Lokal Populer
Minimnya Ketersediaan Daging Sapi Dampak Wabah PMK
Munsif mengatakan untuk memenuhi pasokan daging segar sudah didatangkan sapi limosin oleh pengusaha dengan dokumen lengkap.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Barat, Munsif mengatakan minimnya ketersediaan daging sapi merupakan dampak wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Ketersediaan daging sapi segar di Kota Pontianak terbilang minim akhir-akhir ini. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) untuk perharinya kebutuhan daging segar di Kota Pontianak mencapai 9 gram perkapita.
Jika dikalkulasikan dengan jumlah penduduk Kota Pontianak sekitar 676.282 ribu jiwa. Maka dalam sehari diperlukan daging segar sekitar 6,3 ton. Sedangkan ketersediaan daging segar hanya tersedia 15 persen dari angka yang dibutuhkan tersebut.
"Pasokan ternak ke Kalbar sampai akhir Agustus di arang dengan alasan apapun. Namun via SE 06 Satgas PMK pusat, sudah diberikan ruang sedikit, yakni memasukkan hanya untuk dipotong langsung di RPH," ujar Munsif.
• Stok Sapi di Sekadau Andalkan Peternak Lokal
Ia mengatakan Kalbar sudah zero PMK atau tidak ada kasus aktif dan tidak ada kasus baru. Tetapi untuk dinyatakan wilayah bebas, harus dibuktikan via hasil sirveilan sec reguler dengan hasil konsisten tidak ada kasus aktif atau kasus baru hingga 3 tahun lamanya.
Munsif mengatakan untuk memenuhi pasokan daging segar sudah didatangkan sapi limosin oleh pengusaha dengan dokumen lengkap.
"Tadi malam sudah tiba sapi potong jenis limosin 15 ekor dari sragen yang telah dilengkapi dengan dok lengkap (lolos uji PMK dan uji RBT untuk deteksi penyakit brucelosis) ke kota Pontianak," ujarnya.
Kedatangan langsung dikawal ketat dari pelabuhan untuk ditampung di kandang RPH Siantan atau Kunak.
"Semalam sudah dipotong 8 ekor untuk memenuhi kebutuhan daging segar di Pasar Flamboyan. Hari ini sisanya 7 ekor akan tuntas dipotong sebagai kesanggupan pelaku usaha untuk pencegahan penyebaran PMK. Sapi potong asal Sragen alhamdulillah tiba dalam kondisi sehat," jelasnya.
Jika try out ini berjalan baik, dinas kata Munsif akan memberi ruang lagi pemasukan ternak baru dengan jumlah tertentu sepanjang dapat memenuhi standar persyaratan ketat yang ditentukan.
Daging Sapi Dijatah
Marsian, salah penjual daging sapi di Pasar Kemuning Kecamatan Pontianak Kota, Ia menceritakan bahwa saat ini ketersediaan stok sapi lokal sangat sulit untuk ditemukan atau langka.
"Yang lokal payah pak, karena sapi jak sekarang pake vaksin dulu baru bisa jual ke masyarakat," ucapnya. Rabu 21 September 2022.
• Pemilik Rumah Makan di Sekadau Harap Stok Daging Sapi Segar di Sekadau Selalu Tercukupi
Menurutnya tak jarang stok sapi lokal tersebut kosong, bahkan untuk hari ini ia mengaku hanya kebagian jatah daging sapi 10 Kg saja untuk di jual di lapaknya.
Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi sebelumnya, ia mengaku dulu ia mampu menjual 50 hingga lenih dari 100 Kg untuk setiap harinya.
"Manee, biasa tak ada, ini kebetulan ada, ya adalah 10 kebagian," ucapnya.
"Ohh kalau dulu tak usah ditanya, sebelum covid itu ratusan kilo, kalau sekarang 10 Kg jak pakai jatah, kadang-kadang tak ada," lanjutnya menjelaskan.
Untuk saat ini harga daging sapi ia banderol dengan harga Rp 160.000 per kilonya.
"Rp 160.000 saya jual sih," ucapnya.
Saat ini untuk menjaga ketersediaan daging sapi di pasar, ia dan rekan-rekan penjual lainnya terpaksa menjual daging sapi impor/kotak, dengan harga yang relatif lebih murah dan stok yang aman.
"Kalau ndak ada jual ini yang beku ini, ini ada yang Rp 120.000, ada yang dibawah itu lagi ada yang A B C kan," ucapnya.
Namun demikian tak sedikit pembeli yang enggan membeli daging jenis ini, sebab para pembeli lebih tertarik dengan daging lokal yang dianggap lebih aman dan halal untuk di konsumsi.
"Ada 1/2 orang kan kadang-kadang anti daging ini, alasannya tak tau yang dipotong lah apa kan ada orang begitu, ndak sama orang," ucapnya.
Ia menjelaskan kondisi ini memang sudah lama terjadi, sejak wabah PMK menyerang Indonesia. Sehingga Pemerintah mengetatkan proses jual beli daging sapi ini untuk menekan terjadinya penyakit tersebut.
"Penyebabnya gara-gara PMK itu, sudah itu diketatkan sama Pemerintah, ndak boleh sembarang," ucapnya.
Kendati demikian, Marsian mengaku dirinya tidak terlalu keberatan dengan aturan ini, sebab menurutnya Pemerintah membuat kebijakan ini bukan tanpa alasan, melainkan untuk menjaga kesehatan masyarakat.
"Pemerintah betul jak, dari pada nanti efeknya ke masyarakat kan, ndak salah dia. Karena bukan apa kalau ada apa-apa Pemerintah disalahkan kan, kalau gini kan steril istilahnya," ucapnya.
Sementara itu, Ngatemi salah satu pembeli yang datang ke lapak daging sapi milik Warsian, mengaku agak keberatan dengan kondisi ini.
Kelangkaan ini telah membuat ia dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan daging sapi yang berkualitas. Sementara pada daging sapi impor yang tersedia ia menjelaskan sedikit was-was dengan pengolahan daging tersebut.
"Ha ndak tau lah itu ya, lebih higienis gitulah, soalnya kita bukan apa mau makan itukan was-was, takut ada apa-apanya kan, kalau ini kan dah tau asli," ucapnya.
Ia berharap ketersediaan daging lokal cepat teratasi seperti semula, meskipun dengan harga yang cukup tinggi Ngatemi mengaku tidak keberatan untuk membelinya.
"Ndak apa-apa yang penting ada barangnya, beli, ndak mampu beli banyak beli sedikit," tutupnya.