Summer Course Internasional UNTAN Bahas Peran Strategis Mangrove dan Gambut untuk Lingkungan
Namun menurutnya, solusinya bukan sekadar pelarangan, tetapi juga memberikan alternatif penghidupan.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Staf Ahli Bidang Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Prof. Dr. Haruni Krisnawati, S.Hut, M.Si menghadiri langsung 1st International Summer Course yang digelar Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura (UNTAN), Kamis 24 Juli 2025.
Gegiatan tersebut digelar di Aula Bungur, Gedung Prof. Ir. Sakunto, Kampus UNTAN, Pontianak, Kalimantan Barat.
Acara ini menjadi momentum yang sangat baik sebagai ajang pembelajaran lintas pihak, di mana perguruan tinggi berperan penting dalam mendukung upaya pemerintah meningkatkan kapasitas kelembagaan serta sumber daya manusia di bidang kehutanan.
Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Haruni Krisnawati juga menegaskan pentingnya menjaga ekosistem gambut dan mangrove yang memiliki peran krusial dalam menghadapi krisis iklim global.
“Ekosistem ini punya kapasitas besar dalam menyimpan karbon. Tapi jika tidak dijaga, justru bisa menjadi sumber utama emisi," ujarnya di wawancara Tribun Pontianak setelah memberikan materi di acara Summer Course Internasional di UNTAN.
Kegiatan yang mengangkat tema “Coastal Resilience and Carbon Sequestration: Exploring the Role of Mangroves and Peatland Forest Contribution to Climate Mitigation” ini juga dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah, akademisi, peneliti, mahasiswa, serta perwakilan dari negara sahabat seperti Belanda, Swiss, dan Malaysia.
Prof. Haruni menilai kegiatan ini sebagai ajang pembelajaran penting yang memperkuat kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga kelestarian hutan.
“Saya harap para peserta, terutama generasi muda, dapat menjadi agen perubahan untuk menyebarkan pentingnya menjaga lingkungan, khususnya mangrove dan gambut,” tegasnya.
• Fakultas Kehutanan UNTAN Gaet Dunia Lewat Summer Course 2025: Mangrove, Karbon dan Kolaborasi Global
Menanggapi isu yang terjadi di Batu ampar, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, tentang arang. ia mengakui bahwa praktik tersebut sudah berlangsung lama.
Namun menurutnya, solusinya bukan sekadar pelarangan, tetapi juga memberikan alternatif penghidupan.
“Kita harus pikirkan opsi lain seperti ekowisata atau usaha perikanan yang ramah lingkungan. Kalau masyarakat sudah merasakan manfaatnya, pasti mereka akan ikut menjaga ekosistemnya,” ungkapnya.
Menteri juga menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil (CSO), komunitas, dan dunia usaha dalam menyediakan edukasi, membangun kapasitas, serta membuka akses pasar bagi masyarakat. (Faisal)
- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp
!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!
Mangrove Indonesia
Gambut untuk Iklim
Untan 2025
Summer Course Internasional UNTAN
Ekosistem Pesisir
Universitas Tanjungpura
Fakultas Kehutanan UNTAN Gaet Dunia Lewat Summer Course 2025: Mangrove, Karbon dan Kolaborasi Global |
![]() |
---|
Andi Hin Paparkan Makna Mendalam Dibalik Seni Instalasi Dipamerkan di Peringatan Hari Anak Nasional |
![]() |
---|
Universitas Tanjungpura Pontianak Gelar Beasiswa WBOCS 2025, Perkuat Jejaring Konservasi Orangutan |
![]() |
---|
UNTAN Gelar Seremonial Beasiswa WBOCS 2025, Perkuat Jejaring Konservasi Orangutan |
![]() |
---|
Pengamat Sebut Realisasi Pemekaran Kapuas Raya Harus didorong Tanpa Embel-embel Politik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.