Warga Masih Sulit Cari Migor Subsidi, Ani Gendong Balita Saat Antre Minyak Goreng
Suplai kita dipasok dari provinsi sekitar 30 persen dari total suplai di Kalbar, hasilnya cukup. Namun di lapangan masih ditemukan kelangkaan
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ratusan warga di Kelurahan Sungai Beliung mengantre untuk membeli minyak goreng (migor) murah seharga Rp 25 ribu per dua liter, Senin 14 Maret 2022.
Warga berdatangan saat pelaksanaan operasi pasar oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XIII bekerjasama dengan PKK Provinsi Kalbar, di Kantor Lurah Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak.
Sebelum mendapat minyak goreng murah tersebut warga terlebih dahulu mengambil kupon. Kupon tersebut diserahkan kepada petugas. Kemudian warga membayar uang tunai sebesar Rp25 ribu dengan membawa uang pas kepada petugas. Setelah itu barulah mengambil minyak goreng murah itu.
Pembelian migor pada bazar murah ini memang dibatasi. Untuk satu kartu keluarga hanya dibolehkan mendapat 2 liter minyak goreng saja dan tidak boleh diwakilkan, serta diwajibkan menerapkan protokol kesehatan.
Seorang warga, Ani (27), sambil menggendong balitanya rela antre hanya ingin mendapatkan minyak goreng murah. Tidak hanya Ani, tetapi ratusan warga lainnya yang didominasi kalangan ibu-ibu rumah tangga juga tampak antre untuk mendapatkan minyak goreng murah.
Pada saat pelaksanaan bazar ini warga diwajibkan memakai masker dan menerapkan protokol kesehatan. Jika tidak memakai masker, maka tidak akan dilayani oleh panitia bazar. Tanpak pada bazar murah ini petugas sudah mengatur barisan untuk kemudian para warga bergiliran mendapatkan minyak goreng murah.
• Operasi Minyak Goreng Sawit Curah di Kota Pontianak
Ani yang mengantre sejak pukul 10.00 WIB mengatakan sangat ingin mendapatkan minyak goreng murah untuk kebutuhan memasak sehari-hari.
"Saya antre dari jam 10, saya antre, karena harga minyak goreng ini murah. Sedangkan kalau beli di toko-toko mahal Rp20 ribuan satu liter. Di sini Rp 5 ribu dapat dua liter," ujarnya sambil menggendong anaknya yang masih balita.
Ia menerangkan, dirinya sudah sejak dua bulan ini membeli minyak goreng dengan harga Rp20 ribu di toko-toko terdekat. Hal tersebut, disebabkan sejak dua bulan ini diakuinya minyak goreng ini langka dan susah untuk didapatkan.
Ia berharap harga minyak goreng bisa normal kembali dan harga tetap murah. "Selain minyak goreng, sembako dan lainnya juga harapannya murah dan tidak langka. Apalagi menjelang Ramadhan ini," kata Ani.
Ia tak memungkiri, kenaikan harga minyak goreng yang mencapai Rp 20 ribu per liter sangat memberatkan bagi mereka yang berpenghasilan rendah. "Harga minyak curah Rp 18 ribu kalau yang kemasan Rp 20 ribu inipun susah didapat. Tentunya ini memberatkan bagi kami, apalagi bagi ibu rumah tangga seperti kami ini," tukasnya.
Satu di antara warga yang ikut membeli minyak goreng murah, Ningsih (61), menyampaikan dirinya mengantre sejak pukul 09.00. Ia bersyukur, lantaran bisa membeli minyak goreng dengan harga yang cukup murah.
"Alhamdulillah operasi pasar ini sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng di rumah tangga," ujarnya.
• Ani Rela Antre Sambil Menggendong Anaknya Demi Dapatkan Minyak Goreng Murah Subsidi Pemerintah
Ia mengatakan pelayanan yang diberikan petugas sangat baik. Ia tak mengalami kesulitan saat membeli minyak goreng. "Karena menggunakan sistem kupon sehingga tidak berdesak-desakan," katanya.
Namun memang, untuk kesulitan mendapatkan minyak goreng murah ini sudah dirasakannya sejak tiga bulan belakangan ini.
Kata Ningsih, memamg sebelumnya minyak goreng ini masih bisa dibeli di minimarket atau toko-toko sembako, itu pun didapatnya dengan harga yang cukup tinggi yakni Rp38 ribu per liter. "Tapi karena kebutuhan mau tidak mau saya beli lah," ucapnya dengan menceritakan keterpaksaannya.
Ningsih bersyukur adanya operasi pasar seperti ini karena memang masyarakat saat ini tengah membutuhkan minyak goreng. Ia berharap operasi pasar atau pasar murah serupa digelar sesering mungkin agar tidak lagi terjadi kepanikan masyarakat akan kebutuhan minyak goreng.
"Kalau bisa operasi pasar atau pasar murah sering digelar karena masyarakat sangat membutuhkan minyak goreng terlebih menjelang bulan puasa," tukasnya.
Migor Curah
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, mengapresiasi atas digelarnya operasi pasar oleh PTPN XIII bekerjasama dengan PKK Provinsi Kalbar. Wako Edi berharap agar operasi pasar minyak goreng ini bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Kita berharap operasi pasar ini meredakan kepanikan warga yang memang saat ini kesulitan untuk mendapatkan minyak goreng," ucap Edi usai membuka secara resmi pagelaran operasi pasar oleh PTPN XIII bekerja sama dengan PKK Provinsi Kalbar, di kantor Lurah Sungai Beliung.
Selain itu, Wako Edi juga mengimbau kepada warga yang ikut mengantre agar lebih tertib dan tetap menerapkan protokol kesehatan mengingat pandemi Covid-19 belum berakhir.
"Operasi pasar atau pasar murah seperti ini harus digencarkan berkolaborasi dengan produsen minyak goreng," sebutnya.
Edi menuturkan, kebutuhan minyak goreng di Kota Pontianak sekitar 19 ton per bulan. Dirinya berharap perusahaan produsen minyak goreng yang ada di Kalbar gencar menggelar operasi pasar minyak goreng.
"Saya minta jangan sampai ada pedagang-pedagang maupun distributor yang melakukan penimbunan minyak goreng di tengah kondisi seperti ini," tegasnya.
Bazar juga digelar oleh Pemkot Pontianak bekerjasama dengan PT Wilmar serta Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Barat (Kalbar). Bazar dilaksanakan di halaman Kolam Renang Ampera, Kecamatan Pontianak Kota, Pontianak, Senin 14 Maret 2022.
Sebelumnya kegiatan serupa juga pernah digelar di Pasar Flamboyan. Bazar tersebut menyasar ke kelurahan dan kecamatan.
Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak, Junaidi, menyebutkan sebanyak 6.000 liter minyak goreng curah ini dijual dengan harga Rp11.500 per liter.
Dari jumlah tersebut, kemudian dibagi untuk 1.200 kupon, masing-masing warga yang membawa kupon mendapat jatah 5 liter saja. “Operasi ini kita bagi ke enam kecamatan, untuk hari ini di Kecamatan Pontianak Kota kemudian nanti kecamatan lainnya," ungkapnya.
Lebih lanjut, Junaidi menerangkan, bahwa minyak goreng murah ini diprioritaskan bagi warga yang bertempat tinggal sesuai dengan wilayah pada tempat pelaksanaan bazar murah. "Minyak goreng curah ini juga dikhususkan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah itu,” tukasnya.
Junaidi juga menjelaskan bahwa kebutuhan minyak goreng di Kota Pontianak mengacu pada data yang dimilikinya, berada di kisaran angka 550.000 liter per bulan. Junaidi mengatakan jika dilihat dari suplai minyak goreng di Kota Pontianak, kemudian dibandingkan dengan kebutuhan rumah tangga, seharusnya keberadaan minyak goreng cukup tersedia di masyarakat.
“Suplai kita dipasok dari provinsi sekitar 30 persen dari total suplai di Kalbar, hasilnya cukup. Namun di lapangan masih ditemukan kelangkaan. Kita coba gencarkan untuk mengawasi rantai distribusi, karena seharusnya tersedia, bahkan surplus,” kata dia.
Junaidi mengatakan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Pemprov Kalbar dan penyedia minyak goreng.
"Karena langkah yang tepat untuk mengatasi kelangkaan ini adalah melalui pengawasan tata niaga yang ketat. Mekanisme pasar ini kan harus diawasi, masyarakat juga harus mengawasi dan melaporkan,” ungkapnya.
Dikatakan, kewenangan industri minyak goreng ada pada Pemerintah Pusat dan Pemprov Kalbar. Selebihnya, Diskumdag Kota Pontianak hanya bisa mengawasi. Apabila ada dugaan penimbunan, harus ada laporan, dan kewenangannya pun berada di Pemprov serta pihak kepolisian.
“Sesuai Instruksi Gubernur, nanti minyak goreng ini langsung disebar saja ke pedagang, kemudian kita mengawasi, harganya sesuai atau tidak dengan yang ditetapkan Pemerintah Pusat,” tukasnya.