Kokura dan Keberuntungan yang Menyelamatkan, Kisah Kota yang Nyaris Jadi Korban Bom Atom

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Di tengah teriknya Agustus 1945, sebuah kota di barat daya Jepang bernama Kokura nyaris menjadi saksi kehancuran selevel Hiroshima dan Nagasaki. 

Pesawat pengebom B-29 Amerika Serikat telah terbang membawa Fat Man, bom plutonium yang kekuatannya jauh lebih dahsyat dari bom di Hiroshima, dengan Kokura sebagai target utama. 

Namun, pagi itu langit Kokura diselimuti awan tebal dan asap, membuat pilot kesulitan melihat target dengan jelas. 

Menurut catatan sejarah, asap itu diduga berasal dari kebakaran di kota tetangga Yawata atau sengaja dibuat pabrik-pabrik setempat sebagai perlindungan dari serangan udara. 

Setelah tiga kali mengitari kota dan dihadang tembakan pertahanan udara, pilot Mayor Charles Sweeney memutuskan beralih ke target cadangan: Nagasaki. 

Keputusan itu menyelamatkan puluhan ribu nyawa di Kokura, namun membawa duka mendalam bagi Nagasaki yang kehilangan lebih dari 74.000 warganya. 

Hingga kini, warga Kitakyushu, nama baru Kokura setelah bergabung dengan empat kota lain pada 1963 menyebut peristiwa itu sebagai “Keberuntungan Kokura”, sebuah ungkapan yang lahir dari campuran rasa lega, empati, dan kenangan pahit sejarah.

• Pelukan Istri Korban untuk Pembunuh Suaminya, Kisah Pengampunan yang Getarkan Ruang Sidang

[Cek Berita dan informasi berita viral KLIK DISINI]

Mengapa Kokura Menjadi Target Bom Atom?

Apa yang Membuat Kokura Masuk Daftar Prioritas?

Pertengahan Juli 1945, militer Amerika Serikat (AS) memilih 12 kota Jepang sebagai target potensial bom atom. 

Kokura berada di peringkat kedua setelah Hiroshima. 

Alasannya jelas: kota ini adalah pusat produksi senjata dan lokasi gudang persenjataan besar militer Jepang.

Menurut rencana, jika pengeboman di Hiroshima pada 6 Agustus gagal, Kokura akan menjadi sasaran berikutnya. 

Tiga hari kemudian, misi itu dijalankan.