Kisah Sekda Harisson Merantau ke Kalbar Tahun 1994, Pilih Naik Kapal Karena Tak Punya Uang

dr Harisson adalah anak sulung dari lima bersaudara yang berasal dari Palembang, Sumtera Selatan. 

Penulis: Anggita Putri | Editor: Jamadin
Dok. Diskes Kalbar
Kadiskes Kalbar Harisson terpilih dan dilantik menjadi Sekda Kalbar defenitif. 

Lalu ia mencari daerah adat dan ada gereja, rumah warga yang pada kondisi saat itu alat komunikasi yang ada hanya ada radio untuk berkomunikasi, namun tidak tau ternyata itu frekuensi yang digunakan oleh pilot untuk berkomunikasi.

“Saya meminta tolong tidak tahunya itu frekuensi pilot untuk berkomunikasi. Jadi mereka marah dan bilang jangan di ganggu, sementara kita ingin memberi tahu agar bisa dijemput.  Akhirnya mereka memberi tahu pesawat misi untuk bisa menjemput akan tetapi mereka meminta untuk frekuensi mereka tidak diganggu,”jelasnya. 

Akhirnya saat itu pilihan didepan mata adalah pulang jalan kaki dan melanjutkan perjalanan dan meminta pertolongan penduduk sekitar dimana pada akhirnya sampai di Ketapang. 

“Itu untuk pelayanan kesehatan di Beginci. Kita apa boleh buat terima saja jalan kaki dan membawa barang-barang bertemu penduduk kita meminta tolong.  Bayangkan saja dulu susah untuk berkomunikasi, dan transportasi tidak bagus akan tetapi kita harus tetap memberikan pelayanan kepada masyarakat,” ungkapnya.

Pada saat bertugas di RSUD Putusibau tahun  2003 disamping ia harus menjalankan profesinya sebagai dokter Puskesmas Kedamin, Harisson juga sebagai dokter di  RSUD A. Diponegoro. 

“Dokter spesialisnya juga kadang ada dan kadang tidak pada saat tidak ada, maka kita yang menghandelnya. Saya juga diajarkan cara ketika ada ibu- ibu yang melahirkan di kampung, tetapi tidak berhasil atau partus macet maka di kirim ke RSUD A. Diponegoro sebagai rumah sakit kabupaten,”ujarnya.

Lalu dokter akan memutuskan harus mendapatkan tindakan lebih lanjut. Jika masih aman dan bayi tidak menunjukkan tanda bahaya serta masa partusnya masih lama. Maka bisa di rujuk lagi ke Sintang. 

“Akan tetapi pernah ada yang datang saat itu sudah dalam keadaan benar-benar mau melahirkan akan tetapi macet. Bayinya gawat. Maka tidak ada jalan lain kita harus melakukan pertolongan persalinan. Jadi saya sebagai dokter umum melakukan tindakan operasi persalinan,”ujarnya.

Jadi setelah itu, saat ia menjadi Kadiskes Kapuas Hulu. Lalu ada kunjungan ke kecamatan dan ada ibu-ibu yang menghampirinya membawa anak yang masih SD. 

“Dia bilang Pak Harisson masih ingat dengan saya atau tidak, jadi saya tidak kenal. Ibu itu bilang anak ini yang ditolong bapak waktu melahirkan anak saya, bapak yang mengoperasi saya, anak ini sekarang sudah kelas 1 SD,”ungkapnya.

Sebagai bentuk untuk mengenang sosok dokter yang menyelamatkannya saat melakukan persalinan.  Anak dari ibu tersebut diberi nama Harisson

“Saya senang tadinya jika kita tidak melakukan langkah cepat untuk pertolongan terhadap ibu dan anaknya kemungkinan paling buruk adalah bisa meninggal. Lalu  sekarang ibunya sudah sehat dan anaknya sudah sekolah,”jelasnya.

Saat ini menjadi mahasiswa, Harisson juga aktif di kampus dan bahkan menjadi aktivis kampus.

Ia pernah tergabung menjadi pengurus HMI komisariat FK Universitas Sriwijaya pada 1987. Lalu pada 1989 sampai 1990 menjadi Ketua Senat Mahasiswa FK Unsri. 

Setelah itu tahun 1990 sampai 1991 menjabat sebagai Ketua Senat Universitas Sriwiyaja. Kemudian ia juga tergabung sebagai pengurus Lembaga Kesehatan Islam HMI Cabang Palembang. 

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved