Fenomena Alam

Terungkap! Penyebab Gerhana Matahari di Indonesia, Fenomena Langka Akhir Ramadhan 2023

Terungkap penyebab terjadinya Gerhana Matahari Hibrida (GMH) di sebagian wilayah Indonesia besok 20 April 2023.

Editor: Rizky Zulham
Dok. Kompas.com
Terungkap! Penyebab Gerhana Matahari di Indonesia, Fenomena Langka Akhir Ramadhan 2023. 

BMKG mengungkapkan, GMH pada 20 April 2023 mendatang akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, kecuali sisi utara Provinsi Aceh.

GMH yang terjadi di Indonesia merupakan GMT dan gerhana Matahari sebagain (GMS). Wilayah Indonesia tidak mengalami gerhana Matahari cincin.

Tiga provinsi, yaitu Maluku, Papua Barat, dan Papua akan mengalami GMT. Sedangkan wilayah lain akan mengalami GMS dengan magnitudo gerhana tertentu.

Cara Shalat Kusuf Gerhana Matahari, Bacaan Niat dan Doa Mustajab Fenomena Langka Akhir Ramadhan

Waktu Terjadinya Gerhana Matahari di Indonesia

Waktu terjadinya fenomena gerhana Matahari ini berbeda-beda di berbagai wilayah Indonesia. Waktu gerhana Matahari paling awal akan terjadi Pukul 09.25 WIB di Parigi, Jawa Barat.

Di sisi lain, waktu mulai gerhana paling akhir terjadi pada Pukul 10.43 WIB di Meureudu, Aceh.

Puncak gerhana Matahari juga terjadi dalam waktu yang berbeda-beda. Waktu puncak gerhana paling awal terjadi di Tua Pejat, Sumatera Barat, yaitu Pukul 10.40 WIB.

Wilayah yang mengalami waktu puncak gerhana paling akhir ialah Jayapura, Papua, yaitu Pukul 14.04 WIT.

Melansir dari situs Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), GMH yang akan terjadi pada 20 April 2023 nanti akan berlangsung selama 3 jam 5 menit mulai dari durasi kontak awal hingga akhir jika diamati dari Biak, dengan durasi fase tertutup total 58 detik.

Apabila diamati dari Jakarta, durasi dari kontak awal hingga akhir adalah 2 jam 37 menit. Namun, persentase tertutupnya Matahari hanya sebesar 39 persen jika pengamatan dilakukan di Jakarta.

Penampakan Fenomena Langka Akhir Ramadhan 2023 dan Empat Perubahan Wujud Gerhana Matahari

Imbauan Melihat Gerhana Matahari

Pengajar Astronomi di Institut Teknologi Bandung (ITB) Premana W Premadi mengingatkan masyarakat agar tidak melihat gerhana Matahari secara langsung.

"Pengamatan tanpa filter Matahari dapat membuat gangguan kesehatan mata secara serius, bahkan pada taraf tertentu dapat menyebabkan kebutaan," jelas mantan Kepala Observatorium Bosscha ITB tersebut dalam Gelar Wicara Gerhana Matahari Hibrida 2023 yang diselenggarakan oleh Planetarium Jakarta di Taman Ismail Marzuki, Kamis 6 April 2023 dilansir dari situs BRIN.

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved