Geruduk Kantor Gubernur, Petani Sawit Kalbar Sampaikan 5 Poin Tuntutan Terkait Merosotnya Harga TBS

ratusan petani mengadukan nasib mereka yang saat ini terpuruk akibat harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang turun

Dok. Satbrimob Polda Kalbar
Satbrimob Polda Kalbar laksanakan pengamanan aksi unjuk rasa damai yang dilakukan oleh Front Perjuangan Masyarakat Sawit Nusantara Provinsi Kalbar di kantor Gubernur Provinsi Kalbar, Jumat 15 Juli 2022 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ratusan petani sawit dari berbagai daerah di Kalimantan Barat menggelar aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Jumat 15 Juli 2022 siang.

Pada aksinya itu, ratusan petani mengadukan nasib mereka yang saat ini terpuruk akibat harga jual Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang turun.

Para petani mengeluhkan merosotnya harga sawit tidak sebanding dengan biaya panen serta perawatan kebun.

Dalam aksinya ratusan petani membawa berbagai spanduk dengan beragam tulisan keluhan mereka.

'Petani Sawit Malaysia Tersenyum Bahagia, Petani Sawit Indonesia Merana'.

'Pak Presiden 20 juta Petani Sawit di Indonesia terancam kelaparan dan miskin di negaranya sendiri'.

Brimob Polda Kalbar Lakukan Pengamanan Aksi Damai Front Perjuangan Masyarakat Sawit Nusantara Kalbar

Ada 5 poin tuntutan utama pada peserta aksi di kantor Gubernur Kalbar ini,

  1. Petani meminta untuk pemerintah dapat menaikan harga TBS Sawit.
  2. Petani meminta pemerintah untuk menurunkan harga ekspor CPO.
  3. Petani meminta untuk pemeriksaan dapat menurunkan harga pupuk dan pestisida.
  4. Petani meminta pemerintah agar memfasilitasi mereka agar dapat mengekspor sawit ke Malaysia.
  5. Cabut izin perkebunannya dan PKS yang nakal.

Herno, Petani Sawit Asal Desa Sebangki, Kecamatan Sebangki, Kabupaten Landak, mengeluhkan karena harga sawit yang turun ini saat ini membuat ekonomi keluarganya menurun.

"Biaya panen itu 200 rupiah perkilo, itu belum dihitung angkutannya lagi sampai pabrik, itu belum perawatannya lagi,"ungkapnya.

Dahulu, pada saat harga TBS 3 ribu rupiah per kilo, ia mengatakan dalam satu kali panen ia bisa menghasilkan 9 juta rupiah dari beberapa hektar kebun nya, namun sekarang Karena harga TBS berkisar diangka 700 hingga 900 rupiah per kilo, dalam sebulan ia hanya mendapat sekira 2 juta rupiah, dan itupun belum dipotong ongkos panen.

Kemudian, Agus Setiadi, Ketua Front Perjuangan Masyarakat Sawit Nusantara mengatakan sudah beberapa bulan terakhir harga sawit turun drastis, hal itupun yang membuat petani sawit sangat terganggu.

"Ini merupakan ungkapan rasa kegelisahan kami kepada pemerintah, karena kami merasakan dampak dari turunan harga sawit ini," ujarnya.

Harga Sawit Anjlok, Ratusan Petani Sawit Tuntut 5 Hal Saat Demonstrasi di Kantor Gubernur Kalbar

Setiap bulan memang ada penetapan harga TBS dari pemerintah bersama stakeholder, namun ia mengatakan di lapangan terjadi perbedaan harga yang ditetapkan.

"Dan yang lebih ironis adalah ketika harga sawit turun, namun pupuk dan pestisida tetap bertahan, inikan sangat menyulitkan. Petani jadi dilema, dipanen hasilnya merugi, kalau tidak dipanen merusak pohon," katanya.

Tingginya pajak ekspor yang dinilainya sangat tinggi dari pemerintah pun dikatakan membawa dampak rendahnya harga TBS, oleh sebab itu ia berharap pemerintah bisa menurunkan pajak CPO agar petani Indonesia bisa kompetitif dengan Malaysia.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved