnya Edukasi Gizi

Minimnya pengetahuan orang tua tentang pola makan sehat memperburuk kondisi anak.

Pentingnya Pemeriksaan Rutin di Posyandu

Untuk mencegah kasus seperti yang dialami balita di Desa Uhaimate, orang tua perlu rutin memeriksakan anak ke Posyandu atau Puskesmas. 

Melalui pemeriksaan tinggi dan berat badan secara berkala, potensi gizi buruk dan stunting bisa dideteksi sejak dini.

Selain itu, edukasi gizi kepada orang tua juga sangat penting agar mereka memahami kebutuhan nutrisi anak sesuai usianya.

Jalan Panjang Penanganan Stunting di Indonesia

Kasus gizi buruk bayi di Mamuju hanya satu dari sekian banyak potret permasalahan gizi di Indonesia. 

Pemerintah pusat menargetkan prevalensi stunting turun hingga 14 persen pada 2024–2025. 

Namun, fakta di lapangan menunjukkan masih banyak kendala dalam pendistribusian bantuan, pemanfaatan anggaran, dan sosialisasi program gizi.

Upaya yang dibutuhkan antara lain:

  1. Percepatan pencairan anggaran desa untuk gizi dan kesehatan
  2. Monitoring ketat distribusi bantuan agar tepat sasaran
  3. Kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat
  4. Edukasi intensif kepada orang tua mengenai pola makan sehat

Kasus gizi buruk pada bayi di Desa Uhaimate, Mamuju, menjadi pengingat bahwa masalah gizi di Indonesia belum terselesaikan. 

Gizi buruk dan stunting bukan sekadar persoalan kesehatan, melainkan juga masalah sosial, ekonomi, dan tata kelola pemerintahan. 

Tanpa langkah cepat dan terkoordinasi, anak-anak Indonesia berisiko kehilangan masa depan yang sehat dan produktif.

(*)

Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Nurmiah Pasrah Bayinya 18 Bulan Derita Gizi Buruk, Tak Pernah Dapat Bantuan

* Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
* Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Berita Terkini