Untan jadi Tuan Rumah Rapat Kerja Nasional Sylva Indonesia

Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia, Wahyu Agung mengatakan Rapat Kerja Nasional ini bertujuan untuk merumuskan program kerja, memperkuat jaringan ker

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/FILE
Sylva Indonesia akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional di Pontianak, Kalimantan Barat, mulai tanggal 09 hingga 14 Juli 2024. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Sylva Indonesia akan menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional di Pontianak, Kalimantan Barat, mulai tanggal 09 hingga 14 Juli 2024.

Acara ini akan dihadiri oleh 300 mahasiswa Kehutanan dari 50 Perguruan Tinggi yang tergabung dalam Sylva Indonesia, serta melibatkan pemerintah, akademisi, NGO, dan sektor swasta.

Yang dimana pada kegiatan kali ini akan mengkaji FOLU net sink 2030.

FOLU net sink adalah sebuah kondisi yang ingin dicapai melalui aksi mitigasi penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dari sektor kehutanan dan lahan dengan kondisi dimana tingkat serapan sudah lebih tinggi dari tingkat emisi pada tahun 2030.

Kebijakan ini lahir sebagai bentuk keseriusan Indonesia dalam rangka mengurangi emisi GRK serta mengendalikan perubahan iklim yang terjadi beserta dampaknya.

Sekretaris Jenderal Sylva Indonesia, Wahyu Agung mengatakan Rapat Kerja Nasional ini bertujuan untuk merumuskan program kerja, memperkuat jaringan kerjasama, dan menciptakan program kerja untuk periode ke depan dengan fokus pada "Peran Sylva Indonesia dalam Aksi Mitigasi Perubahan Iklim melalui Kolaborasi Multi-Stakeholder".

Magister Administrasi Pendidikan Untan Komitmen Berikan Kontribusi untuk Pendidikan di Kalbar

Melalui rapat ini, pihaknya menekankan pentingnya Aksi Mitigasi Melalui Konsep Kolaborasi Multistakeholder

Ia menjelaskan perubahan iklim merupakan ancaman serius yang mempengaruhi lingkungan, kesehatan manusia, ekonomi, dan kesejahteraan sosial.

Oleh karena itu, mitigasi perubahan iklim menjadi sangat penting untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan.

"Mitigasi perubahan iklim dapat membantu mencegah kerusakan ekosistem, mengurangi frekuensi bencana alam, meningkatkan kualitas udara dan air, melindungi sektor ekonomi yang bergantung pada alam, serta melindungi kelompok masyarakat yang rentan dari dampak perubahan iklim," ucapnya, Senin 8 Juli 2024.

Wahyu Agung menyebut Indonesia adalah salah satu penghasil polusi terbesar di dunia, menempati posisi ketujuh berdasarkan emisi gas rumah kaca (GRK) Global.

Menghadapi tantangan besar dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) yang sebagian besar berasal dari sektor energi, deforestasi, dan penggunaan lahan lainnya.

Dalam menghadapi tantangan ini, diperlukan aksi yang efektif dan kolaboratif.

Kolaborasi multistakeholder merupakan pendekatan yang sangat efektif dalam mitigasi perubahan iklim. Melalui kolaborasi ini, berbagai pihak dapat berbagi sumber daya, pengetahuan, dan teknologi, sehingga menghasilkan kebijakan yang lebih komprehensif dan inklusif.

Pendanaan bersama dari berbagai sektor juga memungkinkan untuk melakukan kampanye edukasi yang lebih luas dan efektif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mitigasi perubahan iklim.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved