CHINA Krisis Listrik & Pelabuhan di Tiongkok Banyak Tutup, Kok Bisa? | Pasokan Global Bisa Terganggu

Pelabuhan Ningbo, yang kini sudah tidak beroperasi selama berminggu-minggu bulan lalu setelah wabah Covid-19 yang mendera Negeri Tirai Bambu itu

Editor: Ishak
LEO RAMIREZ/AFP
Seorang pria tampak di depan instalasi listrik di China. Tiongkok baru-baru ini dikabarkan menghadapi masalah serius dengan energy listrik 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - China adalah satu di antara negara adidaya dan dikenal luas dengan kemajuan teknologi.

Namun baru-baru ini, negara adidaya yang di Indonesia dikenal sebagai Tiongkok itu, kini malah menghadapi masalah pelik soal energy

Dirangkum dari laman Kotan.co.id, krisis energi China menjadi masalah baru bagi rantai pasokan global karena pabrik-pabrik eksportir terbesar dunia dipaksa untuk menghemat energi dengan membatasi jumlah produksi.

Dilansir dari Bloomberg, Selasa 28 September 2021, gangguan terjadi saat produsen dan distributor berlomba untuk memenuhi permintaan mulai dari pakaian hingga mainan untuk musim belanja liburan akhir tahun.

KAPAL Perang Inggris Masuk Selat Taiwan, China Bereaksi Tak Biasa

Nahasnya, jalur pasokan yang terganggu oleh melonjaknya biaya bahan baku, penundaan lama di pelabuhan, dan kekurangan kontainer pengiriman.

Produsen memperingatkan kebijakan ketat untuk memotong penggunaan listrik akan memangkas output di wilayah - wilayah pusat ekonomi seperti provinsi Jiangsu, Zhejiang dan Guangdong.

Semuanya menyumbang hampir sepertiga dari produk domestik bruto negara dan kemungkinan mereka akan menaikkan harga.

Pemerintah daerah memerintahkan pemadaman listrik karena mereka berupaya mengejar target yang hilang demi mengurangi energi dan intensitas emisi karbon.

Sementara beberapa perusahaan menghadapi kekurangan listrik.

Profil Natuna yang Ramai Dibicarakan Setelah Kapal Perang China Disebut Mondar-mandir

Clark Feng dari perusahaan furniture, Vita Leisure Co. mengatakan, pembatasan listrik di provinsi timur Zhejiang, telah memberikan pukulan terhadap bisnis lain.

Produsen kain, misalnya menghentikan produksi dan mulai menaikkan harga serta menunda menerima pesanan baru dari luar negeri.

“Kami sudah berjuang untuk mengirim barang ke luar negeri, dan sekarang dengan pembatasan kapasitas produksi, itu pasti akan menjadi kekacauan besar,” kata Clark Feng.

“Kami sudah harus berurusan dengan begitu banyak faktor yang tidak pasti, dan sekarang ada satu lagi. Akan lebih sulit untuk mengirimkan pesanan, terutama untuk musim liburan,” lanjut dia.

Yiwu Huading Nylon Co. Ltd., pembuat nilon kain sintetis di Zhejiang, menangguhkan setengah dari kapasitas produksinya sejak 25 September lalu sebagai tanggapan atas kebijkan pemerintah daerah untuk memangkas konsumsi listrik.

Perusahaan berharap produksi bisa dilanjutkan mulai 1 Oktober mendatang.

Sumber: Kontan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved