Ahli Sebut Mutasi Virus N439K di Kalbar Cenderung Jadi Varian Virus Lokal yang Harus Diwaspadai
“Dari 49 sampel yang kami kirim belum teridentifikasi atau terdeteksi adanya varian concern jenis apapun termasuk varian Delta di Kalbar,”ujarnya kepa
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Laboratorium Universitas Tanjungpura pada gelombang ketiga telah mengirim total sebanyak 49 sampel untuk dilakukan Whole Genom Sequencing ke Jakarta, diantaranya sebanyak 30 sampel diambil dari sampel PMI yang masuk dari Perbatasan Kalbar.
Dari 49 sampel tersebut tidak terindentifikasi varian virus baru atau varian of concern.
Akan tetapu beberapa waktu lalu ditemukan Varian virus Corona dengan mutasi N439K di Kalbar.
Ahli Biologi Molukuler Kalimantan Barat, dr Andriani, menjelaskan dari tiga gelombang pengiriman sampel untuk Whole Genom Sequencing yang telah dikirim ke Jakarta sebanyak 49 sampel.
“Dari 49 sampel yang kami kirim belum teridentifikasi atau terdeteksi adanya varian concern jenis apapun termasuk varian Delta di Kalbar,”ujarnya kepada Tribun Pontianak, Jumat 18 Juni 2021.
Ia mengatakan langkah pencegahan untuk semua varian virus sebenarnya sama, dikatakannya virus ini sangat gampang bermutasi bahkan juga kecendrungan untuk jadi varian lokal yang harus terus diwaspadai.
“Kemarin kami menemukan Varian virus Corona dengan mutasi N439K termasuk di Kalbar,”ujarnya.
• Sebulan Kedepan, Pemprov Kalbar Batasi Kegiatan dan Pertemuan di Lingkungan Pemprov Kalbar
Kejadian ini diakuinya cukup tinggi yang harus diwaspadai sebagai kecendrungan virus tersebut yang bisa berubah menjadi varian virus lokal.
Semua varian of concern untuk tahap pencegahannya dijelaskannya sama yakni dengan menerapkan prokes 3T maupun 5M, serta vaksinasi.
“Jadi tiga rumus itu tidak boleh dihilangkan karena menjadi satu komponen. Awal tahun kita semangat dengan adanya vaksin,tapi malah abaik menerapkan 3M dan 5T,”jelasnya.
Hal inilah yang terjadi yang membuat kondisi sekarang sampai di Nasional terjadi peningkatakan kasus yang tidak hanya terjadi di Kalbar saja, tapi seluruh wilayah di Indonesia.
“Terjadinya kecenderungan dalam peningkatakan kasus covid-19 bahkan berkali-kali lipat, menurut hasil kajian karena libur idul fitri. Akhirnya baru sekarang terasa efek dari liburan kemarin,”ujarnya.
Ia menegaskan bukan berarti dari sampel yang telah dikirim belum ditemukan varian virus baru membuat masyarakat menjadi longgar untuk menerapkan 3M dan 5T serta vaksin.
“Jadi tidak boleh seperti itu. Kita harus sinergis kalau mau zona berubah menjadi longgar seperti di Tiongkok dan beberapa negara lainnya. Saat ini mereka sudah lepas masker ketika berada dilingkungan luar karena tiga komponen itu sudah berjalan secara sinergis,”tegasnya.
Maka dari itulah masyarakat harus bersabar. Seperti masyarakat di Tiongkok yang sekarang bisa menikmati hasil walaupun belum terlalu bebas.
• Kadiskes Harisson Sebut Lonjakan Kasus Corona di Kalbar Bukan Karena Varian Virus Baru
Namun hal tersebut menunjukan ada perbaikan dari beberapa negara, dimana mereka memang cepat sekali dalam pelaksanaan vaksinasi.
“Sekarang UK sudah 70 persen cakupan vaksinasinya, dan kita tahu bahwa UK pusat Whole Genom Sequencing dan kapasitas testing besar sekali pada saat awal pandemi dengan disiplin prokes,”ujarnya.
Sedangkan di Indonesia dikatakannya untuk cakupan vaksinasi masih rendah
dibandingkan negara lain, namun ada kecenderungan masyarakat abai terhadap protokol kesehatan.
Hal inilah yang menjadi problem krusial dunia dimana tidak terjadi keseimbangan dari vaksin covid-19 antara satu negara dengan negara lain atau Vaccine Inequity.
“Kalau satu negara target sasaran sudah tercapai sementara negara lain belum masalah pandemi tidak akan selesai. Jadi negara ini harus memenuhi 70 persen populasi untuk bisa kita keluar dari pandemi,”jelasnya.
Lanjutnya, adapun yang membedakan antara varian Virus Delta dan varian virus of concern yang lain berdasarkan penelitian beberapa jurnal mengatakan yakni ada beberapa perbedaan terutama pada tingkat penularan.
“Varian Delta ini lebih cepat menular dari varian yang sudah terlebih dulu terdeteksi seperti varian tipe Alfa dan Tipe Beta,”ujarnya.
• Kubu Raya Bentuk Gerakan Guru Kepoeng Bakol Cegah Penyebaran Covid-19
Hal inilah yang menyebabkan kondisi buruk di India. Sedangkan di Indonesia sendiri berdasarkan hasil Whole Genom Sequencing di daerah Kudus ditemukan peningkatan kasus yg signifikan sekali yang ternyata hasilnya terdetski varian delta.
“Varian delta ditemukan lebih ternyata banyak ditemukan dibandingkan varian alfa dan beta yang sudah lebih dahulu masuk ke Indonesia,”ujarnya.
Dengan adanya varian delta keberadaaannya mampu menekan varian of concern yang sudah lebih dulu ada di Indonesia, tapi masalahnya varian delta malah menjadi mendominasi.
Lalu Kalbar pada 17 Juni lalu masuk peringkat 12 kenaikan kasus corona dijelaskannya bahwa saat ini Kalbar sudah bagus dalam syarat masuk dengan menggunakan Pcr di bandara dan PMI harus di karantina dan swab pcr negatif baru boleh keluar dari karantina.
“Kita sudah cukup mampu menjaga wilayah kita tapi sayangnya prokes masyarakat dan prilaku masyarakat tahun ini malah sudah longgar,”ujarnya.
Dimana kegiatan diluar yang harus prokes seperti pertemuan rapat dan acara pernikahan dan keluarga sudah sebagian besar abai prokes.
“Karena prilaku inilah yang membuat kerja keras kita harus lebih ekstra. Padahal Kalbar sudah cukup mampu menjaga wilayah tapi dalam wilayah prokes sendiri tidak dijalankan,”tegasnya.
Dikatakannya Virus yang menular di wilayah Kalbar cenderung lahirnya varian lokal yang sudah diwaspadai seperti N439K adalah sebuah mutasi pada SARS-CoV-2 yang banyak ditemukan juga dalam sekuens-sekuens virus dari Indonesia.
“Dari 69 sampel yang kita kirim Jakarta ada 30 sampel PMI tapi tidak ada terdeteksi varian of concern,”jelasnya. Mutasi virus N439K yang banyak ditemukan di Indonesia ini juga perlu diwaspadai sebagai potensi menjadi varian lokal, walaupun diperlukan kajian yang lebih mendalam lagi.
“Tapi kita belum ada kajian apakah varian lokal yang timbul memiliki tingkat penularan lebih tinggi atau menyebabkan gejala yang lebih parah,”pungkasnya. (*)
(Simak berita terbaru dari Pontianak)