Lokal Populer

Temuan Mikroplastik di Sungai dan Parit di Kota Pontianak

Dari hasil temuan mikroplastik itu, dinilainya karena pengelolaan sampah plastik di wilayah Kalbar masih belum maksimal dilakukan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/Istimewa/Dok Syamhudi
Tim ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Komunitas Kreasi Sungai Putat Pontianak dan komunitas Restorasi Hutan dan sungai Kapuas (Rotan Kapuas) Kubu Raya melakukan uji kualitas air di Sungai Mandor dan Parit Putat Pontianak Kalimantan Barat pada Selasa 16 Agustus 2022. Dok Syamhudi 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dalam waktu lima bulan ini telah melakukan ekspedisi ke beberapa daerah dan kini mereka telah tiba di Kota Pontianak Kalimantan Barat melakukan uji kualitas air, baik air sungai Kapuas, Sungai Landak maupun parit-parit yang ada di Kota Pontianak.

Ekspedisi tersebut dilakukan bersama Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (ecoton) dan para komunitas.

Founder Ecoton, Prigi Arisandi menyampaikan, dari hasil ekspedisi yang sebelumnya juga dilakukan di Sungai Padang, Sungai Pawan dan beberapa parit lainnya termasuk di sungai dan parit di Kota Pontianak Kalimantan Barat. Pihaknya menemukan mikroplastik.

Dari hasil temuan mikroplastik itu, dinilainya karena pengelolaan sampah plastik di wilayah Kalbar masih belum maksimal dilakukan.

"Di Sungai Kapuas ini, kita temukan sekitar 54 partikel, kemudian di parit Putat kita temukan 55 partikel kemudian di sungai Landak menemukan 40 an partikel. Artinya rerata 50 partikel dalam satu liter air memang ada ancaman serius," ungkapnya.

Parit Pontianak Tercemar Mikroplastik dan Kadar Phospat Melebihi Baku Mutu

"Ancaman pertama ialah kepunahan terhadap kelestarian ekosistem seperti ikan yang kita tahu bahwa sungai Kapuas ini memiliki sekitar 200 macam ikan. Kemudian yang kedua adalah ancaman untuk kesehatan manusia, karena air sungai Kapuas ini menjadi bahan baku air minum," lanjutnya.

Hal tersebut, ia sampaikan saat Diskusi Strategi Pengendalian Sampah Plastik di Sungai Kapuas yang digelar oleh BWSK 1 Pontianak, di Hotel Orchardz Jalan Perdana, Senin 22 Agustus 2022.

Menurutnya jika kita tetap masih menggunakan air Sungai Kapuas sebagai bahan baku air minum, maka harus bersama-sama membersihkan dari sampah plastik.

"Pada 22 Maret ditemukan mikroplastik di dalam darah manusia. Artinya ini sudah menjadi ancaman bagi kita," paparnya.

Dengan hadirnya puluhan komunitas peduli Sungai dan lingkungan saat diskusi tersebut, Prigi pun optimis dengan kekuatan komunitas bisa mengatasi persoalan mikroplastik tersebut.

Ia pun merasa salut, lantaran selama ekspedisi berkeliling daerah, baru di Kalbar ini menemukan banyak komunitas peduli Sungai dan Lingkungan.

"Maka tugas kita hari ini adalah perlu menyusun strategi bagaimana kita agar bisa membebaskan Sungai Kapuas ini dari mikroplastik," jelasnya.

Dari hasil uji kualitas air yang dilakukan oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara, phospat kadar klorin yang melebihi baku mutu ini disebabkan oleh tingginya aktivitas perkebunan sawit dan banyaknya penambang emas tanpa izin (PETI) yang menyebabkan banyaknya limbah masuk ke sungai Kapuas dan belum adanya IPALD komunal sehingga masyarakat membuang limbah domestik ke Sungai Landak dan Sungai Kapuas.

Sungai Putat

Tim ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Komunitas Kreasi Sungai Putat Pontianak dan komunitas Restorasi Hutan dan sungai Kapuas (Rotan Kapuas) Kubu Raya melakukan uji kualitas air di Sungai Mandor dan Parit Putat Pontianak Kalimantan Barat pada Selasa 16 Agustus 2022.

Ketua Kreasi Sungai Putat, Syamhudi menjelaskan, ada sekitar 6000 parit yang bermuara ke sungai Kapuas dalam temuannya menunjukkan, bahwa parit putat tercemar phospat jauh diatas baku mutu.

"Hasil uji hari ini kadar phospat di parit putat sebesar 4.5 ppm padahal standarnya tidak boleh lebih dari 0,2 ppm," ungkapnya.

Selain phospat kadar khlorin sebesar 0.09 (baku mutu PP 22/2021 sebesar 0.03) kondisi ini menyebabkan kadar oksigen turun hingga 0.6 ppm padahal sungai yang sehat tidak boleh kurang dari 4 ppm.

"Tingginya kontaminasi phospat dan khlorin disebabkan oleh tidak adanya Instalsi Pengolahan air limbah domestik di parit putat karena limbah domestik penduduk saat ini langsung dibuang tanpa diolah," timpalnya.

Tercemar Mikroplastik

Hasil analisis mikroplastik oleh tim ESN menunjukkan bahwa parit Putat tercemar mikroplastik sebesar 56 partikel mikroplastik dalam 100 liter air.

"Kami menemukan 30 jenis fiber atau benang sintetis yang berasal dari limbah cucian atau laundry, 18 jenis filamen yang berasal dari proses pecahnya plastik tas kresek, pembungkus makanan dan plastik bening, jenis mikroplastik yang kami temukan lainnya adalah fragmen atau cuilan plastik sebanyak 8 partikel," ungkap Prigi Arisandi dari peneliti ESN.

Cara Mudah Mengetahui Air Sudah Tercemar atau Masih Bersih dan Layak Dikonsumsi

Ia menjelaskan, bahwa perilaku warga yang membuang sampah plastik adalah sumber utama pencemaran mikroplastik di Pontianak Kalbar.

Partisipasi Komunitas

Ketua Komunitas Rotan Kapuas, Sahli meminta kepada semua pihak untuk berkolaborasi dalam mengatasi persoalan tersebut.

"Perlunya didorong kemitraan komunitas dalam pengendalian masukkan sampah plastik ke parit dan sungai, Pemerintah harus menyediakan fasilitas dan sarana tempat sampah agar warga tidak membuang sampah plastik ke sungai," kata Sahli.

"Maka kita mendorong kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelesatarian sungai dengan tidak membuang sampah plastik ke sungai karena sungai menjadi habitat ikan air tawar," paparnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved