Headline Hari Ini: Online Shop Perlahan Bunuh Toko Offline, Pasar Sudirman Pontianak Sepi Pembeli

Toko online menjadi budaya populer saat ini karena telah banyak digunakan dan mendapat dukungan dari sebagian besar masyarakat.

TRIBUNPONTIANAK/Jovanka Mayank Candri
Salah satu toko baju di Pasar Sudirman Pontianak sepi pembeli, diakui Mimin pemilik toko Midiva karena akibat menjamurnya pasar online di kalangan masyarakat 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Perkembangan teknologi membawa dampak pada perekonomian. Di tengah era digital saat ini, pertumbuhan toko online pun semakin menjamur.

Toko online menjadi budaya populer saat ini karena telah banyak digunakan dan mendapat dukungan dari sebagian besar masyarakat. Keberadaan online shop mengancam eksistensi pasar tradisional.

Toko online biasanya dapat melalui berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, WhatsApp, serta aplikasi belanja online seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan lain sebagainya.

Kehadirannya pun semakin menjadi pilihan bagi warga yang hendak berbelanja berbagai jenis kebutuhan, dan mulai meninggalkan toko-toko kecil, terutama di pasar.

Tidak mengherankan jika kondisi ini memberikan pengaruh yang cukup besar bagi pelaku usaha toko di pasar. Bahkan imbasnya menggerus omzet 30 hingga lebih dari 50 persen.

Toko Online Menjamur, Omzet Pedagang Tradisional Tergerus

Mimin, satu di antara pemilik toko baju Midiva di kawasan Pasar Sudirman Pontianak mengatakan semakin banyaknya toko online belakangan ini memberi pengaruh yang yang cukup besar baginya.

"Sekarang apa-apa serba online, dengan begitu masyarakat akan mencari cara yang mudah untuk memenuhi kebutuhannya," ujarnya saat ditemui TribunPontianak.co.id, Sabtu 8 April 2023.

Ia menambahkan, dengan banyaknya toko online di media sosial maupun e-commerce membuat sejumlah toko-toko yang berada di pasar mulai kalah saing. Ia akui, banyaknya toko online berpengaruh terhadap pendapatannya dalam beberapa tahun belakangan.

Ia berjualan sejak tahun 2011, dimana pada saat itu toko online tidak begitu banyak dikenal masyarakat. Kebanyakan orang juga berbelanja langsung di pasar.

Setelah adanya toko online, ia beberkan omzetnya menurun kurang lebih 50 persen. Masyarakat tidak seramai dulu untuk datang berbelanja langsung ke pasar, bahkan menjelang lebaran juga toko nya tidak seramai dulu.

"Online shop sekarang banyak sekali. Selain itu harga juga bersaing dan cenderung banyak yang murah. Kami sebagai pedagang baju merasakan sekali penurunan omzet ini," ucapnya.

Meski fenomena toko online marak, dirinya tidak pernah mencoba berjualan dengan metode tersebut.

"Selama ini tidak pernah jualan online, hanya di toko saja dari dulu, karena jujur saja saya juga kurang paham dengan jualan secara online. Masih gaptek dengan menggunakan medsos," jelasnya.

"Untuk bertahan sampai sekarang, saya cukup stabilkan harga saja jangan sampai kemahalan. Ikut model fashion yang sedang trend, dan mengandalkan orang-orang datang ke toko saya," tutupnya.

Fajar Jaya, Toko Kain Legendaris di Pontianak Sudah 40 Tahun Tawarkan Ribuan Kain

Senada dengan Mimin, hal yang sama disampaikan oleh Kak Say salah satu penjual di Pasar Sudirman. Ia katakan juga penjualannya mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Ia merasakan minat masyarakat untuk berbelanja ke pasar legendaris ini kurang, tidak seramai dulu. Pendapatannya juga kian merosot. Ia akui dulu mampu mencapai omzet Rp. 4.000.000 dalam sebulan, sedangkan kini hanya Rp. 1.500.000 hingga Rp. 2000.000 saja.

"Kayaknya karena orang beralih ke belanja online, jujur saya juga kadang berbelanja online. Kelebihan toko online kan kita bisa ngutang seperti di Shopee itu, bisa pakai paylater," katanya.

"Tapi untuk usaha saya, saya tidak menjualnya di toko online atau media sosial, karena saya tidak ada waktu buat ngurus toko onlie dan memasarkannya di media sosial. Selain itu juga kurang paham masalah media sosial. Biarlah saya menunggu pembeli yang datang langsung ke toko saya, transaksi langsung juga lebih enak," pungkasnya.

