HUT 77 Kemerdekaan

Tempuh Pendidikan Mentereng, Inilah 6 Tokoh Publik untuk Kebangkitan Nasional

Dikutip dari buku Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan karya Yuyus Kardiman, dkk ada enam tokoh yang berperan dalam kebangkitan nasional.

DOK.KOMPAS
Ki Hajar Dewantara diabadikan 11 Maret 1959, sebulan sebelum meninggal. 

Sebagai bentuk dukungannya terhadap Indonesia, Douwes Dekker mendirikan Indische Partij bersama dua rekan lainnya, yaitu Ki Hajar Dewantara dan Cipto Mangunkusumo, atau biasa disebut Tiga Serangkai.

Indische Partij, yang mendapat respons positif dari keturunan indo, pribumi, maupun Tionghoa, dianggap mengganggu keamanan oleh Belanda, sehingga dibubarkan pada 4 Maret 1913.

5. Cipto Mangunkusumo

Cipto Mangunkusumo adalah satu dari tiga pendiri Indische Partij yang memulai kariernya sebagai seorang dokter pemerintah Belanda di Demak.

Suatu ketika, Cipto melihat banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan Belanda terhadap rakyat Indonesia.

Oleh sebab itu, ia kerap mengkritik keras Belanda lewat tulisan-tulisannya di beberapa surat kabar, seperti De Locomotief dan Bataviaasch Nieuwsblad.

Karena tindakannya itu, Belanda memberhentikan Cipto dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda.

Setelah itu, ia bertemu dengan Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara, yang kemudian bersama-sama mendirikan Indische Partij.

ISI Teks Proklamasi, Sejarah dan Peristiwa Dibalik Penyusunan Teks Proklamasi

6. Ki Hajar Dewantara

Soewardi Soerjaningrat atau yang akrab disapa Ki Hajar Dewantara pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sediotomo, Midden Java, dan De Express Oetoesan Hindia.

Ki Hajar Dewantara bersama dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker mendirikan Indische Partij pada 1912.

Setelah itu, peran tokoh kebangkitan nasional ini adalah aktif menuliskan beberapa kritik keras terhadap Belanda.

Salah satu kritik Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah tulisan berjudul Als ik een Nederlander was, yang berarti "Seandainya Saya Seorang Belanda."

Kemudian ada juga tulisan lain yang bertajuk Een voor Allen maar Ook Aleen voor Een, yang berarti "Satu untuk Semua, Tapi Semua untuk Satu Juga." (*)

Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved