Cerita Sulaiman Petani Buah Naga di Jawai Kabupaten Sambas Melawan Pandemi
"Untuk saat ini harga perkilo untuk buah naga yang masuk tidak menentu, harganya juga kadang turun dan kadang naik,” katanya.
Penulis: Imam Maksum | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Kabupaten Sambas merupakan penghasil buah buah dari sektor perkebunan. Dari sekian banyaknya bebuahan di Kabupaten Sambas, satu diantaranya yang paling terkenal ialah buah naga.
Kecamatan Jawai, Kabupaten Sambas merupakan kecamatan penghasil buah naga. Bahkan buah naga menjadi komoditi yang banyak menghasilkan buah naga hingga dijual ke luar daerah.
Sulaiman warga Dusun Selamat Desa Sarang Burung Kuala adalah satu diantara pemuda yang berhasil dalam perkebunan buah naga. Hal ini dibuktikan dengan jumlah panen setiap bulannya mencapai kurang lebih 300 kg.
"Dalam satu kali setiap bulannya panen biasanya kami mendapatkan 300 kg buah naga, dengan luas tanah sekitar 44 m bukanya dan pajang sekitar 100 m dan 580 batang pohon buah naga," katanya Selasa 1 Maret 2022.
Sualiman mengatakan untuk harga terkadang tidak menentu. Harga buah naga perkilo paling rendah antara Rp6000 hingga Rp7000. Namun terkadang bisa naik antara Rp10000 hingga Rp11000.
"Untuk saat ini harga perkilo untuk buah naga yang masuk tidak menentu, harganya juga kadang turun dan kadang naik,” katanya.
• Dinkes Sambas Sebut Interval Vaksinasi Booster Bisa Dilakukan Minimal 3 Bulan Setelah Vaksin Premier
Tekadang Sulaiman menjual kepada pemborong yang ada. Namun terkadang juga menjual ke daerah luar Sambas, Singkawang, Pontianak, dan ke daerah Kalimantan Timur.
“Juga pernah kadang dibawa ke Kalimantan Timur, juga pernah dan yang sering memesan buah naga," sambungnya.
Sulaiman menuturkan saat ini pihaknya mengalami kendala akibat pandemi. Buah naga hasil panennya tidak bisa masuk ke daerah luar Sambas akibat covid-19 tersebut.
"Saat ini kami mengalami permasalahan di pemasaran dan juga untuk masuk ke daerah tertentu, yang mana biasanya kami dapat pesanan dari daerah tersebut dan bisa mengantarkan hasil panen kami ditambah lagi harga yang tidak setabil," ujarnya
Sementara itu, lanjut Sulaiman, pupuk juga menjadi permasalahan bagi petani buah naga. Sebab kata Sulaiman perawatan dan hasil buah melimpah, namun di sisi lain harga pupuk masih tinggi.
“Akan tetapi dengan tingginya harga pupuk membuat kami menggunakan perawatan yang seadanya sedangkan satu bulan dua kali perawatan," tutupnya. (*)
(Simak berita terbaru dari Sambas)