Merambah ke Daerah

Pemilik toko Pakaian Nina Indah Pasar Beringin Singkawang, Beni Gunawan saat ditemui Tribun Pontianak di Pasar Beringin Singkawang, Sabtu 8 April 2023.
Pemilik toko Pakaian Nina Indah Pasar Beringin Singkawang, Beni Gunawan saat ditemui Tribun Pontianak di Pasar Beringin Singkawang, Sabtu 8 April 2023. (TRIBUNPONTIANAK/Zulfikri)

Pedagang di Pasar Beringin Singkawang juga mengalami kondisi yang sama. Dibangun pada tahun 1973, Pasar Rakyat Beringin merupakan pasar tertua di Kota Singkawang, terletak di Kelurahan Condong, Kecamatan Singkawang Tengah dan Kelurahan Pasiran Kecamatan Singkawang Barat.

Tidak hanya memenuhi permintaan pasar di Kota Singkawang saja, Pasar Beringin juga memenuhi permintaan pasar di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Singkawang seperti Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas.

Pantauan TribunPontianak.co.id pada Sabtu 8 April 2023, kondisi hari ke-18 Ramadhan 1444 H terlihat sepi. Tak banyak pengunjung mendatangi Pasar Beringin untuk berbelanja.

Pemilik toko pakaian Nina Indah Pasar Beringin Singkawang, Beni Gunawan, mengatakan Pasar Beringin sempat menjadi primadonanya Kota Singkawang. Bahkan penghasilannya bisa mencapai jutaan rupiah setiap harinya jika momentum hari raya.

"Saya buka toko sudah 48 tahun dari tahun 1975. Kalau dulu jika mendekati hari besar keagamaan, seperti Lebaran seperti sekarang ini omzet bisa Rp 5 sampai 6 jutaan," ucapnya.

Namun karena virus Covid-19 menyerang, kondisi Pasar Beringin berubah drastis. Beni sempat menutup tokonya selama 5 bulan. Bahkan di momentum mendekati Idul Fitri ia tetap menutup toko pakaiannya.

"Waktu saat covid mencekam itu saya tutup toko selama 5 bulan itu tahun 2020 tahun raya Idul Fitri juga saya tidak buka karena takut kan sama covid. Istri saya bilang tidak usah buka takut nanti terkena covid," kata Beni.

Beni mengungkapkan dari awal Covid-19 sampai sekarang tidak ada kestabilan penghasilan, hasil Rp1.000.000 perhari itupun kalau benar-benar ramai.

"Sejak Covid-19 kira-kira 2021 lah hancur total. Paling tinggi pas Imlek, dapat lah Rp 500 sampai Rp 600 ribu. Satu baju sama celana kan udah Rp 100 ribu lebih," paparnya.

Hidden Gem di Pontianak, Toko Bunga Edy Florist Tawarkan Bunga Segar

Di hari biasa, penghasilan toko pakaian Nina Indah hanya Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu saja.

"Pernah juga saya sehari cuman dapat Rp 150 saja. Kadang juga gak laku gak ada yang beli," katanya.

Karena pengeluaran nya lebih banyak dari pada pemasukan, terjadi pengurangan karyawan yang dilakukannya demi menjaga kestabilan toko.

"Karyawan jaga saja saya hanya satu, dulu ada empat ada lima orang," kata Beni.

"Kita dagang, barang banyak gak ada pembeli kita punya uang mati di situ tidak bergerak. Syukur sudah lama dagang jadi punya modal, kalau orang baru dagang sudah pasti bangkrut," pungkasnya.

Tak hanya Virus Covid-19 yang menganggu aktivitas pasar rakyat, Beni juga mengeluhkan para pelanggannya lebih memilih berbelanja di online shop.

"Orang-orang banyak yang belanja online. Kita orang tua mana bisa jualan online kaya anak muda, itulah kenapa tidak berfikir untuk jualan online," keluhnya.

Di akhir Beni juga mengatakan pasar online harus dikenai pajak, karena menurutnya pajak yang harus ia bayar terlalu besar dan tidak sesuai penghasilan.

"Kita aja setengah mati mau bayar pajak. Saya pakai pajak perbulan, cuman saya tidak bayar pajak lagi, katanya Rp 500 juta satu tahun baru bayar pajak. Saat ini untuk dapat Rp 100 juta dalam setahun saja pasti susah, apalagi mau dapat Rp 500 juta," ungkapnya.

Ikuti Terus Berita Terupdate Seputar Kalbar Hari Ini Di sini

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved