Lokal Populer

Airlangga Hartarto Pimpin Rapat Koordinasi Tim Penanganan Inflasi Pusat dan Daerah

Menko Airlangga menjelaskan rapat tersebut dilakukan untuk membahas beberapa komuditas yang menjadi pemicu terjadinya inflasi

Istimewa
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto didampingi Wali Kota Pontianak, Edi Kamtono saat memantau harga komoditas bahan pokok di Pasar Flamboyan Pontianak, Jumat 25 November 2022 siang. 

Selain itu, berkaitan dengan kewajiban Pemerintah Daerah untuk melakukan belanja perlindungan sosial, ditemukan masih ada 14 Provinsi yang belum melakukannya.

"Dan juga tadi 14 Provinsi yang belum menggunakan wajib belanja perlinsos sebesar 2 persen dari DTU," ucapnya.

"Kemudian juga TPID perlu melakukan pendampingan bisa juga menggunakan 20 persen dana desa," sambungnya.

Di akhir, ia menyampaikan bahwa salah satu penyebab inflasi yang paling besar adalah sektor transportasi.

Sejak pandemi terjadi mobilitas masyarakat menjadi terhambat, namun seiring membaiknya situasi covid diharapkan pula mampu memulihkan kembali sektor ini.

Terlebih menjelang natal dan akhir tahun, diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi melalui sektor transportasi ini.

"Pemerintah juga tadi mencatat salah satu inflasinya keras kepala di sektor transportasi, jadi kita akan menjaga sektor transportasi ini," ujarnya

"Memang sektor transportasi ini membaik sejalan dengan penanganan covid, sehingga mobilitas penduduk sudah mulai meningkat. Apalagi menjelang natal dan tahun baru, tetapi tentu tarif batas atas dari penerbangan ini akan kita evaluasi," tutupnya.

Faktor Peningkatan Inflasi di Kalbar

Hari besar keagamaan dan Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan peliharaan yang dimiliki oleh para peternak di daerah Provinsi Kalbar, menjadi dua faktor peningkatan inflansi di Provinsi Kalbar.

Dua faktor tersebut disampaikan Gubernur Kalbar di depan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, saat memberikan sambutan Rapat Koordinasi Terbatas Tim Pengendalian Inflansi Pusat (TPIP) dan Tim Pengedalian Inflansi Daerah (TPID), di Hotel Qubu Resort, Kubu Raya, Jumat 25 November 2022.

“Kami di Kalbar ini sangat berat dalam hal pengendalian Inflansi, karena dari 12 bulan dalam setahun, 10 bulan itu pasti ada hari keagamaan maupun hari besar lainnya, ditambah lagi ada dua penyakit hewan yaitu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) banyaknya ternak babi yang mati,”ujar Midji.

Sehingga babi juga penyumbang inflansi terbesar disamping ayam dan jenis ikan sungai yang tidak bisa dibudidayakan dengan baik.

Selain itu, dirinya juga menambahkan bahwa banyaknya terjadi spekulasi harga baik di bahan pokok dan ternak, menjadi hambatan bagi Pemerintah Provinsi Kalbar dalam memeratakan harga disetiap pasar.

“Sehingga informasi tentang harga yang terintegrasi itu sangat penting untuk kita lakukan dan alhamdulilah inflansi di Provinsi Kalbar masih relatif bisa dikendalikan,”ujarnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved