Cak Nun Tak Mau Dibandingkan dengan Ustadz Abdul Somad, Begini Alasannya

Penulis: Hasyim Ashari
Editor: Agus Pujianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ustadz Abdul Somad dan Emha Ainun Najib (Cak Nun)

Menjelang kejatuhan pemerintahan Soeharto, Cak Nun merupakan salah satu tokoh yang diundang ke Istana Merdeka untuk dimintakan nasihatnya yang kemudian kalimatnya diadopsi oleh Soeharto.

Baca: Sutarmidji: Kalbar Selalu Terbuka Untuk Ustaz Abdul Somad dan Ulama

Kalimat itu berbunyi "Ora dadi presiden ora patheken".

Cak Nun juga dikenal sebagai seniman, budayawan, penyair, dan pemikir yang menularkan gagasannya melalui buku-buku yang ditulisnya.

Dalam kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik, sinergi ekonomi guna menumbuhkan potensi rakyat.

Di samping aktivitas rutin bulanan dengan komunitas Masyarakat Padhang Bulan, ia juga berkeliling ke berbagai wilayah nusantara.

Rata-rata 10 sampai15 kali per bulan bersama Gamelan Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40 sampai 50 acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung.

Baca: Ustadz Abdul Somad Usap Kepala Bocah Ini Berkali-kali Saat Ceramah di Pontianak

Kajian-kajian islami yang diselenggarakan oleh Cak Nun antara lain:

* Jamaah Maiyah Kenduri Cinta sejak tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki.

* Kenduri Cinta adalah salah satu forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka, nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas gender, yang diadakan di Jakarta setiap satu bulan sekali.

* Mocopat Syafaat Yogyakarta

* Padhangmbulan Jombang

* Gambang Syafaat Semarang

* Bangbang Wetan Surabaya

* Paparandang Ate Mandar

Baca: Dakwah di Pontianak, Ustadz Abdul Somad Posting #LelahBerpisah! Ini Maksud Mulia Sang Ustadz

* Maiyah Baradah Sidoarjo

* Obro Ilahi Malang, Hongkong dan Bali

* Juguran Syafaat Banyumas Raya

* Maneges Qudroh Magelang

Dalam pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas
nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metode perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakat. (*)

Berita Terkini