Alasan Tsamara Amany Keluar dari PSI, Bukan Ingin Masuk Partai Lain
Tsamara mengungkapkan, keputusan dirinya mengundurkan diri dari PSI bukan karena ingin bergabung ke partai politik lain.
Sebagai politisi, Tsamara pernah terlibat perdebatan dengan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon.
Hal itu bermula saat Fadli menciut melalui akun Twitter @fadlizon pada 31 Maret 2018 yang menyanjung pemimpin seperti Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Kalau ingin bangkit dan jaya, RI butuh pemimpin seperti Vladimir Putin, berani, visioner, cerdas, berwibawa, enggak banyak ngutang, enggak planga plongo," cuit Fadli saat itu.
Tsamara yang saat itu masih menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat PSI menanggapi cuitan Fadli.
Dia juga menantang Fadli untuk mengungkap siapa yang dimaksud dalam cuitan itu.
"Siapa pemimpin 'planga plongo' yang dimaksud? Saya yakin Pak Fadli berani mengungkap siapa yang dimaksud oleh beliau," kata Tsamara.
Tsamara mengatakan, dia heran dengan Fadli yang membanggakan Putin.
Menurut dia, Putin adalah sosok pemimpin yang otoriter dan tidak cocok memimpin Indonesia.
Dalam kesempatan lain, PSI mengunggah video tentang pernyataan Tsamara yang mengkritik Putin melalui Twitter.
Saat itu Tsamara mengatakan tidak ada kebebasan beraspirasi di Rusia seperti di Indonesia.
Tsamara juga menyinggung soal praktik korupsi di Rusia.
"Kalau kita lihat dari segi indeks persepsi korupsi, Indonesia jauh di atas Rusia," ujar Tsamara.
"Nah kalau sudah tahu begitu, yakin orang seperti itu mau dijadikan standar kepemimpinan? Kalau saya tidak mau ada pemimpin seperti itu di Indonesia. Kalau kamu?" kata Tsamara dalam video itu.
Video Tsamara lantas ditanggapi oleh situs berita Russia Beyond The Horizon (RBTH).
Mereka meminta Tsamara lebih bijak berkomentar terkait kondisi negara lain.