Gubernur Sutarmidji Sebut Banjir di Kalbar Karena PETI dan DAS Sungai Kapuas Rusak Hingga 70 Persen
Ia memastikan terkait masalah kebutuhan sembako yang telah dihitung oleh Dinas Pangan masih bisa untuk stok 15 hari kedepan.
Penulis: Anggita Putri | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji mengatakan bahwa selain Daerah Aliran Sungai (DAS) Sungai Kapuas yang sudah rusak 70 persen, banjir di beberapa daerah juga diakibatkan oleh Pertambangan tanpa izin (PETI).
“Sekarang kita tidak tau siapa yang tanggung jawab untuk tangani PETI, karena perizinannya di pusat. Sekarang saja PETI sudah pakai excavator. Tidak mungkin tidak tahu hal tersebut,” ujarnya saat ditemui di Hotel Mahkota Pontianak, Senin 8 November 2021.
Gubernur Sutarmidji mengatakan saat ini di Kabupaten Ketapang sudah mulai banjir.
“Mudah-mudahan bisa turun airnya, tapi tiga hari ini masih hujan ditambah lagi pasangnya air laut,”ujarnya.
• Gubernur Sutarmidji Minta Pemerintah Pusat Segera Keruk Sungai Kapuas
Ia memastikan terkait masalah kebutuhan sembako yang telah dihitung oleh Dinas Pangan masih bisa untuk stok 15 hari kedepan.
“Kabupaten Sintang sudah kita bantu 100 ton dan sudah mencairkan cadangan pangan 100 ton, Melawi kita bantu 50 ton dan memiliki cadangan pangan 100 ton, Sekadau kita bantu 25 ton dengan cadangan pangan 100 ton, Sanggau 50 ton dan memiliki cadangan 100 ton,” ujarnya.
Dikatakannya, bantuan dapur umum sejauh ini tidak ada masalah, sebab Dinas Sosial Provinsi sudah ditugaskannya untuk berkantor di Melawi dan Sintang.
“Jadi kita siapkan untuk satu hari bisa 2500-5000 makanan siap saji, belum lagi dari TNI yang sudah kita bantu juga,” ujarnya.
Kemudian Provinsi sudah kirim 40 ribu bungkus indomie, 44 dus sarden untuk membantu warga yang terdampak banjir.
“Kita juga menghimpun dari pengusaha seperti pengusaha sawit untuk lebih peduli karena bagaimana pun ini harus ditangani bersama. Walaupun tak banyak yang bisa kita lakukan karena banjir adalah bencana,” ajaknya.
Gubernur Sutarmidji mengatakan kedepan hal yang perlu diperhatikan yakni sungai yang merupakan tempat penampungan air, namun yang menjadi masalah adalah DAS Sungai Kapuas yang sudah rusak 70 persen.
Dikatakannya bahwa sudah hampir tiga tahun muara Sungai Kapuas tak pernah dikeruk yang mengakibatkan terjadi pendangkalan yang sudah 2 meter.
“Pendangkalan alami karena sungai tempat pembuangan dan penampungan air. Nah itu baru di muara belum lagi sepanjang sungai kapuas yang memiliki panjang 1000 km yang tidak diperhatikan oleh pemerintah,” ujarnya.
Selain itu terkait ketersediaan air bersih menjadi salah satu perhatian saat banjir.
“Tapi untung di Melawi ada produk di kawasan tersebut yang masih mencukupi dan ini tetap menjadi perhatian kita,” pungkasnya. (*)
(Simak berita terbaru dari Pontianak)