Pengunjung Pasar Raya Sintang Sepi, Banyak PKL Berhenti Berdagang

Sejak pindah di sini pendapatan turun drastis. Di sini dua malam kemarin hanya dapat 20 ribu rupiah saja. Itupun saya bersyukur pada Allah

TRIBUNPONTIANAK/AGUS PUJIANTO
Yatim, pedagang siomay di terminal tanjungpuri kawasan pasar raya sintang mengeluhkan sepinya pengunjung. Dia dan puluhan PKL lainnya memintah pindah ke lokasi lama di Kopel dan Alun-alun. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Belum sampai sebulan direlokasi ke kawasan Pasar Raya Sintang, para Pedagang Kaki Lima (PKL) sudah mengeluh, mengadu langsung ke wakil rakyat yang duduk di kursi DPRD Kabupaten Sintang.

Para PKL yang semula berdagang di kawasan kopel dan alun-alun ini merasa omsetnya turun drastis sejak dipindah pemerintah ke Pasar Raya Sintang. Pengunjung sepi yang menjadi penyebabnya.

"Sejak pindah di sini pendapatan turun drastis. Di sini dua malam kemarin hanya dapat 20 ribu rupiah saja. Itupun saya bersyukur pada Allah. Bagaimana kami mau hidupi anak bini. Kalau di tempat lama lumayan, lah. Kami dagang siomay sehari buat setengah kilo di sini 2 hari baru abis. Besok udah dibuang. Pokok tolong kami mau pindah (ke Kopel)," ujar Yatim, pedagang siomay di Terminal Tanjung Puri, komplek Pasar Raya Sintang.

Yatim merupakan satu dari sekian puluh PKL Kopel yang direlokasi pemerintah ke kawasan Pasar Raya Sintang. Sejak dipindah, omzetnya turun drastis. Harapannya hanya satu, bisa kembali berjualan di Kopel dan sekitaran alun-alun.

"Luar biasa bedanya, minta ampun. Pokok kami minta bantu kalau bisa pindah sekarang juga. Jangan siksa kami. Kami rakyat kecil. Tolong lah," tegasnya.

Akibatnya sepinya pengunjung di pasar raya yang sudah dipusatkan pemerintah sebagai kawasan kuliner, banyak PKL memilih pindah lapak dagangan. Tak sedikit dari mereka memutuskan berhenti berjualan.

"Dari 62 pedagang Kopel yang ada tinggal seberapa saja yang ada di terminal (Tanjung Puri kawasan Pasar Raya Sintang) sekitar belasan. Total 90 itu gabung dengan di Kopel dan alun-alun. Rinciannya 62 Kopel, 28 alun-alun. Sejak direlokasi sekarang sisa belasan," kata Nuriyandi Syafari Ketua Aliansi PKL Bersatu, kemarin.

Ketua DPRD Sintang Prihatin Omzet PKL Merosot Drastis Imbas Pengunjung Pasar Raya Sepi

Riyan mencatat, PKL yang pindah dari Pasar Raya Sintang sekitar 15 orang. Sisanya, kata dia berhenti jualan.

"Mereka ada yang pindah ke alay sekitar 15 orang, sisanya lebih baik ndak dagang karena mereka merasa rugi ndak balik modal, lebih baik di rumah. Semua PKL yang direlokasi ndak balik modal, termasuk saya sendiri pun sama," ungkap Riyan.

Riyan menilai, keputusan pemerintah merelokasi PKL dari Kopel dan Alun-alun ke kawasan Pasar Raya Sintang terkesan buru-buru. Apalagi, fasilitas pendukung belum dilengkapi.

"Pemerintah hanya nyuruh pindah. Fasilitas yang disedikan mungkin wifi kemudian rooftop dibangun, katanya live musik ada tapi belum ada juga, hiburan sampai sekarang ndak ada sama sekali, kalau ada kan bisa nambah pengunjung cuma saya lihat sekarang memang belum tepat saatnya direlokasi, belum siap perencanaanya," ujar Riyan.

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Florensius Ronny melihat komplek Pasar Raya Sintang tempat relokasi Pedagang Kaki Lima diakuinya sepi pengunjung dibandingkan dengan di Kopel atau Taman Bungur.

Hal ini, menyebabkan omzet PKL merosot drastis pasca direlokasi.

"Setelah kita melihat langsung memang kondisinya sepi," ujar Ronny, Selasa kemarin.

Data dari aliansi PKL, ada 90 lapak PKL yang direlokasi ke komplek Pasar Raya Sintang. Mereka sebelumnya berjualan di sekitaran Kopel dan Alun-Alun depan Pendopo Bupati Sintang.

Sepi! Banyak PKL di Pasar Raya Sintang Pindah Hingga Berhenti Jualan, Yatim: Dua Malam Hanya 20 Ribu

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved