Kenangan Terakhir di Riam Angan Tembawang Landak, Cerita Orang Tua yang Anaknya Tenggelam

Orang tua almarhum menduga adanya pusaran air di dasar tempat tersebut serta mereka mengungkapkan bahwa almarhum kurang mahir berenang. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FILE
ORANG TUA KORBAN - Dani dan Eka, orangtua Fadli Muhammad Adila, korban tenggelam di Riam Angan Tembawang, saat ditemui di kediamannya di Pontianak, Rabu, 9 April 2025. Fadi merupakan sosok pendiam yang sangat sayang kepada orangtuanya. 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Chris Hamonangan Pery Pardede

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Suasana sunyi sepi menyelimuti kediaman almarhum Fadli Muhammad Adila, korban tenggelam di tempat wisata Riam Angan Tembawang. Rabu, 9 April 2025.

Terlihat beberapa keluarga termasuk orang tua almarhum yang berada di rumahnya Jalan Purnama 2, Gg. Eka Putra, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, Kalimantan Barat

Dani dan Eka mengatakan awalnya ingin silaturahmi ke tempat saudara di Ngabang kemudian besoknya baru menuju ke tempat wisata. 

"Awalnya silaturahmi ada saudara di Ngabang. Jadi pertamanya itu mau lebaran dulu berangkatnya Minggu siang nginap di sana, baru kita ke lokasi air terjun itu senin siang berangkatnya," kata orang tua Almarhum. 

Rombongan keluarga yang berangkat menuju ke riam cukup ramai dengan menggunakan 5 buah mobil. 

Air terjun tersebut tidak terlalu deras terlihat biasa saja, lokasi tersebut airnya sebagian dangkal dan ada sedikit tempat yang lumayan dalam disitulah anak saya tenggelam. 

Orang tua almarhum menduga adanya pusaran air di dasar tempat tersebut serta mereka mengungkapkan bahwa almarhum kurang mahir berenang. 

Pemkot Pontianak Bakal Dapat Rp 80 Miliar Setiap Tahun dari Pabrik Pengolahan Sampah

Dani mengucapkan bahwa almarhum baru saja makan bersamanya sebelum kembali bermain bersama sepupunya dan dikira ramai keluarga disekitarnya sehingga masih terpantau ternyata keluarga yang lain sedang berenang di tempat yang sedikit dangkal. 

Orang tua almarhum mengatakan tidak adanya pengawasan dari pengelola dan plang peringatan bahaya serta menurut warga ini sudah merupakan kejadian keempat kalinya. 

Almarhum terpeleset ke bagian sungai yang dalam, awalnya sempat muncul ke permukaan dan minta tolong. Tetapi orang mengira dia bercanda dan tidak menyadari kalau dia benar-benar tak bisa berenang. Kemudian korban tidak kunjung muncul selama sekitar 10 hingga 15 menitan. 

"Pertamanya itu dia memang jatuh terus timbul minta tolong ke yang lain dipikir dia becanda, jadi tidak dianggap sama yang lain tidak percaya juga kalau itu tidak bisa berenang, jadi dibiarkan. Lalu kelelep lagi ke dalam pas kelelep itu ditunggu kok tidak ada nongol lagi selama 10 sampai 15 menitan gitu langsung dicari ramai-ramai ke dalam situ," jelas orang tua Almarhum. 

Ketika ditemukan, tubuhnya sudah dalam keadaan terlentang di dasar sungai serta wajah dan kukunya membiru, pupilnya membesar dan keluar buih dari mulutnya. 

Almarhum sempat dibawa ke Puskesmas terdekat dan dilakukan pacu jantung, diberi oksigen serta suntik pemacu jantung namun dokter mengatakan korban sudah tidak ada respon. 

Orang tua korban juga bercerita tentang sosok Almarhum yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, kakak perempuannya berumur 22 tahun. Ia bertubuh tinggi besar dan baru 17 tahun kelas dua di SMA 10 Pontianak yang terletak di Jalan Purnama. 

Ia merupakan yang baik, pendiam, tidak banyak bicara tapi sangat dekat dengan kami orang tuanya. Dia sering ikut latihan voli dan berenang meskipun belum terlalu lihai berenang, karena bercita-cita ingin jadi polisi.

Setiap hari dia olahraga seperti lari, skipping, latihan fisik. Sering juga main ke rumah temannya atau belajar kelompok. 

Beberapa hari sebelum kejadian, orang tua merasa ada yang berbeda dari korban. Fadli tampak lebih sensitif. Kalau ditanya soal makanan, jawabannya pendek dan lebih sensitif, agak cepat tersinggung. 

Eka mengatakan melihat barang-barangnya sekarang rasanya seperti dia masih ada. Seperti baru kemarin dia mengetuk pintu kamar jam tiga pagi, membangunkan saya sahur.

"Pokok alarm hidup waktu bulan puasa itu satu bulan dia bangunkan saya jam 03.00 itu pasti sudah bangun dia, duluan dia bangun daripada saya tidak kayak anak-anak lain jam 03.00 pasti ketuk pintu kamar mamanya dia ngawankan saya duduk, ngawankan saya masak," ucap haru sang ibunda korban. 

Mereka juga menambahkan untuk tempat wisata tersebut mungkin masih buka tetapi dari pihak pengelola dikabarkan akan mengunjungi mereka pada hari Jumat untuk melakukan silaturahmi. (Mg3)

- Baca Berita Terbaru Lainnya di GOOGLE NEWS
- Dapatkan Berita Viral Via Saluran WhatsApp

!!!Membaca Bagi Pikiran Seperti Olahraga Bagi Tubuh!!!

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved