Pengrajin Suvenir Khas Sanggau Kapal Bandong Akui Pemesanan Cukup Tinggi Tiap Bulan

M Yusuf meneruskan warisan ayahnya dikediamannya yang beralamatkan di Jalan Pantai Sekayam, Kelurahan Tanjung Sekayam, Kecamatan Kapuas.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sentana, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalbar, M Yusuf yang juga pengrajin souvenir khas Sanggau saat memperlihatkan souvenir kapal bandong buatannya di Jalan Pantai Sekayam, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalbar, Rabu 22 Februari 2023. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SANGGAU - Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) sentana, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, Kalbar, M Yusuf yang juga pengrajin suvenir khas Sanggau yaitu Kapal Bandong komitmen untuk meneruskan warisan sang ayah M Rifai yang dikenal sebagai seniman sekaligus budayawan di Kabupaten Sanggau.

Diketahui, M Rifai sejak puluhan tahun lalu melestarikan suvenir tersebut hingga dirinya sudah tidak bisa maksimal lagi membuat kapal bandong seiring dengan usianya yang sudah mencapai 84 tahun.

M Yusuf pun mengambil mandat untuk meneruskan warisan sang ayah dikediamannya di Jalan Pantai Sekayam, Kelurahan Tanjung Sekayam, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau.

Yus sapaan akrabnya mengatakan, pesanan terhadap souvenir kapal bandong tersebut cukup tinggi, sehingga dengan sedikit pengetahuan dan keahlian yang diperolehnya dari sang ayah, dia kemudian melanjutkan bisnis souvenir tersebut.

"Sekitar 10 pesanan setiap bulan. Jadi, saya punya sedikit keahlian yang diwariskan beliau, karena bagaimanapun juga souvenir ini ciri khas yang dimiliki, bukan hanya oleh masyarakat Sanggau tapi juga masyarakat di Kalimantan Barat," katanya, Rabu 22 Februari 2023.

Jadi Keynote Speaker Pada Sosialisasi Pemilu 2024, Wabup Sanggau Ingatkan Masyarakat Tak Golput

Update Stok Darah di PMI Sanggau Hari Ini 21 Februari 2023

Yusuf menjelaskan, untuk membuat souvenir kapal bandong ukuran kecil dibutuhkan waktu selama tiga hari, sementara yang ukuran besar dibutuhkan waktu satu bulan. 

"Terkait harganya, yang kecil itu Rp 250 ribu rupiah, yang besar Rp 350 ribu rupiah. Dan untuk pemasarannya, biasanya kita ada langganan yang datang megambil. Kalau untuk di pasar, kita jual di Toko Angkasa Jaya," jelasnya.

Yusuf mengakui, sang ayah yang konsen terhadap seni dan budaya daerah menjadi penyemangat dirinya untuk  melanjutkan warisan sang ayah tersebut. Tetapi, ia mengakui  mengalami kendala dalam memenuhi pesanan, yaitu kekurangan tenaga untuk memproduksi souvenir kapal bandong.

"Harapan kami instansi terkait mau melatih anak-anak muda kita dibidang kerajinan ini. Kami siap membantu, terus terang kami kekurangan tenaga untuk memenuhi pesanan," ujarnya.

Cek berita dan artikel mudah diakses di Google News

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved