Sebuah tempat di mana ia bisa tertawa lepas, bebas dari segala kekhawatiran duniawi.
Jatuh dari pohon pernah dia alami, tetapi tulang-belulangnya tetap utuh, seolah alam sendiri menjaga anak kesayangannya.
Dunia pertanian dan cocok tanam mendatangkan suasana hidup yang seiring dengan irama alam yang masih belum rusak.
Pohon-pohon besar masih rimbun. Sungai bersih. Air jernih.
Polusi hampir tidak terasa. Jenis sayuran dalam hutan masih melimpah. Air bersih di sungai mudah diperoleh.
Riak air sungai terdengar jelas. Kicauan burung lantang terdengar.
Dalam lingkungan inilah dia berkembang dan dibesarkan.
Sejak kecil dia sudah berjiwa besar. Dia berani menempuh perjalanan sejauh 539 km, yaitu dari Sei Ayak (Kabupaten Sekadau) sampai ke desa kecil Nyarumkop, 12 km Kodya Singkawang Timur, Kalimantan Barat.
Beberapa kabupaten, puluhan kecamatan, dan ratusan kampung di daerah Kalimantan Barat dijelajahi.
Setelah berjalan kaki dari rumah ke dermaga, dia harus mengalir bersama kapal barang menyusuri Sungai Kapuas hingga ke Pontianak, ibukota Propinsi Kalimantan Barat.
Liukan sungai ditelusuri. Hutan belantara ditapaki.
Daratan dilewati. Sungai diseberangi. Daerah-daerah baru dilalui.
Dia termasuk pejalan kaki yang tangguh. Soalnya, dia banyak berkeliling.
Dalam catatan arsip Kapusin Pontianak itu dituliskan, otot kaki kekar, daya tahan tubuh kuat.
Duduk dalam mobil kayu tempo 'doeloe' hingga berjam-jam termasuk bagian perjalanannya yang mengasyikkan.