CHINA Terancam Krisis? Kasus Gagal Bayar Utang Serupa Evergrande Group Kembali Terungkap di Tiongkok

Dengan harga rumah yang jelas berada di luar jangkauan rumah tangga rata-rata, investor khawatir Presiden China Xi Jinping dapat mengambil langkah-lan

Editor: Ishak
HECTOR RETAMAL/AFP
Penampakan gedung Evergrande Group di Shanghai China beberapa waktu lalu 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Kasus krisis keuangan yang dihadapi Evergrande Group, menjadi bencana keuangan yang mengejutkan

Tak hanya di China.

Krisis keuangan yang sedang dihadapi China Evergrande Group berdampak pada pasar keuangan global.

Nah, setelah kasus Evergrande Group yang membuat bisnis properti di China jadi sorotan, kasus serupa Evergrande Group di negara yang di Indonesia disebut juga dengan nama Tiongkok itu kembali terjadi.

Tak ayal situasi itu membuat aspek kesehatan pasar properti China kini jadi sorotan pasar global.

CHINA Vs Taiwan Kian Dekati Perang Terbuka? Terbaru, Tiongkok Kerahkan 52 Pesawat Tempur ke Taipei

Padahal, pada musim panas tahun lalu, Peoples Bank of China (PBOC) sudah menetapkan tiga garis merah yang perlu diperhatikan oleh pengembang properti besar dalam hal status keuangan mereka.

Bank sentral China itu memaksa perusahaan properti untuk tetap berada dalam rasio utang terhadap aset tertentu mengutip Kontan.co.id yang merangkumnya dari Nikkei Asia pada Senin 4 Oktober 2021.

PBOC juga sudah berusaha mempersulit perusahaan properti ini untuk meningkatkan leverage utangnya dan menuangkan uang ke pasar real estat yang sudah memanas.

CHINA Krisis Listrik & Pelabuhan di Tiongkok Banyak Tutup, Kok Bisa? | Pasokan Global Bisa Terganggu

Mengutip Bloomberg, ternyata pengembang Sinic Holdings Group Co juga sudah menerima permintaan untuk membayar sejumlah utang.

Permintaaan pelunasan utang itu usai Sinic Holdings Group Co diketahui telah melewatkan dua pembayaran bunga bagi investor lokal.

Seorang kreditur dari pengembang China tersebut menuntut pembayaran kembali pokok dan bunga yang masih harus dibayar sebesar US$ 75,4 juta.

Perusahaan tersebut telah gagal membayar bunga sebesar CYN 38,7 juta atau setara dengan US$ 6 juta pada dua pengaturan pembayaran untuk investor lokal pada 18 September lalu.

Sinic Holdings Group Co mengatakan, mungkin menghadapi kegagalan teknis pada pembiayaan lain, termasuk utang publik dan swasta luar negeri lainnya. Lantaran pembayaran yang terlambat dan tindakan penegakan kreditur yang tidak disebutkan namanya.

Pengembang ini telah mempekerjakan Linklaters LLP dan Alvarez & Marsal Inc.

Masing-masing sebagai penasihat hukum dan keuangannya.

Sumber: Kontan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved