Lokal Populer

Minimnya Ketersediaan Daging Sapi Dampak Wabah PMK

Munsif mengatakan untuk memenuhi pasokan daging segar sudah didatangkan sapi limosin oleh pengusaha dengan dokumen lengkap.

TRIBUNPONTIANAK/MUHAMMAD FIRDAUS
Marsian pedagang daging sapi di Pasar Kemuning Pontianak Kota. Rabu, 21 September 2022. 

"Manee, biasa tak ada, ini kebetulan ada, ya adalah 10 kebagian," ucapnya.

"Ohh kalau dulu tak usah ditanya, sebelum covid itu ratusan kilo, kalau sekarang 10 Kg jak pakai jatah, kadang-kadang tak ada," lanjutnya menjelaskan.

Untuk saat ini harga daging sapi ia banderol dengan harga Rp 160.000 per kilonya.

"Rp 160.000 saya jual sih," ucapnya.

Saat ini untuk menjaga ketersediaan daging sapi di pasar, ia dan rekan-rekan penjual lainnya terpaksa menjual daging sapi impor/kotak, dengan harga yang relatif lebih murah dan stok yang aman.

"Kalau ndak ada jual ini yang beku ini, ini ada yang Rp 120.000, ada yang dibawah itu lagi ada yang A B C kan," ucapnya.

Namun demikian tak sedikit pembeli yang enggan membeli daging jenis ini, sebab para pembeli lebih tertarik dengan daging lokal yang dianggap lebih aman dan halal untuk di konsumsi.

"Ada 1/2 orang kan kadang-kadang anti daging ini, alasannya tak tau yang dipotong lah apa kan ada orang begitu, ndak sama orang," ucapnya.

Ia menjelaskan kondisi ini memang sudah lama terjadi, sejak wabah PMK menyerang Indonesia. Sehingga Pemerintah mengetatkan proses jual beli daging sapi ini untuk menekan terjadinya penyakit tersebut.

"Penyebabnya gara-gara PMK itu, sudah itu diketatkan sama Pemerintah, ndak boleh sembarang," ucapnya.

Kendati demikian, Marsian mengaku dirinya tidak terlalu keberatan dengan aturan ini, sebab menurutnya Pemerintah membuat kebijakan ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk menjaga kesehatan masyarakat.

"Pemerintah betul jak, dari pada nanti efeknya ke masyarakat kan, ndak salah dia. Karena bukan apa kalau ada apa-apa Pemerintah disalahkan kan, kalau gini kan steril istilahnya," ucapnya.

Sementara itu, Ngatemi salah satu pembeli yang datang ke lapak daging sapi milik Warsian, mengaku agak keberatan dengan kondisi ini.

Kelangkaan ini telah membuat ia dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan daging sapi yang berkualitas. Sementara pada daging sapi impor yang tersedia ia menjelaskan sedikit was-was dengan pengolahan daging tersebut.

"Ha ndak tau lah itu ya, lebih higienis gitulah, soalnya kita bukan apa mau makan itukan was-was, takut ada apa-apanya kan, kalau ini kan dah tau asli," ucapnya.

Ia berharap ketersediaan daging lokal cepat teratasi seperti semula, meskipun dengan harga yang cukup tinggi Ngatemi mengaku tidak keberatan untuk membelinya.

"Ndak apa-apa yang penting ada barangnya, beli, ndak mampu beli banyak beli sedikit," tutupnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved