Ramadhan Kareem

Perempuan Tidak Puasa Karena Hamil dan Menyusui Bayar Fidyah atau Qadha?

Namun pertanyaan yang sering muncul adalah apakah ibu hamil dan menyusui wajib membayar fidyah atau qadha puasa.

Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK/ENRO
Perintah Puasa Ramadhan wajib ditunaikan oleh setiap Muslim. Lalu bagaimanakah perempuan hamil dan menyusui yang tidak bisa puasa? 

Secara definisi Fidyah diambil dari kata “fadaa” artinya mengganti atau menebus.

Lalu kapan waktu membayar fidyah bagi golongan yang dibolehkan meninggalkan puasa?

Untuk waktu pembayaran fidyah, ada kelonggaran.

Boleh membayarkan fidyahnya setiap hari satu-satu (dibayarkan di waktu maghrib di hari puasa yang ditinggalkan).

Dia juga dibolehkan mengakhirkan pembayaran setelah selesai ramadhan, sebagaimana yang dilakukan Anas bin Malik radliallahu ‘anhu. (As-Syarhul Mumthi’, 6:207)

Dalilnya: Pertama, riwayat dari Nafi’ – murid Ibnu Umar –,

أن ابن عمر سئل عن المرءة الحامل إذا خافت على ولدها، فقال: تفطر و تطعم مكان كل يوم مسكينا مدا من حنطة

bahwa Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma pernah ditanya tentang wanita hamil yang khawatir terhadap anaknya (jika puasa).

Beliau menjawab, “Dia boleh berbuka dan memberi makan orang miskin dengan satu mud gandum halus sebanyak hari yang dia tinggalkan.”(HR. Al-Baihaqi dari jalur Imam Syafi’i dan sanadnya sahih)

kedua, riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,

أَنَّه ضَعُف عَن الصَّومِ عَامًا فَصَنَع جفنَةَ ثَريدٍ ودَعَا ثَلاثِين مِسكِينًا فَأشبَعَهُم

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, bahwa ketika dirinya sudah tidak mampu puasa setahun, beliau membuat adonan tepung dan mengundang 30 orang miskin, kemudian beliau kenyangkan mereka semua. (HR. ad-Daruquthni dan dishahihkan al-Albani). (*)

Simak Informasi Lengkap Seputar Ramadhan 2023

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved