Khazanah Islam

Sahkan Ibadah Haji yang Diwakilkan? Simak Penjelasan Lengkap Berikut

Haji adalah ibdah fisik (al-ibadah al-badaniyah) sekaligus harta (al-ibadah al-maliyah). Allah SWT tidak membebani hambanya kecuali sebatas kemampuan

Editor: Hamdan Darsani
ABDEL GHANI BASHIR / AFP
Berikut Ini Penjelasan Singkat tentang hukum mewakilkan Haji untuk orang lain. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ibadah Haji merupakan satu dari lima rukun Islam.

Menunaikan Ibadah Haji merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu.

Haji adalah ibdah fisik (al-ibadah al-badaniyah) sekaligus harta (al-ibadah al-maliyah).

Allah SWT tidak membebani hambanya kecuali sebatas kemampuannya.

Oleh sebab itu kewajiban haji sebagai rukun Islam kelima, terbatas pada kaum Muslimin yang mampu menunaikannya. (al-Fiqh ala madzahibil arb’ah).

Pada prinsipnya sebagai ibadah badaniyah, haji harus dilakukan sendiri.

Puasa sebelum Idul Adha Hapuskan Dosa 2 Tahun, Inilah Bacaan Doa Niat Puasa Arafah 9 Dzulhijjah

dalam kondisi normal, di mana yang bersangkutan mampu mengerjakan sendiri, haji tidak boleh diwakilkan kepada orang lain.

Tetapi dalam kondisi sakit yang kronis dan tidak mungkin diharapka kesmebuhannya, sebagai ibadah maliyyah,

menurut pendapat mayoritas ulama, haji boleh diwakilkan kepada orang lain.

Begitu pula orang yang meninggal dunia dalam keadaan belum pernah menunaikan ibadah ini, padahal yang bersangkutan sudah mampu.

Diceritakan di dalam hadis shahih seorang perempuan dari Khats’am berkata kepada Rasulullah SAW:

يارسول الله إن فريضة الله على عباده فى الحج ادركت أبى شيخا كبيرا لا يثبت على الراحلة افأحج عنه؟ قال نعم (متفق عليه)

Wahai Rasulullah sesungguhnya kewajiban haji berlaku atas hamba-hamba Allah.

Saya menjumpai bapak saya telah tua dan tidak mampu duduk di atas kendaraan.

Apakah saya mengerjakan haji atas namanya? Beliau menjawab “ya”. (Muttafaq alaih)

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved