Lima Tahun Memimpin Kabupaten Sambas, Atbah Romin Suhaili: Suke Tolen

Saya senang berkenalan dengan orang. Bersahabat, berteman, membangun ukhuwah antar sesama memang menjadi hobi saya sejak lama sehingga suasana baru, l

TRIBUNPONTIANAK/RIDHO PANJI PRADANA
Pemimpin Redaksi Tribun Pontianak Safruddin saat berbincang bersama Atbah Romin Suhaili. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Masa jabatan Atbah Romin Suhaili memimpin Sambas sudah berakhir pada Senin 14 Juni 2021. Adalah Satono yang melanjutkan estafet kepemimpinan berdampingan dengan Fahrur Rofi sebagai Wabup untuk periode 2020-2024.

Lalu bagaimana cerita Atbah yang berdampingan dengan Hairiah selama menjabat Sambas di periode sebelumnya?

Berikut cuplikan wawancara ekslusif Pemimpin Redaksi Tribun Pontianak Safruddin bersama Atbah Romin Suhaili.

Tribun Pontianak :
Sudah lima tahun bapak menjabat dan sudah saatnya melepas jabatan, bagaimana rasanya Pak?

Atbah Romin Suhaili :
Pertama tentu kami mengucapkan terima kasih Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah SWT atas selalu sehat, tidak pernah sakit bahkan teman-teman saya yang dulu sekantor di Jakarta dan UEA, mengatakan kamu semakin sehat, begitu bahasanya.

Kesan yang paling saya rasakan memang bahagia, kalau bahasa Sambas suke tolen, inilah yang kami rasakan, karena kami lama diluar, lalu kembali ke Sambas, berarti kami kembali ke tengah-tengah saudara kami, insanak kami bahasa Sambas.

Ketika berjunjung ke desa, ke kampung-kampung, banyak mengaku sebagai keluarga, ini sungguh menyenangkan, bahagia sekali jadinya.

Tribun Pontianak :
Apa cerita suka bapak saat awal bapak diberi amanah memimpin Sambas?

Atbah Romin Suhaili :
Saya senang berkenalan dengan orang. Bersahabat, berteman, membangun ukhuwah antar sesama memang menjadi hobi saya sejak lama sehingga suasana baru, lingkungan baru, komunitas baru sungguh menyenangkan mengasikkan.

Suasana yang saya bangun memang suasana batin yang biasa saja. Artinya menjabat Bupati atau sebagai apapun suasana batinnya sama, biasa-biasa saja.

Artinya hari ini menjabat besok tidak jadinya biasa saja, rasa senang ini jadi kebahagian, dan saya berusaha tidak mendengar percakapan tidak baik orang tertentu, sebab jika itu terjadi menyebabkan kita sulit untuk komunikasi yang biasa-biasa saja.

Apalagi yang membicarakan buruk tentang saya, saya tidak terpengaruh dan saya tidak senang, karena saya ingin tetap menjaga komunikasi, etika untuk menghargai orang.

Tribun Pontianak :
Apakah ada pengalaman yang mengena dihati bapak ketika keliling daerah atau seperti apa?

Atbah Romin Suhaili :
Sebenarnya skala dan sikapnya lebih kecil, saya dulu nasional dan internasional kerja saya, dari pesawat ke pesawat. Dari daerah ke daerah, pulau ke pulau, provinsi ke provinsi, negara ke negara, jadi saya sangat terlatih untuk jarak jauh, tidak pulang rumah.

Tapi jika kita bicara capek dan lelah, terlatih sudah. Sudah lewat dan biasa-biasa saja, yang dihadapi hari ini tidak sama dengan 15 tahun yang lalu. Tapi secara umum saya nyaman (saat menjadi Bupati, red).

Diprogram saya untuk mendekatkan dengan masyarakat ialah menginap dikampung-kampung, dan saya menginap hampir di 77 desa. Selama lima tahun 77 desa yang saya menginap disana dan itu tentu membuat kita akrab bersama masyarakat, saya tidur di rumah warga atau mesjid.

Tribun Pontianak :
Sambutan warga saat tahu Bupati datang ke kampung untuk menginap?

Atbah Romin Suhaili :
Luar biasa tentunya, kita di desa, tidak pernah Bupati seperti ini, bahkan ada yang baru memegang tangan Bupati setelah berpuluh tahun, nenek-nenek biasanya, 70 tahun tidak pernah memegang tangan bupati. Maka tentu kita senang, karena ada kesempatan untuk tausiah dan dinamika yang terjadi di pemerintahan, kemudian subuhny salat berjamaah.

Tribun Pontianak :
Kondisi desa di Sambas pasca bapak menjabat seperti apa?

Atbah Romin Suhaili :
Alhamdulillah kita mendapat apresiasi dari tingkat nasional untuk indeks desa membangun yang dipakai aplikasi oleh Kementrian adalah aplikasi dari Kabupaten Sambas. Di Sambas sudah tidak ada lagi desa tertinggal dan sangat tertinggal, karena sejak awal kita dorong dinas terkait untuk menguprage status desa secara cepat, karena kita punya tim ahli dan tim yang menjadi pembimbing desa sehingga upragtingnya cepat.

Tribun Pontianak :
Bapak sudah puas dengan pencapaian itu?

Atbah Romin Suhaili :
Kita sebenarnya tidak boleh puas, tapi kita selalu bersyukur, karena dengan syukur nikmat akan ditambah. Daripada kita mengeluh, konsentrasi berkurang, ide-ide terhambat, dan akan menjadi tidak produktif. Dulu kita tidak pernah WTP, saya hattrick tiga bertahun-tahun WTP.

Tribun Pontianak :
Komunikasi selama ini dengan Gubernur dan Bupati daerah lain seperti apa?

Atbah Romin Suhaili :
Tentu kita fokus pada daerah kita, dalam banyak hal kita bisa belajar dari Bupati, Wali Klta wilayah lain, termasuk Gubernur, cuma karena kita tidak selalu berada di kantor dan selalu berada ditengah masyarakat sehingga setiap harinya selalu dibelasan titik untuk undangan masyarakat, seperti perkawinan, saya usahakan datang semuanya, jadi artinya kita fokus pada tengah-tengah masyarakat.

Tribun Pontianak :
Bagaimana mengatur waktu untuk anak dan istri?

Atbah Romin Suhaili :
Kami sudah terbiasa dengan pola jarang bertemu, tapi konsep dasar kita mendidik mengarahkan dan membimbang anak sudah teraarahkan kita sebagai orang tua dan anak sebagai anak, sudah terpola. Kita menanamkan basic bahwa anak harus menjadi penghafal quran, kita selalu menitipkan mereka kepada orang dan sekolah menjadi pilihan bersama, kesepakatan bersama istri.

Alhamdulillah anak-anak nurut, jadi tidak dicetak oleh lingkungannya atau suasana luar, jadi dicetak oleh kesepakatan orang tua. Walaupun memang kita jarang bertemu secara langsung, setahun paling dua atau tiga kali.

Tribun Pontianak :
Bagaimana mendidik dan mengontrol anak hafiz Quran?

Atbah Romin Suhaili :
Saya sebelum nikah memang cita-citanya lahirlah anak penghafal Al-Quran. Sehingga yang kita cari juga ibu yang memang peduli dengan Quran. Saya tidak pernah kenal dengan ibunya, kenalnya di malam pertama. Hehehe. Dan yang mendidik hafal Quran adalah ibunya, saat di TK sudah bisa tiga juz, dan terus meningkat. (*)

(Simak berita terbaru dari Pontianak)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved