Karhutla di Kalbar

Tanggapi Isu Karhutla di Kalbar, Wamen LHK RI Jelaskan Pencegahan dan Penanggulangan yang Dilakukan

Lebih lanjut, dirinya menuturkan sejumlah program yang telah dilakukan dalam penanganan pencegahan dan penanggulangan Karhutla, diantaranya seperti 3R

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FERLIANUS TEDI YAHYA
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Drs. Alue Dohong, M.Sc., Ph.D, (menggunakan tanjak) diwawancarai usai acara seminar International Symposium of Indonesian Wood Research Society (IWoRS) ke-16, di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat, 11 September 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Alue Dohong hadir dalam acara seminar International Symposium of Indonesian Wood Research Society (IWoRS) ke-16, di Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak, Kalimantan Barat, 11 September 2024.

Saat sesi wawancara, Alue Dohong menanggapi permasalahan rutin yang kerapkali terjadi setiap tahunnya yakni tentang Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kalbar.

"Tentu yang utama pemerintah selalu melakukan pencegahan seperti patroli rutin, monitoring rutin, dan jika ada yang terbakar segera dipadamkan, bahkan presiden juga selalu memimpin untuk penanganan penanggulangan karhutla supaya setiap daerah selalu siap siaga," katanya.

Ia menjelaskan, bagaimana karhutla ini kerap terjadi di beberapa Provinsi yang memiliki lahan gambut yang luas pada saat musim kemarau atau fenomena El-Nino.

"El-Nino ini menyebabkan permukaan air yang ada di gambut ini turun, sehingga menyebabkan bahan organik naik, nah bahan organik ini menjadi kering dan mudah terbakar," jelasnya.

Lebih lanjut, dirinya menuturkan sejumlah program yang telah dilakukan dalam penanganan pencegahan dan penanggulangan Karhutla, diantaranya seperti 3R (Rewetting, Revegetasi, dan Revitalisasi).

Wamen LHK RI Hadiri Seminar IWoRS di Pontianak, Sebut Pengelolaan Hutan Harus Secara Menyeluruh

"Tentu bagaimana kita memulihkan kembali gambut-gambut yang rusak lewat restorasi ekosistem gambut dengan melakukan pembasahan kembali gambut yang kering lewat sekat kanal, penimbunan kanal, bahkan sumur bor untuk menahan air pada waktu kemarau supaya gambut ini tidak kering,"ungkapnya.

Menurutnya lahan gambut ini memiliki kodrat harus selalu basah dan bukan kering, sehingga pihaknya terus berupaya mengembalikan kodrat daripada gambut tersebut dengan pembasahan.

"Kemudian Revegetasi ini, kita merevetasi kembali gambut-gambut yang kosong dengan tanaman-tanaman endemik, maupun yang dianggap bisa mendorong percepatan pemulihan vegetasinya," jelasnya.

"Juga melakukan revitalisasi sumber mata pencarian. Jadi kita mendorong mata pencarian masyarakat di wilayah gambut yang ramah gambut tentunya, dan bukan dengan cara membakar gambut. Jadi tanaman yang bisa tumbuh di gambut bisa digunakan untuk ekonomi," tambahnya.

Tak hanya itu, teknologi modifikasi cuaca juga sudah dilakukan dengan membuat hujan buatan didaerah yang dibutuhkan, selama bibit awannya siap.

"Kemudian penyadaran kepada masyarakat, artinya ketika kemarau puasa juga membakar dan terakhir penegakan hukum, ada banyak yang sudah kita proses secara hukum. Termasuk di Kalbar," pungkasnya. (*)

Dapatkan Informasi Terkini dari Tribun Pontianak via SW DI SINI

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved