Ramadhan

Manfaat Puasa Menurut Ilmuwan dan Hadist Nabi & Kapan Tidak Diwajibkan Berpuasa?

Penulis: Dhita Mutiasari
Editor: Dhita Mutiasari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Puasa

Manfaat Puasa Menurut Ilmuwan dan Hadist Nabi & Kapan Tidak Diwajibkan Berpuasa?

Bulan puasa Ramadhan 2019, momen yang ditunggu umat muslim untuk optimal beribadah dan meraih sebanyak-banyaknya pahala.

Ramadhan, yang dimulai pada 6 Mei di sebagian besar negara tahun ini, adalah bulan paling suci dalam kalender Islam.

Sejarah puasa Ramadan bagi umat Islam memiliki makna yang sangat mendalam terutama untuk mempercayai adanya kewajiban berpuasa di bulan Ramadan dan beribadah kepada Allah SWT.

Saum atau puasa bagi orang Islam (bahasa Arab: صوم, transliterasi: shaum) adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.

Puasa pada bulan Ramadan merupakan kewajiban bagi seorang Muslim.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS Al Baqarah ayat183)

Baca: Hari Pertama Puasa, Sutarmidji Minta ASN Tetap Berikan Layanan Prima Pada Masyarakat

Baca: Makna Puasa Ramadan Menurut Mahfud MD! Kendalikan Hawa Nafsu Agar Tak Sekedar Formalitas

Baca: LENGKAP! Jadwal Imsak, Salat & Buka Puasa Ramadan 1440 H di Kota Pontianak Selama 30 Hari

Ini melibatkan berpantang dari makan, minum, merokok dan hubungan seksual dari fajar hingga matahari terbenam, dengan harapan hal itu akan mengarah pada "taqwa" yang lebih besar, atau kesadaran akan Tuhan.

Muslim diperintahkan untuk berpuasa selama Ramadhan lebih dari 1.400 tahun yang lalu, orang-orang Yunani kuno merekomendasikan puasa untuk menyembuhkan tubuh.

Bahkan belakangan ini beberapa ilmuwan menganjurkan puasa yang dimodifikasi untuk manfaat mental dan fisiknya.

Dikenal sebagai puasa intermiten, puasa yang dimodifikasi ini datang dalam beberapa bentuk yang tidak memerlukan makan selama 12, 16, atau 24 jam pada suatu waktu.

Bentuk lain, yang dikenal sebagai puasa 5: 2, mendukung pembatasan kalori (makan hanya antara 500 dan 600 kalori) selama 36 jam, dua kali seminggu.

Dilansir dari laman Aljazeera , Eat Stop Eat, sebuah buku karya Brad Pilon yang diterbitkan pada tahun 2007, merekomendasikan untuk tidak makan selama 24 jam sekali atau dua kali seminggu, memberikan individu kebebasan untuk memutuskan kapan memulai dan mengakhiri puasa mereka.

Pada 2012, Michael Mosley merilis film dokumenter TV Eat, Fast dan Live Longer dan menerbitkan buku terlarisnya The Fast Diet, keduanya berdasarkan pada konsep 5: 2 puasa intermiten.

"Dalam The Fast Diet, saya menganjurkan bentuk puasa yang disebut 'makan terbatas waktu'," kata Mosley

Halaman
1234

Berita Terkini