Penyebab Angka Kematian Ibu dan Bayi di Sintang Tinggi

Edy Harmaini menyebut penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan banyak faktor.

|
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Faiz Iqbal Maulid
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
KEMATIAN BAYI SINTANG - Ilustrasi bayi. Angka kematian bayi dan ibu di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat masih cukup tinggi. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sintang mengungkap sepanjang 2025, sudah 25 bayi dan satu ibu meninggal dunia.

Angka itu hampir mendekati data tahun 2024 yang mencapai 12 ibu dan 79 bayi meninggal.

"Cukup tinggi untuk Sintang AKB dan AKI," ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sintang, Edy Harmaini.

Edy Harmaini menyebut penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi disebabkan banyak faktor.

Bukan saja soal kompetensi Bidan, tapi juga variabel lain, seperti aksesibilitas, sarpras hingga lingkungan.

"Jadi faktor banyaknya kasus AKI dan AKB ini sangat banyak variabelnya. Bisa juga terkait dengan derajat kesehatan, lingkungan di sekitar punya support masyarakat terhadap ibu hamil," kata Edy.

Menurut Edy, yang bisa dilakukan untuk meminimalisir kematian ibu dan bayi antara lain peningkatan kapasitas para bidan.

Angka Kematian Ibu dan Bayi Tinggi di Sintang

RSUD Ade M Djoen Sintang sudah melakukan itu dengan melatih 30 tenaga Bidan Basic Obstetery Neonatal Emergency Life Support (BONELS).

Pelatihan untuk membekali kompetensi bidan dalam menangani kasus kegawatdaruratan pasien khususnya ibu hamil.

"Yang bisa kita lakukan atau meminimalisir salah satunya dengan peningkatan kapasitas teman teman Bidan," ujar Edy.

Ketua PC Ikatan Bidan Indnesia (IBI) Kabupaten Sintang, Yuli Sri Ayu menambahkan, kasus kematian ibu dan bayi masih sangat tinggi.

Kapolres Sintang Serah Terimakan Jabatan Kabag, Kasat Hingga Kapolsek Jajaran

Bahkan dibandingkan Kabupaten lain, Sintang masih termasuk Kabupaten yang kasusnya cukup besar.

"Permasalahannya memang di kemampuan Bidan dalam menangani kegawatdaruratan," ungkapnya.

Menurut Ayu, langkah yang dilakukan oleh RSUD melatih kemampuan menangani pasien kegawatdaruratan sudah tepat. Tinggal kedepan Dinas Kesehatan melatih bidan di luar rumah sakit.

"Bidan itu sebenarnya tenaga dipersiapkan untuk pertolongan persalinan normal. Sehingga, untuk penanganan kasus kegawatdaruratan Bidan perlu mendapatkan pelatihan tambahan," ujar Ayu

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved