Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Syahroni
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Nur Asbah Warga Kampung Sawah, Kelurahan Mariana, menuturkan sudah lebih dari dua tahun keadaan WC Komunal yang dibangun oleh Pemkot keadaannya sangat memprihatinkan.
Dikatakannya jika ia juga kurang mengetahui kapan sebenarnya waktu WC umum tersebut dibangun.
"Saya juga tidak tahu kapan waktu tepatnya WC ini dibangun, tapi memang sudah dua tahun terakhir keadaannya sangat memprihatinkan," ucapnya ketika Tribun Pontkanak mengunjungi langsung lokasi tersebut, Rabu (8/2/2017).
Selai itu tampak tempat pembuangan hajat bagi warga setempat sangat kotor dan penuh kerak.
Selain itu WC yabg berada ditengah pemukiman warga Kampung Sawah tersebut mengeluarkan aroma yang tidak sedap.
"Ini masih digunakan, tapi airnya tidak ada padahal airnya bersumber dari PDAM. Kalau mau buang hajat warga bawa air sendiri dari rumah," jelasnya.
Disebutkannya juga WC yang berjumlah delapan kamar tersebut digunakan sekitar 40 kepala keluarga.
"Disini ada 80 KK hanya sekitar 50 persen yang punya WC di rumah. Karena memang lahan yang ada terbatas sehingga warga yang sisanya itu tidak bisa membuat WC lagi di rumahnya," ucapnya.
Dijelaskannya juga bahwa dulu warga setempat ada sumbangan untuk kebersihan dan untuk membayar PDAM Rp 10 ribu perbulan.
"Sejak dua tahun ini tidak berjalan semua. Karena warga merasa percuma mengumpulkan uang tapi air ledengnya tidak jalan. Padahal sudah sering dilaporkan ke PDAM tapi masih begitu saja," tegas wanita yang juga merupakan ketua PKK di Kampung Sawah tersebut.
Akibat air yang tidak lancar dan terkadang tidak jalan menyebabkan WC tersebut menjadi semraut karena warga hanya menggunakan air seadanya saja untuk membersihkan hajatnya.
Memang diakuinya keadaan warga yang sangat pada di lingkungan setempat menjadikan lokasinya sangat kumuh dan kotor.
"Kebersihan yang belum terjaga. Kalau anak kecil kita marahi bisa ngerti tahu kalau orangtua susah ngasi tahunya," ungkap perempuan yang juga istri dari ketua RT 4 RW 10.
Diakuinya dilokasi tersebut memang merupakan manyoritas orang yang datang dari Banten.
"Manyoritas memang banten," ungkapnya.
Selain itu mata pencarian warga setempat juga berdagang dengan jualan berbagai makanan seperti sate dan sebagainya.