Setahun Sekolah Online
Alasan Lusia Siswi SMK Sekadau Pilih Tatap Muka Daripada Sekolah Online! Habis Kuota dan Alpa
Pasalnya bagi Esi, belajar melalui daring/ online sangat berbeda dengan tatap muka langsung di sekolah. Menurutnya belajar online lebih sulit, karna s
Penulis: Marpina Sindika Wulandari | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SEKADAU - Setahun belajar daring dilaksanakan dalam upaya mencegah penyebaran virus Covid-19, siswi di Sekadau, Kalimantan Barat (Kalbar) mengakui lebih suka pembelajaran tatap muka di sekolah, Kamis 24 Juni 2021.
Satu di antara siswi SMK Keling Kumang Sekadau, Esi Lusia (18) yang saat ini duduk di kelas XII mengaku lebih memilih belajar tatap muka di sekolah.
Pasalnya bagi Esi, belajar melalui daring atau online sangat berbeda dengan tatap muka langsung di sekolah.
Menurutnya belajar online lebih sulit, karna sebagai siswa cukup sering tidak memahami materi yang dijelaskan oleh guru.
• Pemkab Sekadau Mulai Lakukan Vaksinasi Massal, Gunakan Dua Jenis Vaksin
"Menurut saya belajar online itu susah, karena ketika kita tidak punya kuota, tidak ada jaringan internet di kampung kita dianggap alpa," ungkapnya.
Esi menuturkan kendala terbesar saat mengikuti pembelajaran secara daring adalah ketika tidak ada jaringan internet.
Terlebih mereka yang terpaksa pulang ke kampung halaman untuk menghemat biaya hidup selama pandemi Covid-19.
Sedangkan di sisi lain, para murid juga cenderung tidak memiliki pengalaman terhadap materi pelajaran.
Terlebih untuk SMK memiliki beberapa mata pelajaran yang harus dipraktikkan.
Sementara, untuk belajar tatap muka Ia anggap lebih mudah dan sangat menyenangkan.
Selain lebih mudah memahami materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru, dan bisa bertanya langsung saat tidak mengerti apa yang guru sampaikan.
Para siswa juga dapat berinteraksi langsung dengan teman-teman sekelasnya.
Sehingga para siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar, seperti melaksanakan belajar kelompok.
• Sambut Baik Vaksinasi Massal, Anita Harap Siswa Bisa Belajar Tatap Muka Kembali
Selama setahun terakhir, Esi juga merasakan bahwa komunikasi antar teman maupun guru cenderung lebih sulit.
Hal itu kembali pada sulitnya akses internet di desa-desa tempat asal para siswa.