Hari Lahir Pancasila, Abdul Muiz : Jangan Lupakan Pejuang dan tetap Jaga Keberagaman
Beradab bisa dilakukan dengan berbagai cara salah satunya menjaga Norma-norma yang ada. Seperti, norma agama, hukum, kebiasaan, kesusilaan
Penulis: David Nurfianto | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Peringatan Hari lahir pancasila menjadi agenda nasional yang jatuh pada 1 Juni. Guna merefleksikan Hari lahir Pancasila Ketua Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kalimantan Barat, Abdul Muiz mengajak untuk tidak melupakan pejuang dan tetap menjaga keberagaman.
Menurutnya, Indonesia Bangsa yang Beradab, sehingga Pancasila menjadi penting dalam semua aspek kehidupan di masyarakat.
"Termasuk dalam usaha ini. Kita dapat belajar tentang metode kerjasama dan cara mengembangkan persatuan bangsa melalui sejarah Pancasila. Kita harus ingat bangsa yang besar ini terlahir dari pejuang yang gigih dalam menjaga bangsanya," ujarnya kepada Tribun. Rabu 1 Juni 2022.
Kata Dia, Salah satu tokoh sekaligus presiden pertama Republik Indonesia Bung Karno adalah orang yang telah membuktikan dengan gagasannya berupa Pancasila.
Sejak muda, dan seperti yang dapat dibaca dalam kesaksiannya selama pembuangan di Ende pada pertengahan dan akhir tahun 1930an, ia telah mengenali keragaman dan kemajemukan bangsanya.
• Wajib Dipahami! Beda Hari Lahir Pancasila dan Hari Kesaktian Pancasila
"Tidak heran bahwa ketika sidang BPUPK untuk menanggapi pertanyaan ketua Sidang, tentang apa dasar negara yang akan dibentuk ? Bung Karno pada Pidato 1 Juni 1945 mengajukan proposal, sebuah usul untuk menjawab permintaan ketua Sidang BPUPK dengan cara pertama-tama memikirkan apa yang menjadi kepedulian orang-orang lain. Bung Karno berpikir dari sudut pandang bukan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan banyak orang yang berbeda dari dirinya sendiri dan kelompoknya," ungkapnya.
Lanjutnya, Saat itu bung Karno dengan lantangnya mengakui kembali Pancasila 1 Juni 1945 sebagai hari lahir Pancasila.
Pengertian ini tidak perlu dipertentangkan dengan Pancasila 18 Agustus 1945, karena hakikat Pancasila adalah sama, sebagai produk nalar publik, bahwa Pancasila 18 Agustus juga melibatkan proses bernalar atau menimbang secara publik, baik oleh Sukarno maupun para aktor pendiri negara di saat itu.
"Maka, pengakuan terhadap Pancasila 1 Juni adalah pengakuan bahwa setiap kita menghadapi problem berbangsa dan bernegara, ada baiknya kita mengingat kembali ke sumbernya, ke asal dimana gagasan itu bermula. Kita menerima ide bahwa Pancasila 1 Juni adalah karena alasan ini. Agar sumber, asal muasal Pancasila, tetap kita kenali. Tafsir dan interpretasi ke depan mungkin berkembang, tetapi ketika kita menghadapi kebuntuan, kembalilah kepada sumber, merujuklah ke sana," terangnya.
Abdul Muiz menuturkan setelah Sukarno mencetuskan formula Pancasila, makna persatuan Pancasila sebagai satu kesatuan itu diperkenalkan Prof. Notonagoro dalam teorinya yang banyak dipelajari oleh mahasiswa UGM tentang “Hirarki Piramida Pancasila,” untuk mengatakan bahwa sila-sila Pancasila tidak dapat dipahami secara terpisah, terlepas dari sila sila lainnya.
"Perjuangan para pendahulu kita dalam menentang kolonialisme adalah demi merontokkan struktur yang membeda-bedakan warga negara, menolak struktur anti-kesetaraan dan anti-kebebasan dan ingin menjadi merdeka dari struktur kolonial yang tidak menjamin keadilan. Apakah hari masih ada seperti jiwa pejuang kemerdekaan ?," ucapnya.
Dihari lahirnya Pancasila di 1 Juni 2022, Kata Muiz merupakan Iktiar bersama mewujudkan kembali bahwa bangsa Indonesia. Bangsa yang beradab menjaga nilai-nilai Kemajemukan.
"Hal ini yang harus di perhatikan oleh anak muda Indonesia untuk menjaga Bangsa yang besar ini. Kemudian, bagi oknum yang sengaja pemperalat untuk memenuhi hasratnya. Semoga tetap konsisten dan sadar untuk menjaga Bangsa," Katanya.
Kemudian, Muiz juga mengajak untuk menjaga norma-norma, karena sebagai Anak bangsa Indonesia tidak bisa melupakan hal yang paling dasar yaitu adap.
Beradab bisa dilakukan dengan berbagai cara salah satunya menjaga Norma-norma yang ada. Seperti, norma agama, hukum, kebiasaan, kesusilaan, dan kesopanan.
"Pada Pancasila sebagai lambang negara Indonesia. Kemudian, pada sila ke-2 "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Perkembangan teknologi yang sangat pesat saat ini. Terkadang hanya menjadi narasi yang di ucap tapi tidak dalam implementasi," Paparnya.
Selanjutnya, sambung Muiz dengan menjaga norma, maka tatanan kehidupan dalam lingkungan masyarakat akan tetap terjaga dan bila tidak dilaksanakan oleh setiap masyarakat Indonesia.
Hal itu tatanan masyarakat tersebut akan damai dan tentram bahkan akan takut melanggar segala peraturan yang ada dan berlaku.
"Mengutip perkataan Soerjono Soekanto, Lektor Kepala Sosiologi dan Hukum Adat di Fakultas Hukum Universitas Indonesia "Norma adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk membuat hubungan antar setiap anggota masyarakat menjadi lebih baik dan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan." Ucap Muiz.
Tak hanya itu, Muiz menyebutkan hari lahir pancasila juga momentum untum menundukkan kepala mengingat Amanah Bangsa yang harus di jaga.
"Taat kepada Pancasila, UUD 1945, negara, pemerintah, serta mengutamakan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi maupun golongan mutlak yang harus di hindari, karena Kesadaran untuk Kepentingan bersama," Tutur Muiz.
Selain itu, Ia mengatakan yang patut digaris bawahi Bangsa Indonesia ialah negara yang Demokrasi. Hal ini penting, karena beberapa dekade ini bangsa Indonesia di hantui beragam permasalahan ekonomi, politik, sosial, kesehatan dan lain sebagainya. Ada apa dengan bangsa ini ?.
Kata Dia, Senin, 11 April 2022 adalah bukti bahwa Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Mahasiswa Seluruh Indonesia turun jalan menyampaikan tuntutan keadilan.
Menolak wacana penundaan Pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden. Mendesak DPR agar tak menggunakan hak konstitusinya untuk mengamandemen UUD yang mengatur penundaan pemilu dan memperpanjang masa jabatan presiden.
Abdul Muiz berharap hari lahirnya Pancasila hari ini menjadi refleksi bersama menjaga stabilitas demokrasi Indonesia. Seperti yang dikatakan Jendral Sudirman "Kebebasan berarti bebas melakukan semua kebaikan, bukan bebas lepas melakukan semua kejahatan tanpa boleh diadili".
"Demikian, tulisan singkat sedikit kata namun mengajak seluruh komponen untuk mari bersama menjalankan Nilai-nilai ideologi bangsa Indonesia. Pancasila bukan hanya sekedar simbol melainkan juga perilaku berkehidupan kebangsaan yang harus dilakukan. Tetap konsisten mengawal Bangsa dengan semboyan "bhinneka tunggal Ika"," Pungkasnya. (*)
Cek Berita dan Artikel Mudah Diakses di Google News